Anak Angkat

Belas Kasihan



Belas Kasihan

0Mereka benar-benar tak menyangka ternyata keluarga Davies menjamu mereka dengan olahan daging manusia. Hidangan yang menggiurkan itu berasal dari sesuatu yang menjijikkan.     

Tubuh Selena dan Rani melemas seketika, mereka memuntahkan habis-habisan isi perutnya. Sementara Dedi malah sudah tak sadarkan diri sejak tadi.     

Rani masih memegang kembali goloknya. Dan dia melihat Arumi dengan seksama. Wanita itu sama sekali tak bergerak, yang artinya dia sudah mati.     

Rani memandang kearah Charles dan kedua putranya.     

Mereka juga masih santai tak ada raut kesedihan, padahal salah satu dari keluarganya sudah tewas.     

'Mereka benar-benar keluarga yang aneh!'     

Rani semakin mencengkram kuat golok itu, dia hendak menyenangkan David.     

"David! Kau orang pertama yang telah membuat kami hancur! Kalau bukan karna kau, maka Selena tidak akan berhubungan dengan keluarga yang menyeramkan seperti ini!" ucap  Rani.     

Tapi David masih terdiam tanpa kata, tak sedikit pun dia mengeluarkan kalimat untuk membela diri. Atau bahkan memaki Rani karna sudah tidak tahu diri menghinya. Padahal yang mendekati dia duluan adalah Selena, bukan David.     

Pria itu terlihat masa bodo.     

Dia tak peduli dengan apa yang sudah di lakukan oleh keluarganya. Dia hanya menjalankan perintah untuk ikut menghabisi keluarga calon istrinya ini.     

Meski sebenarnya dia sangat terpaksa.     

"Kak, wanita tua itu memakimu!" tukas Arthur, berusaha untuk membakar emosi David.     

"Apa kau tak ingin  melakukan sesuatu untuk mereka, Nak? Terutama untuk Selena? Gadis ini sudah menipu kita?" tanya Charles.     

David hanya menyahutinya dengan menggelengkan kepalanya.     

"Dasar, Pria Payah!" umpat Arthur yang geram. Lagi-lagi David tidak bersemangat untuk membunuh orang, ini salah satu sikap David yang paling di benci oleh Arthur.     

Mendengar umpatan itu David menoleh sesaat kearah Arthur.     

Tatapan tajam, seakan David hendak membunuh Arthur.     

Tapi dia tak mau kebenciannya terhadap Arthur terlihat oleh orang tuanya. Sehingga David selalu menahan amarah itu di dalam hati.     

"Bu Rani, kau boleh memilih siapa yang akan mati selanjutnya! Kau dulu? Atau suamimu dulu? Atau ... Selena putri tersayangmu itu?" tanya Charles dengan nada meledek.     

Pertanyaan itu seakan mengolok-olok kesedihannya, karna apa yang di alami suami dan anaknya ini bukanlah lelucon. Mereka kehilangan tangan mereka! Dan kalau pun mereka selamat dari tempat ini  sudah pasti Selena dan Dedi akan cacat. Lalu apa kata orang-orang?     

Rani tak mau tanggal diam, hidup atau marti dia tetap harus melawan! Dia tak rela melihat kebahagiaan orang-orang jahat ini, di atas penderiataan keluarganya.     

"DASAR, KEPARAT!" Rani yang kalap berlari dengan membawa goloknya, dia sudah mengayunkan golok itu hendak membunuh David, tapi sayang kakinya malah dijegal oleh tangan.     

Bruak!     

Rani tersungkur, dan golok itu pun tergelincir ke lantai.     

Rani menengok ternyata tangan yang menjegal kakinya itu tangan Arumi, dan kini wanita itu bangkit kembali dengan membawa pedang samurainya. Wanita yang tadi sempat disangka sudah mati oleh Rani, ternyata masih hidup. Arumi tampak menyeramkan, bahkan lehernya hampir putus dengan darah bercucuran, tapi anehnya wanita itu masih tampak bugar. Dan bahkan masih sempat merapikan posisi tulang leher dan dagingnya hingga kembali utuh.     

Rani benar-benar syok melihatnya. Ini kali pertamanya dia bisa melihat orang yang sudah mati hidup kembali dan bisa menyembuhkan lukanya sendiri tanpa bantuan medis. Keluarga Davies benar-benar bukan orang-orang sembarangan. Rani menyesal telah berurusan dengan mereka.     

"Bagaimana, Bu Rani? Apa Anda sudah siap bermain-main dengan saya lagi?" tanya Arumi dengan  bibir menyeringai.     

"Ja-ja-jangan mendekat!" sergah Rani.     

"Jangan takut, Bu Rani, ini tidak terlalu sakit kok," tukas Arumi.     

Dan....     

Crok!     

Crok!     

Crrt....     

Darah kembali menyembur menghiasai lantai, kepalanya Rani terpotong.     

Selena berteriak histetis   hingga membangunkan ayahnya yang sedang pingsan.     

Perlahan-lahan Dedi, membuka matanya, dan mendapati sang istri sudah tewas mengenaskan di hadapannya.     

"Rani! Kau—"     

"Ayah! Ayah! Aku sudah tidak punya, Ibu lagi, Ayah!"     

Mereka benar-benar tak bisa berbuat apa-apa lagi, Dedi kembali memohon kepada Arumi.     

"Bu Arumi, tolong biarkan kami hidup, Bu ... tolong jangan bunuh  kami ...," pinta Dedi.     

Selena pun merengek di depan David. Karna dia melihat sejak tadi hanya David yang tak bersemangat dengan permainan ini. David lebih sering terdiam dan melamun. Terlihat sekali jika dia melakukan hal ini karna terpaksa.     

Selena sudah salah paham dengan kebaikkan keluarga ini, dia pikir mereka benar-benar tulus ingin menjadikannya menantu, padahal David itu tak menyukainya sedikitpun.     

Tapi anehnya keluarganya sangat mendukung. Harusnya Selena sudah mencurigainya sejak awal, jika semua ini ada yang tidak beres.     

Tapi mata hatinya sudah dibutakan oleh kemewahan dan harta kekayaan, membuat Selena mengabaikan segala kecurigaan, dan menganggap semua itu adalah kesempatan.     

"Pak David, saya tahu Anda, tidak menyukai saya. Dan saya minta maaf atas sikap saya yang tidak tahu diri ini. Karna saya sudah menyukai atasan saya sendiri, dan bahkan saya juga mengincar harta Anda. Dan oleh karna itulah dengan penuh kerendahan hati saya minta maaf kepada, Bapak, dan saya mohon beri kesempatan bagi saya dan Ayah, saya untuk hidup ... saya tahu Pak David, masih memiliki rasa belasah kasihan. Jadi saya mohon, Pak, selamatkan kami ...," Selena memohon.     

Bahkan  dia sampai bersujud di hadapan David. Dia berharap, masih ada sedikit saja belas kasihan dari David.     

Tapi tak ada respon dari David. Pria itu masih terdiam kamu seperti patung.     

"Kak David, ayo cepat habisi, Kak!" sergah Arthur.     

"Bunuh saja, Nak! Kau bisa memenggal kepalanya atau memotong perutnya menjadi dua bagian! Dia itu, Penipu!" ucap Charles. Bahkan pria setengah tua itu memberikan sebilah kapak untuk David.     

"Ayo lakukan!" pinta Charles.     

"Ayo terima, Kak David! Tunjukkan jika kau adalah keluarga Davies yang sesungguhnya!" imbuh Arthur.     

David meraih kapak itu.     

Selena benar-benar sudah pasrah, ternyata David bukanlah satu-satunya orang yang memiliki hati di keluarga ini, ternyata David itu sama saja dengan anggota keluarga Davies yang lainnya, sama-sama Pembunuhan  Berdarah dingin.     

Pria itu sudah mengangkat kapaknya, dan bersiap membantai tubuh Selena.     

Selena menunduk sambil memejamkan matanya.     

Tapi beberapa detik kemudian David membanting kapak itu ke lantai. Mendengar benturan benda itu membuat Selena merasa sedikit tenang.     

'Ternyata dugaanku benar, David itu masih mempunyai rasa belas kasihan,' bicara Selena di dalam hati.     

Wanita itu kembali mengangkat kepalanya, dan melihat ternyata David sudah tak ada di hadapannya.     

'Kemana David, pergi?' tanya Selena di dalam hati.     

Dan kini Arthur malah meraih kapak yang tadi sempat di buang oleh David.     

"Baiklah, kalau David, tak mau melakukannya! Dengan senang hati aku bersedia menggantikannya, Ayah," ucap Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.