Anak Angkat

Tentang Perasaan Part2



Tentang Perasaan Part2

0Cinta tak pernah memilih akan di mana dia singgah.     

Ini tentang ketulusan hati, dan tentang perasaan yang manusiawi.     

Kalau cinta bisa memilih, maka Mesya, tidak akan pernah memilih David, sebagai cinta pertamanya.     

Tinggal dalam sebuah keluarga yang membesarkan mereka dalam satu atap. Dan menuntut mereka menjadi pasangan kakak-beradik, bukan sepasang kekasih.     

"Kita sudah tahu seperti apa perasaan kita masing-masing. Lalu apa kita akan selamanya menyimpan perasaan ini?" Mesya melirik kearah David.     

"Iya, kita jalani saja apa yang kita rasakan. Seperti yang ku bilang tadi, Mesya, kau boleh menganggapku sebagai Kakak, atau sebagai pria yang kau cintai layaknya kekasih!" David mengeratkan genggaman tangannya dan mentap hangat kedua bola mata Mesya.     

Perasaan Mesya bercampur aduk.     

'Aku harus senang, atau aku harus bersedih? Dia itu kakaku, tapi kenapa jantungku harus berdebar seperti ini?'     

"Jangan risau Mesya, apa yang kita jalani saat ini adalah takdir. Kita hidup dalam satu keluarga yang sama adalah takdir. Bahkan apa yang ada di hatimu pun juga takdir,"     

"Kenapa kita harus ditakdirkan seperti ini? Apa, Kak David, tidak ingin hidup normal?" tanya Mesya.     

"Tentu saja aku ingin  hidup normal, seperti yang lainnya... kau lihat, mereka tersenyum, tertawa bebas tanpa beban. Sedangkan kita... kita hidup dalam sebuah tekanan. Dan kita tak bisa berbuat apa-apa, meski begitu, semua orang tetap mengira kita adalah anak-anak yang beruntung, tinggal di rumah mewah, dengan semua fasilitas lengkap, dan bisa melakukan apa pun yang kita mau. Tapi sebenarnya mereka tidak tahu jika kita ini tersiksa," jelas David.     

"Ku pikir selama ini, hanya aku yang merasa tertekan, hidup di sebuah keluarga yang menyayangiku tapi terasa asing bagiku. Aku menjalani hidupku menjadi anak yang penurut demi nama baik keluarga angkat yang terhormat. Tapi ternyata aku salah, keluarga angkat ku bukan orang terhormat tapi keluarga yang menyeramkan dan menjijikan," pungkas Mesya dengan wajah yang geram bercampur kecewa.     

"Sabar, Mesya. Setelah tugasmu selesai, aku yakin Ayah dan Ibu akan mengizinkanmu bebas kembali," tutur David menenangkan Mesya.     

"Kak, apa kau pernah bertemu dengan Satria, anak dari Paman Wijaya?" tanya Mesya.     

"Belum, aku belum pernah melihatnya. Sejak kecil Ayah dan Ibu melarangmu untuk menemui Paman Wijaya, karna kematian Lizzy itu sudah membuat Ibu dan Ayah menjadi waspada dan takut jika mereka juga akan menghabisiku dan Arthur," pungkas David.     

"Aku sangat penasaran," ucap Mesya.     

"Memangnya, kau tidak takut? Mereka itu orang yang sangat berbahaya," ucap David.     

"Yah aku tahu, tapi aku tidak takut sama sekali karna bagiku, nyawaku itu tidak berharga, tak sebanding dengan nyawa orang-orang yang telah hilang karna keluarga kita," pungkas Mesya.     

"Tidak boleh seperti itu, Mesya! Mungkin nyawamu tidak berarti bagimu! Tapi nyawamu sangat berarti bagiku!" tegas David.     

Sejenak Mesya terdiam, betapa bahagianya dia mendengar ucapan David.     

Ternyata dia begitu berarti untuk seorang David. Hidup Mesya tak suram sepenuhnya.     

Meski dia tinggal bersama dengan para manusia menyeramkan, dan menghidupinya dengan kasih sayang yang palsu, tapi setidaknya masih ada David yang memberinya kasih sayang yang tulus.     

"Terima kasih ya, Kak," tukas Mesya seraya memegang pundak David dan tersenyum.     

"Terima kasih untuk apa?"     

"Terima kasih karna sudah mengkhawatirkan aku,"     

"Bukankah itu manusiawi?"     

"Iya, tapi dari keluarga kita hanya, Kak David yang paling manusiawi," ucap Mesya dengan nada bercanda.     

David sedikit tersenyum.     

"Kalau ingin tersenyum, tersenyum saja, Kak. Tidak usah di tahan," sindir Mesya.     

"Memangnya siapa yang akan tersenyum?"     

"Tentu saja, Kakak,"     

"Tidak," sangkal David.     

Mesya pun merasa gemas, lalu dia menarik kedua pipi David dengan kedua tangannya.     

"Akh! Mesya! Kau ini apa-apaan?!" teriak David.     

"Nah, seperti ini, baru kelihatan tampan?" tukas Mesya sambil tertawa.     

"Memangnya aku ini tidak tampan sebelumnya?" protes David.     

"Tidak! Kau itu menyeramkan, Kak!" jawab Mesya dengan nada bercanda.     

Arthur melihat kebersamaan David dan Mesya sejak tadi.     

Bahkan saat mereka saling berpegangan tangan.     

Arthur tahu jika hubungan Mesya dan David itu sangat spesial.     

Bahkan Arthur juga sudah mengetahui jika sejak dulu David itu memang sudah menyukai Mesya.     

Berulang kali Arthur memergoki sang kakak yang menatap adik angkatnya dengan tatapan yang berbeda.     

Arthur sering menyindir David agar David bisa berhenti memperdalam perasaan itu.     

Karna Arthur tak rela sang Kakak akan berpacaran dengan adik angkatnya.     

Arthur sangat menjunjung tinggi tradisi keluarganya.     

Dia ingin membalaskan dendam sang ibu kepada keluarga pamannya.     

Dan dia juga ingin agar keluarga Davies bisa mengubah marganya menjadi Diningrat. Serta akan menjadi kelurga terkuat dan tak akan ada yang bisa menaklukan mereka.     

Dengan kedekatan David dab Mesya, membuat Arthur takut jika suatu saat David kembali lemah. Dan justru perasan cinta mereka akan menghalangi niat Mesya untuk merebut hati Satria.     

Lagi pula dalam satu keluarga tidak ada yang boleh mencintai layaknya kekasih.     

Arthur sudah tidak tahan lagi melihat kebersamaan David dan juga Mesya. Dia segera berjalan mendekat untuk menghentikan  ini semua.     

"Wuah, kalian di sini rupanya?" tanya Arthur yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.     

David segera melepaskan genggaman tangannya, dia bertingkah seolah tak terjadi apapun.     

Meski begitu, Arthur sudah terlanjur mengetahuinya.     

Arthur duduk di antara David dan Mesya.     

"Perlu kalian ingat, kalian ini satu keluarga. Dalam suatu kluarga tidak ada yang boleh mengatakan cinta, kalian pikir apa arti keluarga Davies?"  tanya Arthur dengan nada yang menyindir.     

"David kau itu hanya seorang Kakak yang lemah, mentalmu bukan seperti seorang Davies yang sesungguhnya!" cerca Arthur.     

"Hey, Arthur! Apa maksud mu!" bentak David seraya berdiri dari kursinya.     

Arthur pun tersenyum dengan ciri khasnya.     

"Aku akan pastikan, hubungan kalian yang bukan sekedar Kakak dan Adik ini akan terbongkar! Dan kalian pasti akan mendapatkan hukuman dari Ayah dan Ibu!" ancam Arthur.     

Lalu pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan kakak dan adik angkatnya.     

"Hey, Anak Sialan! Mau kemana kau!?" teriak David.     

Tentu saja dia takut jika Arthur benar-benar akan mengaduk kepada ayah dan ibunya.     

Karna kalau itu terjadi maka mereka berdua akan mendapatkan masalah.     

"Kak, bagaimana ini? Aku takut, Kak Arthur benar-benar akan mengadu kepada Ibu dan Ayah?" Mesya benar-benar panik.     

Sedangkan David masih bisa memasang wajah yang tenang, walau dia tahu setelah ini dia akan mendapat masalah besar.     

"Kamu tenang saja, Mesya. Mereka tidak akan melukaimu, kau adalah kesayangan mereka," pungkas David menenangkan Mesya.     

"Bagimana aku bisa tenang, Kak! Mereka mungkin tidak akan menghukumku, tapi bagimana dengan, Kakak?!"     

David pun hanya dia mematung.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.