Anak Angkat

Mencari Seseorang



Mencari Seseorang

0Mesya tidak tahu jika selama ini, makanan yang selalu ia makan adalah masakan dari ibunya.     

Dia tak tahu jika selama ini sudah dibohongi oleh sang ibu. Dan daging yang dia makan adalah daging manusia.     

Mesya mengira jika Ibu-nya benar-benar tulus mengizinkan dirinya untuk tidak mau memakan daging manusia seperti keluarga yang lainnya.     

Dan selalu membelikan makanan dari luar, selama Mesya mau makan dalam satu meja bersama dengan keluarganya.     

"Mesya,"     

"Iya, ada apa, Romi?"     

"Sekarang Ibu-mu sudah benar-benar tidak membuatkanmu bekal lagi ya?"     

"Tentu saja tidak. Bahkan ketika berada di rumah, Ibu selalu membelikanku makanan dari luar, hanya demi agar aku bisa makan bersama mereka," jelas Mesya dengan bangga     

"Wah, mereka itu benar-benar sangat menyayangimu ya, Mesya. Bahkan mereka sampai membelilanmu makan dari luar. Itu artinya mereka juga menghargai dirimu," tutur Romi.     

"Iya, Romi. Aku juga senang karna sekarang, keluargaku sudah memberi sedikit kebebasan untukku," tukas Mesya.     

"Eh, ngomong-ngomong di mana Kakak-mu Arthur? Aku lihat kau hanya berangkat dengan Kak David, saja?"     

"Kau tidak dengar dengan kabar yang menimpa, Kak Arthur?" tanya Mesya yang heran. Lalu Romi menggelangkan kepalanya dengan polos.     

"Tidak tuh," jawab Romi.     

Mesya baru ingat akan suatu hal, jika kedua orang tuanya memang tidak ingin berita tentang kecelakaan yang menimpa Arthur Davies, itu tersebar.     

Bahkan mereka sampai membungkam mulut-mulut para saksi dengan uang.     

Entah apa yang sedang mereka pikirkan, Mesya juga merasa aneh. Karna harusnnya mereka mengerahkan banyak orang untuk mencari Arthur agar segera ditemukan, tapi mereka malah menyimpan rapat-rapat berita ini dari media dan sengaja membiarkan Arthur begitu saja.     

"Arthur, itu baru saja mengalami kecelakaan, Rom. Dan sampai sekarang dia belum ditemukan," jelas Mesya.     

Seketika kedua bola mata Romi menajam.     

"Hah, kau ini bicara serius?" Romi benar-benar syok mendengarnya.     

"Kenapa berita ini tidak tersebar?!" tanya Romi.     

"Sepertinya keluargaku memang sengaja menyembunyikan ini semua, Rom. Bahkan mereka itu bertingkah seperti tak terjadi apa pun. Mereka menganggap jika Arthur baik-baik saja," jelas Mesya.     

"Bagiamna bisa begitu? Apa mereka itu tidak takut jika terjadi sesuatu dengan putranya?"     

"Tidak!"     

"Hah, bagiamna bisa?! Orang tua macam apa mereka itu?" cerca Romi.     

"Enatalah, Rom. Mereka itu memang sangat aneh, aku juga heran dengan mereka,"     

"Ah ... tapi ...."     

"Tapi apa, Romi?"     

Seketika Romi, melebarkan senyuman.     

"Kau ... tersenyum?" Mesya heran.     

"Eh, Mesya. Kau harusnnya bersyukur atas kepergian Arthur,"     

"Kau ... kenapa malah bilang seperti itu? Kakakku itu sedang dalam bahaya lo?" protes Mesya.     

"Biarkan saja, Mesya, dengan begitu dia tidak akan menebar terror kepadaku, dan juga dia tidak lagi mengganggumu," pungkas Romi dengan raut wajah yang bahagia.     

"Ya kau memang benar, Rom. Tapi enatah mengapa aku masih merasa tak tega jika dia benar-benar mati," jelas Mesya.     

"Ah, maaf Mesya, mungkin aku terlalu jahat karna berbicara begitu kepadamu. Karna bagaimanapun juga dia itu anggota keluragamu," Romi merasa tak enak kepada Mesya.     

"Iya, Rom. Tidak apa-apa kok, lagi pula memang wajar kalau kau berbicara begitu, toh Kak Arthur itu memang jahat, dia juga berusaha ingin membunuhku," tutur Mesya.     

"Benarkah?!"     

"Iya, bahkan pristiwa kecelakaan di pusat perbelanjaan itu, aku juga yakin kalau itu ulah dari, Kak Arthur," ujar Mesya.     

"Bisa kau ceritakan detailnya, Mesya?" pinta Romi dengan raut yang penasaran.     

Akhirnya Mesya menceritakan secara detail kepada Romi, termasuk kecurigaannya terhadap Arthur tentang kejadian kecelakaan itu.     

Mesya mengingat-ingat hoodie sweater yang dipakai oleh Arthur, dia pernah beberapa kali melihat Arthur menggunakan sweater itu. Sweater yang sama dengan yang oleh pemuda yang mendorong si wanita kemarin. Tentu saja hal itu membuat Mesya menajadi yakin jika pelakunya. Memang benar-benar Arthur.     

"Mesya, aku pikir Arthur itu kecelakaan karna terkena karma!" ujar Romi.     

"Karma?"     

"Tentu saja, dia ingin mencelakaimu tapi gagal. Dan malah salah sasaran, setelah itu dia meninggalkan pusat perbelanjaan dengan raut ketakutan, hingga akhirnya menuntunnya pada sebuah kecelakaan motor!" jelas Romi.     

"Ah, entahlah Romi,"     

"Ah, yasudah ayo makan,"     

***     

Bel istirahat telah berbunyi, seakan menggiring para siswa untuk pergi ke kantin.     

Tapi tidak untuk David, dia memilih untuk diam di kelas dan mengutak-atik laptopnya. Berkali-kali dia mengetik sebuah kata lalu mencarinya di mesin pencarian internet..     

"David!" panggil Marry.     

"Eh, kau, Mar! Ada apa?" tanya David.     

"Kau, tidak ingin keluar kelas?"     

"Tidak," jawab David, "kau sendiri tidak ingin keluar?" tanya David.     

Marry menggelengkan kepalanya.     

"Tapi, aku tidak lapar, lagi pula aku bawa bekal," jelas Marry. "Eh, kau sedang sibuk ya?" Marry melirik kearah laptop yang ada di hadapan David.     

"Aku sedang mencari seseorang," jawab David.     

"Mencari seseorang? Siapa?" tanya Marry.     

"Namanya Ana Amelia, mantan pengurus panti asuhan Pelangi Senja," jawab David.     

"Maksudnya panti asuhan yang dulu terbakar itu ya?" tanya?" tanya Marry memastikan.     

"Hah?!" Mendengar nama itu membuat Marry syok.     

"Mau apa kau mencari orang itu? Kau ingin membunuhnya ya?!" tuduh Marry kepada David.     

"Huft... aku tidak ingin membunuhnya, Marry, tapi karna memang aku sedang ada perlu dengannya," jelas David.     

"Tolong jangan macam-macam dengan wanita itu, David!" cantas Marry.     

"Aih!" David menggelengkan kepalanya sambil berdecak kesal. Nampaknya Marry itu salah paham dengan tujuan David yang ingin menemui Ana Amelia.     

Tapi sikap Marry yang aneh itu, menunjukka jika Marry memang mengenal Ana Amelia.     

"Marry, ayo jujur kepadaku, apa kau mengenal, Ana Amelia?" tanya David.     

"...."     

"Kenapa diam? Kalau kau diam, itu artinya kau memamg benar-benar mengenalnnya?"     

"Yah, aku memang mengenalnya! Dia itu Bibi-ku, lalu mau apa kau mencari wanita malang itu!?" tanya Marry dengan raut kesal kearah David.     

"Kau terihat sangat tidak suka saat aku bertanya soal wanita itu! Memangnya kenapa?" tanya David.     

"Kenapq? Ya tentu aku takut jika keluargamu akan membunuh Bibi-ku itu!"     

"Hufft... kau tenang saja, aku tidak akan membunuhnya," jawab David dmgan santai.     

Marry langsung terdiam lalu memandang ke arah David dengan seksama     

"Kalau tak membunuhnya?lalu apa tujuanmu mencarinya?" tanya Marry, "bukankah? Kau dan keluargamu itu hobi membunuh orang?" ujar Mesya.     

"Tidak, Marry. Aku tidak ingin membunuhnya. Tapi aku membutuhkan dirinya untuk Mesya," kelas David.     

"Mesya?"     

"Iya, Mesya sangat rindu kepada beliau," jawab David.     

Marry baru ingat, jika Mesya itu bukan saudara kandungnya David. Dan dia didopsi dari sebuah panti asuhan, yang artinya bisa saja jika Mesya adalah anak asuh dari Bunda Lia.     

"Mesya, ingin bertemu dengan Bibi-ku?"     

"Iya, dia bilang rindu dengan Bunda Lia, atau wanita yang memiliki nama asli 'Ana Amelia' itu," jawab David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.