Anak Angkat

Hanya Alasan



Hanya Alasan

0"Halo, ada apa, Ibu?" sapa Selena lewat telepon.     

[Halo, Sayang, kenapa kamu tidak datang ke rumah? Padahal sejak tadi, Ibu, sudah menunggu kedatanganmu, Sayang,] ucap Arumi.     

"Iya, Bu. Maaf ... aku sedang tidak enak badan, jadi aku tidak bisa datang," tukas Selena yang beralibi.     

[Benarkah? Baiklah kalau begitu,  Ibu akan segera kesana untuk menjengukmu,] pungkas Arumi.     

"Eh, tidak perlu Bu!"     

Tapi Arumi nampak tidak menggiraukannya.     

Dan tak lama sambungan telepon pun terputus.     

Tut... tut....     

"Bu, bagaiamna ini, Nyonya Arumi, akan datang kemari untuk menengokku? Aku rasa sudah berkata kepadanya bahwa aku sedang sakit!" ujar Selena dengan panik.     

"Sudah tidak apa-apa, Selena! Kita pasti  harus bersikap biasa saja. Dan setelah ia berhasil membuat surat diaknosa palsu, barulah kita akan berakting sebagus mungkin," ujar Rani.     

"Baiklah, Bu. Dan sekarang aku harus bagaimana?" tanya Selena.     

"Ya kamu harus berpura-pura sakit, Selena! Kamu harus menghapus riasanmu dan bilang saja kalau kamu sedang kurang enak badan karna anemia parah," ujar Rani.     

Selena pun mau menuruti ucapan dari sang ibu.     

Dia langsung menghapus riasannya, dan membiarkan wajahnya polos tanpa sentuhan make-up.     

"Aku sudah menghapus riasanku, Bu! Sekarang aku harus bagaiamana lagi?"     

"Hay, Selena! Memangnya kau itu tidak pernah sakit ya?! Sampai harus bertanya bagaimana caranya agar terlihat seperti orang sakit sungguhan!?" oceh Rani.     

"Maaf, Bu! Tapi aku benar-benar sedang panik, sehingga pikiranku tak bisa berjalan dengan sempurna!" jelas Selena.     

"Ah dasar, Bodoh!" Rani pun segera menarik tangan Selena, dan membawanya masuk ke kamar.     

"Sekarang yang harus kau lakukan hanya berbaring dan memajamkan mata! Jangan lupa caramu bicara juga harus dibuat lemas, agar terlihat seperti orang sakit sungguhan!"  ujar Rani menyuruh Selena dan gadis itu pun hanya bisa mengangguk nurut dengan ucapan sang ibu.     

Beberapa saat kemudian, terdengar bel pintu yang berbunyi, dan dengan segera Rani membukkan pintu itu.     

Ceklek!     

Tampak Arumi dan Charles sedang tersenyum ramah menyambutnya. Tangan kedua orang itu masing-masing membawa tentengan oleh-oleh.     

"Selamat siang, Bu Rani," sapa Arumi.     

"Se-la-mat siang, Bu Arumi," sahut Rani.     

"Boleh kami masuk?" tanya Charles.     

"Ah, tentu saja, Pak Charles," jawab Rani.     

Lalu dia mempersilakan kedua pasutri itu masuk ke dalam rumah.     

"Ini, tolong berikan untuk Selena ya, Bu," ucap Arumi seraya menaruh satu keranjang buah-buahan segar di atas meja.     

"Baik, Bu, terima kasih," jawab Rani.     

Dan Charles pun juga tak mau kalah, dia juga menaruh sesuatu di atas meja, yang hendak ia berikan kepada Selena.     

"Bu Rani, tolong berikan ini juga untuk Selena," ucap Charles.     

"Terima kasih, Pak, Bu. Karna sudah repot-repot kemari dan membawakan oleh-oleh untuk putri saya," ujar Rani, "tapi kalau boleh saya tahu, apa isi paper bag ini Pak?" tanya Rani kepada Charles. Dan Arumi pun langsung menimbrung ucapan Rani Dan Charles.     

"Dalam paper bag, itu berisik vitamin dan beberapa obat penyubur kandungan," jelas Arumi.     

Tentu saja hal ini membuatnya merasa sangat syok.     

Bahkan Selena dan David belum menikah saja, keluarga ini sudah memberikan obat penyubur kandungan. Terlihat sekali jika apa yang di katakan oleh Selena itu memang benar. Dan tujuan mereka menikahkan putra mereka dengan Selena adalah, hendak memanfaatkan bayi  yang akan terlahir dari  rahim Selena.     

"Bu, kenapa malah melamun?" tanya Arumi, dan Rani sampai  tersentak mendengarnya.     

Dia langsung tersadar dari lamunannya.     

"Ah! Maaf, Bu, Pak!" sahut Rani.     

"Bu, apa boleh kami nenengpk Selena yang sedang sakit?" tanya Arumi.     

"Tentu saja ...,"jawab Rani agak ragu-ragu.     

"Mari saya antarkan, Bu, Pak!" kata Rani.     

Wanita itu menggiring Arumi dan Charles untuk masuk ke dalam kamar Selena.     

Sebelum memasuki kamar, Rani mengetuk pintunya, hal itu ia lakukan untuk memberi kode kepada Selena, agar bersiap-siap untuk berakting sebagai orang yang sakit.     

Tok! Tok!     

"Selena, buka pintunya, Sayang! Ada Bu Arumi, dan Pak Charles, mereka ingin menengokmu!" ujar Rani.     

Selena langsung bergegas untuk kembali berbaring lagi, padahal dia baru saja duduk sambil meneguk secangkir kopi.     

Selena menaruh cangkir kopinya di kolong ranjang, dan dia menutupnya dengan seprai yang menjuntai kebawah.     

Barulah dia berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal.     

Kemudian dia menyahuti teriakan ibunya dengan  suara lemah dan dibuat-buat.     

"Masuk saja, Bu ... pintunya tidak di kunci ...."  ujar Selena.     

Ceklek!     

Rani membuka pintu kamarnya, dan tampak Selena yang sedang berbaring.     

"Aduh, kasihan sekali, calon menantuku," ujar Arumi seraya berjalan mendekat.     

Wanita itu tampak sangat mengkhawatirkan keadaan Selena.     

Perhatian itu bukan karna rasa sayang,  tapi karna rasa khawatir jika terjadi apa-apa dengan Selena. Saat ini Selena adalah sesuatu yang berharga bagi mereka.     

"Apa kau sudah pergi ke dokter, Sayang?" tanya Arumi.     

"Su-sudah, Bu," jawab Selena dengan suara terbatas dan agak gemetar.     

"Lalu apa kata mereka?" tanya Arumi.     

Dan masih dengan suara bergetar Selena manyahutinya.     

"Mereka bilang, aku anemia dan aku hanya butuh istirahat serta makan yang cukup, Bu,"     

"Oh, jadi bagitu ya? Baiklah, tapi ...,"     

"Tap apa, Bu?"     

"Tapi, kalau benar kau sudah pergi ke dokter, lalu dimana obatnya? Kenapa aku tak melihat ada obat di meja kamar ini?" tanya Arumi.     

Selena dan juga Rani mulai panik. Tapi meski pun begitu, Rani tak mau terlihat sedang panik, dan dia segera menyahuti pertanyaan  Arumi.     

"Obat-obatnya saya simpan di kulkas, Bu! Saya tidak suka melihat meja yang berserakan!" ujar Rani.     

Arumi pun segera melirik ke     

arah meja lagi. Dan ternyata apa yang diucapkan oleh Rani itu berbanding terbalik dengan kenyataan.     

Rani berkata jika tak menyukai keadan meja kamar yang berserakan, tapi pada kenyataannya meja kamar Selena tampak sangat berantakan. Ada banyak sekali barang-barang yang tak sesuatu pada tempatnya  buku-buku yang tergeletak tak beraturan, jam tangan, ponsel, dan bebarapa alat kosmetik yang awut-awutan di atas meja.     

Arumi yakin jika Rani sedang berbohong, dan sebenar Selena itu tiadak berobat ke dokter, dan obat-obatan yang katanya di taruh di kulkas  itu hanya alasan saja, sebenarnya tak ada.     

"Selena, Ibu sangat  mengkhawatirkan keadaanmu, kau harus mau ikut kami ke dokter, untuk memeriksakan keadaanmu" ujar Arumi.     

"Tidak perlu, Bu, aku baik-baik saja," sahut Selena.     

"Tapi kau itu tampak sangat uring-uringan, Selena!"     

"Maaf, hal ini terjadi karna saya sedang menungu pesan dari David. Dia itu selalu mengabaikanku, Bu. Padahal kami ini sebentar lagi akan menikah!" ujar Selena yang beralibi.     

      

"Ah, begitu ya ... baiklah, Ibu akan berbicara kepada David," ujar Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.