Anak Angkat

Niat Yang Gagal



Niat Yang Gagal

0"Kenapa kamu membelikan pakaian yang aku inginkan? Padahal kamu bilang baju itu jelek?" tanya David.     

"Jelek itu menurut pendapatku, Kak, kalau menurut Kak David, itu bagus, berarti aku harus membelikannya untuk, Kakak," jawab Mesya.     

"Kenapa begitu?"     

"Iya, karna yang memakai itu, Kakak, bukan aku! Bagus atau tidaknya untuk Kakak, itu hanya Kakak sendiri yang tahu. Aku bilang jelek, itu hanya pendapatku. Pada intinya, kita boleh bertanya dan meminta pendapat kapada orang lain, tapi semua itu kembali peda diri kita sendiri, karna yang tahu diri kita itu, ya hanya kita sendiri," tutur Mesya.     

Lalu David tersenyum menanggapinya. Dia mengacak-acak atas kepala adiknya.     

"Wah, adikku ini sudah dewasa rupanya," ucap David, "bahkan aku saja sampai kalah dewasa darinya!" David tersenyum meledeku Mesya.     

"Ah, Kak David," Mesya tersipu malu.     

Yasudah kau tunggu di sini ya, aku ingin mencoba bajuku di ruang ganti," tukas David.     

"Baik, Kak!" jawab Mesya.     

"Eh, kau tidak ingin mencoba bajumu juga?"     

"Ah, tidak perlu, aku rasa ini sudah pas!"     

"Owh, yasudah, jangan kemana-mana sampai aku kembali lagi!" tegas David.     

"Baik, Kak," jawab Mesya.     

David meninggalkan Mesya sendirian, sementara dia malah masuk ke ruang ganti.     

Sambil menunggu kakaknya selesai, Mesya berjalan mengitari area toko baju.     

"Yang ini bagus juga kayaknya," Mesya meraih sebuah mini dress berwarna pastel dengan sedikit aksen renda.     

Dan dari kejauhan dia juga melihat long deres berwarna hitam, yang juga terdapat sedikit aksen renda.     

"Wah yang itu bagus sekali kayaknya bakalan cocok kalau dipakai oleh Ibu. Ibu, 'kan sangat menyukai warna hitam," Mesya berjalan mendekat dan masih memegang dua pakaian lengkap dengan gantungannya.     

Letak pakaian itu agak jauh, dan berada sangat dekat tangga berjalan.     

Mesya sangat antusias, untuk membelikan pakaian itu untuk sang ibu, dia ingin melihat Arumi mengenakan pakaian yang ia belikan.     

Melihat hal itu, membuat Arthur tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.     

"Bagus, aku pasti berhasil kali ini," gumam Arthur dengan penuh yakin.     

Dia berjalan mendekati Mesya, sambil memasang hoodie yang terdapat pada sweater miliknya, dan dia juga menggunakan masker untuk menutup wajah.     

Setelah merasa dirinya sudah tidak dikenal lagi, Arthur segera berlari kearah berlawanan untuk mendorong, Mesya. Dengan begitu Arthur berharap Mesya akan terjatuh ke lantai bawah dan mati, atau paling tidak salah satu kaki atau tangannya bisa tersangkut di tangga berjalan, karna dengan begitu, Mesya akan cacat. Arumi dan Charles tidak akan mungkin mau memelihara anak gadis yang cacat. Mereka dulu mengadopsi Mesya karna wajahnya yang cantik dan sempurna sehingga bisa mereka gunaka untuk menggoda anak dari Wijaya. Dan kalau wajah Mesya jelek atau tubuhnya sudah tidak sempurna lagi, pasti kedua orang tuanya akan membuang Mesya atau bahkan membunuhnya.     

Arthur sangat yakin jika kali ini rencananya akan berhasil, tapi ternyata dia salah, saat dia sudah mulai mendekat kearah Mesya, tepat di saat itu pula Mesya tak sengaja menunduk untuk mengambil benda yang jatuh. Dan ada seorang wanita yang sedang bejalan di belakang Mesya, wanita itulah yang akhirnya menjadi korban.     

Tubuhnya terdorong dan jatuh di atas tangga berjalan, bagian kakinya tersangkut di dalam celah, hingga terdengar suara 'crak' dan seketika mesin eskalator berhenti, semua orang menjadi panik, tak terkecuali dengan Mesya. Kaki wanita itu putus seketika, Dan tubuhnya langsung tergelincir ke bawah.     

Mesya langsung lemas saat melihat seorang wanita yang meninggal tepat di hadapannya.     

Sementara Arthur, dia berseluncur lewat pagar tangga, setelah itu dia turun ke bawah dan berlari sekencang mungkin. Tak ada yang memperhatikannya, karna semua orang sedang fokus kearah si wanita yang sedang kecelakaan.     

Suasana dalam pusat perbelanjaan itu teramat gaduh.     

Orang-orang berhamburan, David juga keluar dari dalam ruang ganti.     

"Mesya!" teriak David.     

"Kak David!" Mesya segera berlari dan memeluk kakaknya.     

"Ada apa?"     

"Ada orang kecelakaan, Kak!"     

"Hah?!" David melihat ke bawah dan lantai sudah dipenuhi darah dengan jasad wanita yang sedang dikerumuni orang.     

"Kamu, gak apa-apa, 'kan?!" tanya David yang panik.     

Mesya menggelengkan kepalanya. "Tidak, Kak! Aku tidak apa-apa, tapi kalau aku tadi tidak menunduk pasti aku yang akan terjatuh," jelas Mesya.     

"Benarkah?!" Pikiran David pun mulai menjalar kemana-mana.     

'Apa jangan-jangan, ini ulahnya Arthur?' bicara David didalam hati.     

"Kak, aku takut, Kak ...," Masya menangis sesenggukan dalam pelukan David.     

"Jangan takut, sudah tidak apa-apa, ayo kita turun ke lantai bawah," ajak David.     

"Tapi, Kak, aku tidak berani melihat darah,"     

"Mesya, mulai sekarang kau harus berani melihatnya. Kau adalah wanita yang kuat, kau pasti bisa!" David berusaha menyemangati Mesya.     

"Tapi, Kak—"     

"Sudah ayo kita lewat tanggal alternatif saja!" ujar David.     

Masih dengan raut ketakutannya, sesekali Mesya melirik ke tempat kejadian.     

Sementara David mengajak Mesya agar lebih mempercepat langkah kakinya.     

"Ayo, Mesya! Lebih cepat lagi jalannya!"     

Kejadian ini membuat David benar-benar harus lebih hati-hati lagi menjaga Mesya.     

"Kak, apa kita akan pulang sekarang?" tanya Mesya.     

"Kita, akan pergi ke tempat latihan, Mesya! Karna kejadian ini mengingatkanku untuk lebih membuatmu kuat, selain itu mulai saat ini juga kau harus lebih waspada lagi, Mesya!"     

"Tapi, Kak—"     

"Sudah, Ayo, Mesya!"     

Mesya menuruti ucapan kakaknya, dia memang tidak boleh lemah seperti ini.     

Lagi pula Mesya juga merasa jika kejadian yang ia alami tadi bukan karna kecalekaan, tampaknya seseorang yang mendorong tubuh si wanita tadi memang sengaja. Dan sasaran utamanya adalah Mesya. Mesya masih bersyukur saat itu dress yang ia pegang terjatuh, sehingga dia menunduk. Kalau tidak mungkin dia yang akan mati secara mengenaskan seperti wanita yang tadi.     

Meski berkali-kali Mesya melalukan percobaan bunuh diri, tapi saat dia selamat dari seseorang yang hendak mencelakainya, Mesya merasa sangat beruntung dan bersyukur, ternyata nyawanya sangat berharga.     

Tapi kini rasa bersalah juga menggelayuti pikirannya. Karna Mesya tak bisa menolong wanita itu, dan wanita itu neninggalkan , sebagai ganti atas keselematannya.     

"Mesya, kenapa malah melamun?"     

"Maaf, Kak!"     

"Apa kau sudah siap latihan hari ini?"     

"Ah iya, Kak, aku siap!" jawab Mesya dengan tegas.     

***     

Sementara itu Arthur masih mengendarai motornya dengan kencang.     

"Sial! Kenapa aku bisa gagal lagi!" gumamnya.     

Arthur benar-benar tak menyangka jika masih baik masih menyertai Mesya.     

"Apa yang membuat gadis itu selalu beruntung?"     

"Tak peduli sampai berapa kali dia akan beruntung, yang jelas aku tidak akan berhenti untuk berusaha membunuhnya,"     

Pikiran Arthur sedang kalut dan emosi mendominasi pikirannya.     

Arthur memperkencang laju motornya. Dan tak sadar di depannya ada sebuah teruk yang melaju dengan kencang.     

Tin! Tin! Tin...!     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.