Anak Angkat

Mencelakai Bunda Lia



Mencelakai Bunda Lia

0Arumi dan Charles sedang membicarakan tentang Lia.     

Arumi ingin menghabisi Lia,  tapi Charles kurang setuju atas rencana istrinya itu, karna menurutnya terlalu berlebihan membunuh orang yang sudah sakit-sakitan seperti Lia.     

Tidak menyenangkan bagi Charles, karna kurang menantang dan tidak ada perlawanan.     

Tapi Arumi terus memaksanya agar tetap menghabisi Lia.     

Arumi sangat membenci Lia, karna sejak dulu mantan pengurus panti itu selalu saja ingin merebut Mesya darinya.     

Tentu saja ini membuat Arumi tak bisa tenang, dia takut jika sewaktu-waktu dia akan mengambil Mesya.     

"Sayang, tidak usah khawatir, aku pasti menuruti perintahmu.  Aku akan membunuh wanita itu walaupun terasa kurang menantang," ujar Charles.     

"Terima kasih, Sayang," jawab Arumi.     

"Kau ingin aku membunuhnya dengan cara apa?" tanya Charles.     

"Bunuh saja dengan cara yang lembut, aku tidak ingin dia mengeluarkan sedikitpun darah, agar Masya tidak mengetahuinya jika kita yang membunuhnya," jawab Arumi.     

"Baiklah, aku akan melakukan sesuai perintahkan, Sayang,"     

Mereka berdua masih asyik saling mengobrol, tepat di saat itu Mesya keluar dari dalam kamarnya, karna dia ingin mengambil sesuatu di dapur.     

Tak sengaja Masya melihat kebersamaan Charles dan juga Arumi yang sedang mengobrol.     

Mesya tak mendengar apa yang sedang diobrolkan oleh kedua orang tuanya itu. Tapi Mesya sangat yakin, jika Arumi dan Charles sedang merencanakan sesuatu.     

Mesya berhenti dan segera bersembunyi, dia mulai menguping pembicaranya kedua orang tuanya, tapi sayangnya pembicaraan mereka sudah selesai.     

'Ah aku telat, harusnya aku kesini sejak tadi, supaya aku bisa mendengar obrolan mereka,' bicara Mesya dalam hati.     

"Baik, aku akan membunuhnya besok, dan percaya saja kepadaku jika wanita itu tidak akan bisa lagi mengganggu, Mesya," ucap Charles.     

Setelah itu kedua pasangan suami istri itu keluar dari dapur, dan mereka masuk ke dalam kamar pribadinya.     

Perlahan-lahan Mesya keluar dari tempat persembunyiannya.     

"Siapa wanita yang mereka maksud? Apa itu Bunda Lia?" Mesya mulai khawatir akan hal itu.     

"Ah, tapi tidak mungkin juga kalau mereka akan membunuh, Bunda Lia, karna mereka tidak tahu kalau Bunda masih hidup dan aku baru menemuinya?"     

Mesya masih ragu akan tebakannya, tapi hal ini sudah membuat hatinya tak tenang.     

Entah siapa wanita yang mereka maksud, yang jelas ini tidak bisa di biarkan. Dan hal ini mendorong Mesya untuk menyelidikinya secara diam-diam.     

Ceklek!     

Mesya membuka pintu kulkas dan meraih satu botol air mineral.     

Setelah itu Mesya kembali ke kamarnya.     

"Aku harus menyelidikinya sendirian, aku tidak boleh memberi tahu hal ini kepada, Kak David, karna kalau sampai ketahuan Ayah dan Ibu, maka mereka akan menghukum Kakak," gumam Mesya.     

***     

Malam yang pekat mulai memudar, kicau burung mulai terdengar. Mesya baru terbangun dari tidurnya, dia mengingat akan suatu hal, yaitu misi sang ayah.     

Kebetulan hari ini tanggal merah, sehingga Mesya tidak berangkat ke sekolah, lain halnya dengan David, dia tetap harus berangkat ke sekolah, karna ada pelajaran tambahan, untuk menyongsong ujian nasional.     

Charles yang mengantarkan David. Sementara Mesya  hanya menghabiskan hari liburanya berada di rumah, bersama dengan Arumi.     

"Mesya, apa kau ingin pergi jalan-jalan keluar?" tanya Arumi kepada Mesya.     

"Tidak, Bu," jawab Mesya.     

"Kenapa tidak, Sayang? Kalau kau bosan berada dirumah, Ibu akan mengantarkanmu, Nak," ucap Arumi.     

Mesya kembali menolaknya dengan sopan. Tentu saja Mesya tidak mau pergi bersama Arumi sementara Charles sedang berusaha untuk membunuh seseorang yang entah siapa itu?     

Yang jelas Mesya tidak mau membuang-buang waktu untuk pergi jalan-jalan bersama Arumi, sementara ada hal penting yang harus ia lakukan, yaitu menyelidiki Charles.     

"Bu, aku lelah sekali karna setiap hari harus berangkat ke sekolah, jadi aku ingin libur kali ini akan aku habiskan untuk diam di rumah saja dan tidur," tutur Mesya.     

"Oh, begitu ya? Ah baiklah Ibu bisa mengerti, Sayang," ucap Arumi, dia mengelus rambut Mesya dan berlalu pergi.     

***     

Malam harinya saat semua mulai tertidur, Charles keluar dari dalam rumah.     

Mesya mengintip dari jendela kamarnya yang terletak di lantai atas, Mesya bisa mencium gelagat Charles yang hendak pergi ke suatu tempat. Mesya Sangat yakin jika malam ini Charles hendak melakukan pembunuhan kepada wanita yang ia maksud tadi bersama dengan Arumi.     

Seketika Mesya mengikutinya secara diam-diam. Dia keluar dari kamarnya dengan menuruni tangga atas. Mesya membuat tangga darurat yang terbuat dari selimut dan diikat menyambung-nyambung hingga menjadi sebuah tali panjang.     

Mesya berhasil turun ke bawah tapi sayangnya Charles sudah menjauh, tak ada pilihan lain, Mesya memanggil ojek online untuk mengejar sang ayah.     

Meski dia tak tahu kemana ayahnya akan pergi, dan tentunya dia juga sudah kehilangan jejak sang ayah.     

Mesya tak ada tujuan lagi selain pergi ke rumah Bunda Lia.     

Hanya Bunda Lia yang saat ini dekat dengannya. Dan Mesya takut jika Charles benar-benar akan menghampiri Bunda Lia,     

Mereka itu seperti memiliki seribu mata-mata yang selalu saja mengetahui apa yang dilakukan oleh Mesya, termaauk mengetahui siapa saja yang sedang dekat dengan Mesya. Terlebih ada raut aneh dari wajah Arumi, saat bertanya kepadanya kemarin.     

Meski dia mempercayai alasan Mesya saat pulang telat karna pergi ke kafe, tapi seperti ada sesuatu yang sebenarnya telah diketahui oleh Arumi.     

Mesya tidak bisa tenang, dia tidak mau kalau Bunda Lia akan menjadi korban untuk kedua kalinya dari keluarganya. Sudah cukup Lia menderita saat panti asuhan mengalami kebakaran dulu, Mesya tidak rela kalau Bunda Lia menderita lagi.     

"Aku tak boleh tinggal diam, meski aku masih belum yakin jika tujuan Ayah, adalah Bunda! Tapi aku harus tetap kesana karna aku takut terjadi apa-apa dengan Bunda," gumam Mesya.     

Dan tak berselang lama, ojek online yang ia pesan sudah sampai, dengan segera Mesya menyuruh sang driver menuju rumah Lia.     

***     

Untuk pertama kalinya Mesya keluar malam sendirian, terlabih letak rumah Lia cukup jauh dari tempat tinggalnya.     

Entah mengapa waktu terasa begitu lambat dari biasanya, mungkin karna persaan Mesya yang sedang gugup, karna mimirkan keselamatan Lia, dan ingin segera sampai.     

Tapi ada saja yang memperlamabat perjalannya.     

Hanya tinggal beberapa menit lagi sampai, tapi motor yang ditumpangi oleh Mesya pun malah rusak. Semakin membuat Mesya merasa gugup dan panik saja.     

"Aduh, kenapa malah berhenti, Pak?"  tanya Mesya dengan raut yang panik.     

"Maaf, motornya rusak, Mbak," jawab si Tukang Ojek.     

"Apa?!" Mesya segera meraih uang dalam sakunya dan membayarkan kepada si Tukang Ojek.     

"Ini, uangnya! Saya akan melanjutkannya dengan berjalan kaki!" tukas Mesya seraya menyodorkan uang kemudian berlari begitu kencang.     

"Kembaliannya, Mbak!" teriak si Tukang Ojek.     

"Sudah ambil saja!" sahut Mesya.     

Mesya semakin mempercepat langkah kakinya. Meski dia merasa kesakitan, karna dia tidak memakai alas kaki.     

Deru nafasnya terdengar berat tak beraturan, sebenarnya gadis itu sudah merasa lelah, tapi dia harus segera sampai di rumah Bunda Lia.     

***     

"Huft... akhirnya aku sampai juga!"     

Hosh! Hosh!     

Mesya mengatur nafasnya sejenak setelah itu melanjutkan berlari.     

Dia melihat mobil sang Ayah yang terparkir di depan gerbang, dan mendapati gerbang rumah Bunda Lia juga sudah terbuka.     

"Ternyata benar, Ayah akan membunuh, Bunda Lia," gumam Mesya. Tanpa berpikir panjang dia langsung memasuki gerbang.     

Dan secara perlahan dia mencari keberadaan Charles.     

"Dimana, Ayah?" Mesya mengedarkan pandangannya.     

Menembus kegelapan yang hanya ada bantuan sedikit cahaya listrik.     

"Pintu rumah, Bunda, juga terbuka? Aku harus segera masuk,"     

Masih dengan cara mengendap-endap Mesya masuk ke dalam rumah Lia.     

Dia melihat ada sang Ayah yang sedang memasuki kamar Bunda Lia, Charles menaruh sesuatu di dalam gelas air minumnya.     

Setelah itu Charles berpindah ke dapur dan membuka lemari pendingin.     

Dia juga menaruh sesuatu di setiap botol air mineral yang ada di dalam kulkas itu.     

'Apa yang dilakukan oleh Ayah?' bicara Mesya di dalam hati.     

Setelah itu, Charles pun keluar dari dalam rumah Lia.     

Mesya segera keluar dari tempat persembunyiannya.     

Sesaat dia mengintip kepergian ayahnya dari kaca jendela.     

Charles kian menjauh, dia berjalan keluar gerbang, cara kerjanya begitu rapi, bahkan dia juga kembali mengunci pintu rumah Lia seperti semula sehingga tak ada yang mencurigai jika ada yang membobol masuk di rumahnya.     

Setelah terdengar mobil sang ayah sudah mulai menjauh, Mesya segera masuk ke kamar Bunda Lia.     

"Bunda!" teriak Mesya.     

Lia sampai kaget mendengar teriakan Mesya, wanita itu pun segera bangkit.     

"Mesya, kenapa kamu ada di sini?!" tanya Lia yang syok.     

"Bunda!" dengan kedua mata yang berkaca Mesya memeluk Bunda Lia.     

"Tunggu! Ada apa ini? Dan kenapa kamu bisa berada di rumah ini?! Bagaimna cara kamu masuk?!" Lia masih heran dengan kehadiran Mesya.     

Setelah itu Mesya meraih gelas yang berisi air putih dari meja kamar Lia.     

"Hey, itu punya, Bunda! Mau dibawa kemana, Mesya? " tanya Lia.     

Mesya tak menyahuti pertanyaan Lia, dia membuang isi gelas itu kedalam wastafel, dan Mesya juga membuka lemari pendingin Lia, lalu dia membuang seluruh botol air mineral di dalamnya.     

"Mesya, sebenarnya ada apa Nak? Kenapa kamu aneh sekali?!" tanya Lia.     

Setelah itu Mesya duduk dan mengajak Lia bicara.     

Mesya menceritakan semuanya kepada Lia.     

"Bunda, Ayah, tadi datang kemari, dia menaruh racun di semua air minum Bunda Lia, jadi aku mohon agar Bunda, segera meninggalkan rumah ini," pinta Mesya.     

"Tapi, bagimana Tuan Charles, bisa masuk ke dalam rumahku? Aku sudah menguncinya rapat-rapat, Mesya?"     

"Bunda, Ayah itu bisa melakukan segalanya, kalau hanya sekedar membuka pintu rumah itu bukan hal yang sulit baginya, jadi aku mohon kepada Bunda, agar segera meninggalkan rumah ini!"     

"Tidak bisa, Mesya, ini adalah rumah peninggalan orang tuaku,"     

"Ayolah, Bunda! Ini demi keselamatan, Bunda!"     

"Mesya, Bunda harus pergi kemana?"     

"Terserah, Bunda, akan pergi kemana? Tapi jangan di kota ini! Aku mohon, Bunda ...."     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.