Anak Angkat

Rencana Licik



Rencana Licik

0Selena mendobrak pintu rumahnya dengan kasar. Dengan tegesa-gesa dia ingin memberi tahu kelaurgaya tentang kelurga Davies.     

Brak!     

Rani sang ibu sampai tersentak melihat kedatangan putrinya.     

"Selena! Kamu itu kenapa sih!? Tiba-tiba pulang tanpa mengucapkan salam!" ocehnya kepada Seleba.     

"Bu, ini benar-benar masalah genting, Bu! Ayo sekarang kita kemasi barang-barang kita!" ujar Selena.     

"Loh, memangnya kenapa? Kok tiba-tiba berkata seperti itu?!" Wanita setengah tua itu tampak bingung dengan Selena.     

"Bu, ini tentang keluarga Davies, Bu!" jawab Selena.     

"Iya, ada apa dengan keluarga Davies?"     

"Bu, mereka itu ingin memanfaatkanku!" jawab Selena.     

Rani pun segera menepis ucapan putrinya.     

"Kamu itu jangan asal bicara, Selena! Belum tentu apa yang kamu ucapkan itu benar! Dan dari mana kamu bisa tahu kalau mereka itu hanya memanfaatkan kamu? Bukanya kebalikannya, kamu yang akan memanfaatkan kekayaan mereka?!" tukas Rani dengan raut wajah yang masih meragukan putrinya     

"Sudah percaya saja dengan ucapanku, Bu! Mereka itu bukan orang baik seperti yang kita kira! Tapi mereka itu orang yang jahat dan menyeramkan!" tegas Selena.     

"Bagaimana Ibu bisa percaya akan hal itu? Karna Ibu lihat sendiri mereka itu benar-benar sangat baik dan juga sopan!" Ratu berusaha terulus menyangkal ucapan putrinya. Dia benar-benar tak percaya, dan lagi pula dia tidak rela jika gagal berbesanan dengan keluarga Davies.     

"Bu, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri! Bahkan mereka mengatakan jika hanya menginginkan anak yang akan kulahirkan dari pernikahan ini!" jalas Selena dan nampaknya gadis itu belum selesai bicara.     

Tapi sang ibu malah langsung menyerobot pembicaraannya.     

"Loh, memangnya kenapa? Bukankah itu hal yang wajar?  Ibu pun juga seperti itu, mengharapkan cucu dari pernikahanmu dan David!" ujar Rani.     

"Tapi  bukan itu yang mereka inginkan, Bu!"     

"Apa maksud kamu ini, Selena! Ibu tidak mengerti!?" Rani tampak semakin bingung.     

Selena menghela nafas sesaat.     

"Bu, mereka ingin menjadikan bayi yang akan kulahirkan nanti sebagai tumbal ritual sesat mereka," jelas Selena.     

Rani tampak syok mendengarnya. Menurutnya ucapan Selena itu tak masuk akal.     

"Kamu itu bicara apa, Selena? Mana mungkin mereka melakukan hal itu?" ucap Rani mengocehi putrinya.     

"Bu, aku bicara benar! Mereka kaya raya karna menyembah Iblis! Dan mereka akan mengorbankan bayi untuk menyempurnakan ilmu mereka!" jelas Selena.     

Rani terdiam sesaat dengan raut wajah yang seakan tak percaya.     

Dia benar-benar tak menyangka jika keluarga Davies itu adalah penganut aliran sesaat, dan dia tak menyangka jika mereka hanya ingin memanfaatkan putrinya.     

"Tapi, mereka itu sangat baik, Selena?" ujar Rani.     

"Ibu, masih tak percaya dengan ucapanku? Baiklah, aku akan jujur kepada Ibu!" ujar Selena.     

"Kamu ingin berkata apa, Sayang?"     

"Bu, sebenarnya aku dan David itu tidak saling mencintai. Memang aku menyukai David. Tapi David sama sekali tak menyukaiku. Dan anehnya dia mau saja saat orang tuanya memaksanya untuk menikah denganku!  Dan awalnya aku merasa menjadi gadis yang beruntung karna disukai oleh seluruh keluarga Davies. Aku tak peduli meski David tak menyukaiku. Yang penting kedua orang tuanya menyayangiku dan mengharapkanku untuk menikah dengan putranya. Aku ingin  harta mereka. Masalah cinta urusan belakang. Dan ternyata semua harapan indah yang mereka berikan kepadaku itu hanyalah kepalsuan. Aku sangat kecewa saat aku tahu jika semua adalah kedok untuk menutupi kebusukan  mereka. Mereka adalah para orang jahat yang rela melakukan apapun untuk menyembah Iblis!" ucap Selena, menjelaskan kepada sang  ibu dengan detail.     

Akhirnya Rani sedikit mempercayai ucapan Selena. Walau sebenarnya dia sangat menyayangkan hal ini. Terlebih Rani sudah sangat bangga karna, putrinya akan menikah dengan seorang putra konglomerat, karna hal ini bisa menaikan setatus sosialnya, dan seluruh teman-temannya akan memuji keberuntungannya. Tapi sayang semua itu harus pupus, saat mendengar pernyataan oleh Selena.     

"Bu, jangan melamun! Ayo kita pergi sekarang juga!" sergah Selena.     

"Iya, Nak! Tapi apa tidak ada pilihan lain? Lagi pula—"     

"Tidak ada, Bu!" bentak Selena, "dimana, Ayah! Ayo kita panggil Ayah, dan mengajaknya pergi!" pinta Selena.     

"Ayahmu sedang pergi sebentar karna ada urusan! Dan saran Ibu, kita tidak usah pergi dari rumah ini!" ujar Rani.     

"Bagaimana bisa ibu masih sempat berkata begitu? Kita harus pergi sekarang, Bu!" ujar Selena.     

Tapi ibu belum siap, Nak! Meninggalkan rumah tak sudah itu!"     

"Bu ayolah, Bu! Ini demi keselamatan kita, Ibu!"     

"Iya, tapi kita tidak bisa pergi begitu aja, Selena! Bagamana dengan rumah kita ini?! Dan akan kemana kita pergi?!" tanya Rani.     

Selena pun terdiam sesaat, dia sendiri juga belum tahu akan kemana dia pergi. Terlebih satu-satunya aset terbesar dalam keluragnya hanyalah rumah ini.     

Dia tak bisa meninggalkannya begitu saja, kalau pun harus pergi setidaknya di harus menunggu rumah ini terjual dulu.     

Selena teramat gegabah akibat dia yang terlalu ketakukan. Pikirannya tak bisa jernih, karna yang ada dalam bayangannya hanyalah teror kldari keluarga calon suaminya itu.     

"Selena, ayo kita pikirkan ulang ucapanmu itu. Kita cari cara lain. Mungkin kita bisa bicara baik-baik dengan mereka," tukas Rani.     

"Bagaimana Ibu bisa seyakin ini kalau mereka mau berbicara baik-baik dengan kita, Bu?"     

"Ya karna yang kulihat mereka itu bukan orang yang kasar. Mereka menjunjung tinggi tata krama. Ibu yakin mereka mau mendengarkan  kita  bila kita berbicara dengan baik-baik." Pungkas Rani meyakinkan Selena.     

Tapi Selena masih tak bisa tenang. Dan dia takut jika keluarga Davies tetap akan memaksanya menikah dengan putra mereka. Dan setelah mendapatkan bayi darinya, maka mereka akan menghabisinya.     

Itu adalah hal yang menyeramkan yang pernah ia dengar.     

"Selena, Ibu punya cara untuk membuat mereka tidak lagi memaksamu untuk menikah dengan David!" ujar Rani.     

"Bagaiamana caranya, Bu?" tanya Selena.     

Lalu dengan sigap Rani segera menjelaskan  rencananya kepada Selena.     

"Kita membuat surat diagnosa dokter yang menyatakan bahwa kamu itu seorang yang mandul!" ujar Rani.     

Seketika kedua mata Selena membulat sempurna, ada sedikit rona bahagia dalam wajahnya.     

"Ah ya... ide Ibu, bagus juga," ucapnya sambil tersenyum.     

"Bagaiamana? Apa kamu setuju?" tanya Rani memastikan.     

"Tentu saja, aku setuju! Ide Ibu, sangat menarik, lagi pula aku tak punya pilihan lain, Bu!"     

"Baiklah, kalau begitu dengan segera, Ibu akan membuat surat diagnosa dokter palsu, yang akan kita tunjukkan  kepada mereka!"     

"Baiklah, Bu! Aku berharap usaha kita ini berhasil, Bu,"     

"Iya, Sayang, percayalah jika kita pasti akan berhasil!"     

Drrt....     

"Ada telepon!"     

"Dari siapa?"     

"Bu Arumi!"     

"Astaga! Yasudah angkat saja, Nak!"     

"Tapi, Bu?"     

"Sudahlah, angkat saja, Selena!"     

"Ah, baiklah!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.