Anak Angkat

Tangan Yang Terputus



Tangan Yang Terputus

0Betapa mengerikannya ucapan Arumi.     

Selena tak menyangka jika Arumi yang baik hati dan sangat derawan itu adalah orang yang menyeramkan.     

Pedang samurai panjang dengan sisi berkilau masih berada di tangannya.     

Arumi berjalan mendekat dengan tatap tajam.     

Selena dan kedua orang tuanya menundukkan kepala dengan raut ketakutan.     

"Ayo angkat kepala kalian! Ini tidak terlalu sakit kok!" tukas Arumi.     

"Bu! Tolong, Bu, jangan bunuh kami, saya mau menjadi menantu, Bu Arumi, saya rela memberikan calon anak saya untuk kalian ...." ucap Selena memohon.     

"Benarkah?  Kau akan  memberikan anakmu untuk kami!? Tapi bukannya kau bilang tidak bisa mempunyai keturunan ya?!" sindir Arumi.     

"Maaf, Bu, saya sudah berbohong, atas surat-surat yang menyatakan  saya tidak bisa hamil. Tapi percayalah, jika saya menikah dengan David nanti saya akan menyerahkan anak saya secara suka rela!" tukas Selena. Gadis itu masih berusaha untuk membuat Arumi luluh dan mau memaafkannya. Tak peduli jika dia harus dijadikan budak penghasil anak untuk ritual sesat mereka, yang terpenting Selena dan keluarganya masih diberi kesempatan untuk hidup.     

"Wah, sepertinya kau sekarang sudah mulai sadar ya?" Arumi tersenyum sinis.     

"Iya, Bu. Kami rela menjadi budak kalian, asalkan kalian masih tetap memberikan kesempatan kami hidup," pinta Rani.     

"Benar Bu, tolong beri kesampean kami untuk hidup," imbuh Dedi.     

"Kalian pikir aku sebodoh itu ya?"  Arumi kembali mengangkat pedang samurainya, "aku tidak suka memberi kesempatan kedua!" Dan Arumi sekarang menebaskan pedang samurai itu.     

Sisi pedang mendarat di bagian tangan kanan Selena, hingga tangannya terputus.     

Crrr....     

Darah menyembur, Selena dan kedua orang tuanya berteriak histeris. Tubuh Selena melemas saat melihat potongan tangannya terlempar ke lantai.     

"Bu Arumi! Kau benar-benar gila!" Dedi memaki seraya menunjuk-nunjuk ke arah Arumi.     

Tentu saja perlawanan itu membuat Arumi tak terima, Arumi kembali mengayunkan pedang samurainya tanpa permisi. Seketika tangan kanan Dedi terpotong.     

Kejadian ini hampir sama dengan kejadian yang dialami oleh Selena. Potongan tangan itu melayang  dengan darah berceceran yang mengotori lantai.     

"AYAH!" teriak kompak Selena dan Rani.     

Rani tak terima melihat suami dan anaknya kehilangan tangan. Dia pun berniat membalas perbuatan Arumi.     

"Dasar, Iblis!" umpatnya.     

Di dalam ruangan itu ada banyak sekali benda tajam, Rani bisa memilih salah benda tajam untuk menyerang Arumi. Dia memilih sebuah kapak berukuran sedang, karna benda itulah yang letaknya paling dekat dengan Rani.     

"ARUMI! KAU SUDAH MEMBUAT SUAMI, DAN PUTRIKU, CACAT!" teriak Rani. "AKU AKAN MEMBALASMU, BANGSAT!"     

Melihat kemarahan Rani sambil membawa sebuah kapak, tak membuat Arumi dan yang lainnya jera.     

Justru mereka malah menertawakan Rani secara bersamaan.     

"Haha! Lihat wanita ini?!" Arumi menunjuk Rani dengan ekspresi melecehkan. "Dia adalah seorang, Badut, yang akan  menghibur kita!" ujar Arumi.     

Athur dan Charles semakin kencang menertawakan  Rani.     

Hanya David satu-satunya orang yang diam dan konsisten dengan ekspresi datarnya.     

Rani tak tahan lagi melihat mereka yang malah ditertawakannya.     

Dia berlari menebasakan kapaknya ke tubuh Arumi. Tapi Arumi berhasil menghindar, dan kapak mendarat di atas meja kayu. Rani kesulitan menarik kapaknya. Sementara Arumi malah sudah berjalan mendekat.      

Dengan sigap Rani meraih benda yang lainnya tentunya yang paling dekat dengannya.     

Sebuah golok berukuran besar, ia gunakan untuk menyerang Arumi.     

Arumi mengangkat pedang samurainya, dan Rani juga mengangkat goloknya.     

Dua benda tajam itu saling beradu.     

Samurai yang terbuat dari besi yang lebih tipis, tak sepadan untuk melawan golok yang terbuat dari besi tebal, sehingga pedang samurai itu melentur, dan golok milik Rani pun  menebas bagian leher Arumi.     

Wanita itu terjatuh dengan noda merah kecoklatan yang membanjiri lantai.     

Rani cukup puas, dia pikir dia sudah berhasil mengalahkan Arumi. Tinggal melawan David, Charles, dan Arthur, tapi anehnya tak satupun dari mereka yang berniat melawan Rani, padahal Rani sudah berhasil membuat salah satu anggota keluarga mereka terjatuh.     

"Ayo maju? Lawan aku satu per satu!" tantang Rani.     

Tapi tiga pria itu malah menertawakan Rani. Hal itu membuat Rani semakin bingung saja. Sudah tahu Arumi dalam keadaan sekarat, tapi mereka semua malah menertawakannya. Tak ada sedikit pun kekhawatiran di wajah mereka, dan tak ada satu pun dari  mereka yang berusaha menolong Arumi.     

'Mereka itu benar-benar aneh,' bicara Rani di dalam hati.     

"Ibu! Hati-hati!" teriak Selena. Gadis itu masih peringisan menahan rasa sakit di tangannya, wajahnya memucat karna kehabisan banyak darah.     

Begitu pula dengan Dedi, dia sudah tak kuat lagi untuk berdiri. Meski kakinya tak bermasalah, tapi luka di tangan yang mengeluarkan banyak darah, berhasil membuat Dedi tak berdaya. Pandangannya sudah mulai kabur dan hampir pingsan, hanya saja dia berusaha untuk bertahan demi anak dan istrinya.     

"Hey, kalian kenapa tidak melawanku? Apa kalian takut?" tanya Rani dengan nada menantang ketiga pria di hadapannya itu.     

"Lihat! Ibu kalian sekarat! Apa kalain tidak ingin membalasnya?!" Rani mencoba memancing mereka lagi. Tapi masih tak ada respon dari ketiga pria yang ada di hadapannya itu, selain tertawaan yang mencemooh dari Arthur dan Charles. Rani tak habis pikir dengan tingkah keluarga ini. Benar-benar aneh dan membuat siapapun bertanya-tanya!     

"Sebenarya, kalian itu kenapa malah menertawakanku?!" tanya Rani.     

"Bu, kami tertawa karna, Bu Rani, memang lucu!" ujar Arthur.     

"Haha! Ayah sudah tidak tahan lagi ingin memakan daging yang ada di hadapan kita ini, Nak!" imbuh Charles.     

"Sabar dulu, Ayah! Kita tidak bisa memakan dagingnya sekarang! Paling tidak kita permainkan dulu seperti yang lainnya!" ujar Arthur.     

"Baiklah, Anakku! Kalau begitu kau ingin memotong bagian yang mana dulu?" tanya Charles, dan masih menertawakan Rani.     

"Apa maksud kalian memandangku seperti memandang segumpal daging?!" tanya Rani.     

"Ah, dia belum tahu ya kalau daging yang dia makan tadi adalah daging dari makluk sepertinya??" ledek Charles.     

"Hey! Pak Charles! Apa maksud dari ucapanmu  itu?!" teriak Rani.     

"Wah, Bu Rani, sangat penasaran ya?" Kembali Charles meledekhya.     

"Hey! Sudah jangan bercanda! Katakan sejujurnya apa maksudmu, Pak Charles?!" sergah Rani.     

Seperti biasa, di sesi yang paling menegangkan, dan di akhir hidup para korbannya.     

Maka keluarga itu akan menjelaskan semuanya kepada para korban.     

"Begini, Bu Rani. Jadi olahan daging yang lezat tadi adalah daging manusia yang disulap menjadi hidangan berkelas oleh istriku!" jelas Charles.     

Seketika Rani dan yang lainnya syok saat mendengar pernyataan dari Charles. Ternyata keluarga ini bukan hanya penganut aliran sesat, tapi juga para psikopat yang gemar membunuh orang dan memakan dagingnya.     

Perut mereka seakan bergemuruh dan hendak mengeluarkan seluruh isinya.     

Hoek! Hoek!     

Dan Dedi yang sejak tadi memang sudah sangat lemah pun akhirnya pingsan.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.