Anak Angkat

Rencana Keluarga Selena



Rencana Keluarga Selena

0Dengan penuh semangat, Selena dan Rani pergi ke suatu tempat.     

Mereka hendak menemui orang yang membeli kalung itu.     

Mereka di antarkan oleh Dedi, sebagai sopirnya.     

Pria itu sebenar agak syok mendengar berita ini.     

Dan dia juga hampir tak percaya dengan penjelasan Celine yang mengatakan bahwa dia tidak jadi menikah dengan David. Dia tak menyangka jika calon besanya adalah penganut aliran sesat  dan berencana akan menjadikam calon cucu mereka sebagai tumbal. Dan hal yang mengejutkannya lagi, dan yang membuatnya tak menyangka adalah ketika mereka bilang akan membunuh Selena jika sudah tak berguna lagi.     

"Apa masih jauh tempatnya?" tanya Dedi.     

"Sebentar lagi, Yah! Sekitar satu KM lagi," jawab Selena.     

"Kenapa kita diajak di tempat seperti ini?" tanya Dedi.     

"Entahlah! Ibu, jadi takut," imbuh Rani.     

"Sudah, tidak apa-apa, yang terpenting kita sudah mengantongi uang mereka!" ucap Selena.     

"Ah, kau benar juga,"     

Ckit....     

Mobil mereka berhenti di tempat yang di janjikan, sebuah rumah kosong yang terbengkalai.     

"Ini, 'kan rumah kosong?" ucap Rani.     

"Ah, coba di telepon dulu!" sergah Dedi.     

Lalu Selena segera meraih ponselnya.     

Dia menelpon si Pembeli itu.     

"Bu, Anda di mana? Kami sudah sampai di tempat tujuan," ucap Selena.     

[Sebentar lagi asistenku akan mengambilnya,] tukas pembeli itu.     

Dan tak lama seorang pria bertubuh tinggi tegap menghampiri mereka.     

Tangan pria itu meraba dalam sakunya yang terdapat sebuah pistol.     

Pria itu berjalan mendekat.     

Selena dan yang lainnya tampak panik saat melihat pria berperawakan sangar itu mendekat.     

"Ayah, dia menyeramkan sekali, Ayah, aku takut," bisik Selena di telinga Dedi sang ayah.     

"Sudah tidak apa-apa, kita itu tidak boleh berprasangka buruk," ujar Dedi kepada Selena.     

Gadis itu sedikit tenang, tapi tangannya mesih mencengkram lengan baju sang ayah.     

Dan ketika pria itu sudah dekat, Selena melihat ada gagang pistol yang terdapat di dalam saku jaketnya.     

Selena dan yang lain sudah tampak panik, mereka takut di tipu, dan malah akan dirampok lalu di bunuh di  tempat ini.     

Tangan pria itu kembali merogoh sakunya, seketika kedua bola mata Selena membulat tajam. Dia takut pria itu akan menembaknya.     

Tapi pria itu malah terdiam sesaat, sambil memandangi wajah Selena dengan seksama begitu pula dengan kedua orang tua Selena.     

Pria itu teringat dengan pristiwa beberapa jam yang lalu.     

Seorang wanita menggunakan masker dan kecamata hitam memberikan selembar foto kepada pria itu.     

"Jika penjual kalung itu, orang-orang dalam foto ini, kau ambil saja barangnya, dan jangan membunuhnya! Tapi jika penjual kalung itu bukan orang-orang yang ada di foto ini, maka kau boleh melepas pelatukmu hingga mereka tewas!" pungkas wanita itu.     

Dan si pria menganggukkan kepalanya.     

Pria bertubuh tinggi besar ini adalah seorang pembunuh bayaran yang di perintahkan oleh seorang wanita yang membeli kalung itu.     

Karna yang ia lihat adalah orang-orang dalam foto, maka si pria kembali memasukkan pistolnya ke dalam saku.     

Lalu dia meminta kalungnya.     

"Di mana kalungnya?" tanya si pria dengan kasar.     

Dan dengan tubuh yang bergetar Selena mengeluarkan kalungnya.     

"I-ini ...,"     

"Baiklah, sekarang kalian boleh pulang!" ujar pria itu dengan suara yang kasar.     

Selena dan yang lainnya pun langsung masuk ke dalam mobilnya. "Baiklah, terima kasih, Tuan," ucap Selena.     

Dan pria  bertubuh kekar itu mengangguk.     

Selena dan yang lainnya kini dapat bernafas dengan lega. Akhirnya mereka bisa pulang dengan selamat, mereka pikir hidup mereka akan selesai di sini. Tapi ternyata tidak, dan orang itu benar-benar hanya akan mengambil kalung yang sudah di beli.     

Masih tak jelas apa maksud si Pembeli tidak mau mengambil barang pesanannya sendiri.     

Yang terpenting bagi Selena dan keluarganya mereka bisa mendapatkan uang yang banyak dari barang yang mereka jual.     

"Ayah, aku tadi takut sekali," ujar Selena kepada Dedi.     

"Iya Ibu juga hampir pingsan karna melihat perawakan orang itu! Yang ada di kantungnya itu beneran pistol, 'kan?" tanya Rani.     

"Iya, Bu, itu pistol sungguhan!" jawab Selena.     

"Ah, benar-benar menyeramkan! Ibu tak bisa membayangkan jika mereka menembak kita semua!"     

"Ah, sudah jangan di pikirkan lagi, Bu,"     

***     

Esok harinya mereka menjalani hari seperti biasa.     

"Selena, apa kau akan mengundurkan diri?" tanya Dedi.     

"Tentu saja, Ayah. Aku tidak mungkin tetap berada di perusahaan mereka!" jawab Selena.     

"Tapi David, 'kan tidak ada di sana? Lagi pula keluarga Davies, tak ada satu pun yang turun langsung mengurus perusahaan mereka! Lalu apa yang kau takutakan?" tanya Rani.     

"Iya, juga sih, Bu. Tapi aku tetap tidak nyaman berada di salah satu perusahaan mereka," ujar Selena.     

"Kalau begitu kau akan bekerja apa?" tanya Dedi,     

"Entalah, mungkin untuk sementara waktu aku akan menganggur sambil mencari lowongan kerja di internet," jawab Selena.     

"Ah, terserah kau saja, semua juga demi kebaikanmu, Nak,"     

"Iya, Ayah,"     

Di sela-sela obrolan mereka, tiba-tiba ponsel milik Selena bergetar. Rupanya Arumi yang menelpon mereka.     

Wanita itu mengundang Selena dan keluarganya untuk pergi ke kediaman Davies.     

"Tapi, nanti malam kami tidak bisa datang, Bu," ujar Selena.     

[Ayolah datang, Selena! Ada hal penting yang ingin kami bicarakan, Sayang,] ujar Arumi.     

"Apa tidak bisa besok saja, Bu?"     

[Tidak, Sayang, harus malam ini,]     

"Ah, begitu ya, Bu, ya sudah aku akan usahakan untuk memberi tahu Ibu dan Ayahku,"     

[Baiklah, kami menunggu kedatangan kalian di rumah ya,]     

Dan sambungan telepon pun terputus.     

Wajah Selena tampak sangat galau     

"Ada apa, Selena? Mereka bicara apa?!" tanya Rani.     

"Bu Arumi  mengundang kita makan malam bersama, dan sebenarnya aku sudah menolaknya tapi dia tetap memaksaku, Bu,"     

"Ah, tidak apa-apa, kita hadiri saja undangan mereka! Lagi pula ini adalah kesempatan kita untuk menunjukkan surat itu!" ujar Rani.     

"Memangnya suratnya sudah jadi, Bu?"     

"Iya, suratnya sudah jadi!"     

"Yasudah kalau begitu. Lagi pula aku juga sudah mengatakan 'iya' kepada mereka," ujar Selena.     

Sebenarnya Selena sudah tak mau berurusan dengan keluarga Davies setelah rahasia yang ia ketahui dari keluarga itu. Tapi Arumi terus memaksanya. Dan dia memang harus segera menyelesaikan ini  semua.     

Selena tidak mau jika mereka masih mengharapkan dia untuk menikah dengan David.     

Sekarang bukan sekedar harta yang paling utama baginya, melainkan keselamatan.     

***     

Malam telah tiba, Selena dan kedua orang tuanya sudah bersiap untuk mendatangi undangan keluarga Davies.     

"Bu, aku takut," keluh Selena.     

"Sudah tidak perlu takut, percaya saja bahwa rencana kita pasti berhasil" tukas Rani meyakinkan putrinya.     

Sedangkan Dedi masih terfokus dengan setir mobilnya.     

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan mobil mereka sudah sampai kediaman keluarga Davies.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.