Anak Angkat

Anak Yang Lemah



Anak Yang Lemah

0"Bukannya kemarin, Kak Selena masih baik-baik saja ya?" ujar Mesya yang masih heran. Karna rasanya terlalu mengagetkan Selena tiba-tiba meninggal, di saat dia menjadi target untuk ritual sesaatnya.     

"Ini terdengar sangat aneh, Kak! Harusnya mereka itu membiarkan Kak Selena dan keluarganya tetap hidup, tapi kenapa mereka malah membunuhnya?"     

"Mereka membunuhnya, karna suatu hal, Mesya," jawab David.     

"Iya, tapi apa alasan, Kak? Bukankah mereka akan mamanfaatkan, Kak Selena untuk ritual sesatanya?" Mesya masih tampak heran.     

"Ceritanya panjang, Mesya," ujar David.     

"Sepanjang apapun cerita itu apa tidak bisa Kak David, bercerita kepadaku?" tukas Mesya. Dia memberi isyarat kepada David, agar mau menceritakan semua kepadanya     

Dan akhirnya David pun terpaksa menceritakan semua kepada Mesya, apa alasan Arumi dan yang lainya sampai harus membunuh  Selena.     

Alasannya tak lain karna Selena dan keluarganya yang telah menipu tentang surat diaknosa palsu.     

Selain itu Selena juga sudah tahu bahwa dirinya hanya akan di jadikan  sebagai tumbal ritual sesat oleh keluarga Davies.     

Mesya syok mendengar hal ini, dia tak menyangka jika mereka harus membunuh Selena beserta keluarganya secepat ini.     

Walau sebenarnya Mesya tahu pada akhirnya  Selena akan mati juga, setidaknya jangan secepat ini.     

Apa lagi orang tua Selena juga menjadi korban. Mesya benar-benar tak tahu harus berbuat apa lagi.     

"Sudahlah, Mesya, jangan dipikirkan lagi, biarkan saja, mungkin ini sudah menjadi takdir bagi Selena dan keluarganya," tukas David.     

"Tapi, aku kasihan, Kak! Mungkin kalau aku tadi tidak pergi dengan, Kak Satria, pasti aku bisa menghentikan mereka! Dan Kak Selena beserta keluarganya pasti masih hidup!" ucap Mesya.     

"Sudahlah, jangan menyalahkan sedih sendiri, lagi pula kau pikir akan semudah itu menghentikan mereka? Ini semua juga salah Selena dan keluarganya, karna mereka terlalu tamak!"     

"Tamak?"  Mesya tampak bingung.     

"Iya! Mereka bukan hanya menipu tentang surat duaknosa, tapi mereka sudah mencuri kalung milik Ibu dan menjualnya!" jelas David.     

"Oh, Astaga! Bagaimana ini bisa terjadi! Mereka sampai mencuri kalung Ibu?"     

"Nah, sekarang kau sudah tahu, 'kan apa alasannya, kau tidak perlu merasa bersalah karna tidak bisa menyelamatakan mereka, karna mereka  itu memang para manusia tamak!" David melirik kearah Mesya, "dan sejak awal aku juga sudah menjauhi Selena, tapi gadis itu terus mengejarku!" jelas David.     

Mesya menganggukan kepalanya.     

"Yah, aku tahu soal itu, Kak David waktu itu juga pernah berbicara kepadaku," ucap Mesya.     

"Kau sudah tahu  kenapa masih memikirkan wanita sepertinya! Kau hanya buang-buang waktu saja, Mesya!" tegas David.     

"Tapi, Kak—"     

"Ah..., sudahlah ayo kita masuk!" ajak David.     

Tak berselang lama,  Arumi berteteriak memanggil Mesya dan David.     

"Hey, kalian ayo cepat masuk! Semua sudah nenunggu!" ucapnya.     

"Baik, Bu," sahut Mesya.     

Dan mereka pun masuk ke rumah menuju ruang makan.     

Semua sudah berkumpul, termasuk Charles dan Arthur juga sudah duduk, dan tengah menyantap hidangannya.     

"Ayo, Sayang, Ibu sudah memesankan makanan dari restoran favoritmu,"  ucap Arumi.     

"Baik, Bu," sahut Mesya dia duduk di samping Arumi sambil memandangi yang lainnya, para keluarganya sedang lahap memakan hidangan malam ini.     

Mesya teringat dengan ucapan David tadi, tentang kematian Selena dan kelurganya.     

Mesya duduk sambil menahan mual. Tentu saja pikirannya sudah melambung kemana-mana.     

Dia benar-benar tak tahan dalam ruangan ini, ingin rasanya dia pergi saja dari tempat ini, agar tak melihat keluarganya yang menyantap daging manusia setia hari.     

'Apa jangan-jangan mereka sedang menyantap daging, Kak Selena, dan para keluarganya?' bicara Mesya di dalam hati.     

"Sayang, kenapa kau tidak makan?" tanya Arumi.     

"A-aku  kenyang, Bu," sahut Mesya.     

"Kau jangan bohong, Sayang? Pasti kau mengira jika daging ini adalah daging Selena?" tebak Arumi.     

Mesya langsung tersentak mendengar ucapan Arumi.     

"Eh, bu-bu-bukan, Bu!" jawab Mesya dengan suara  yang terbata-bata.     

"Sudah jangan berbohong! Ibu, 'kan sudah mengenalmu sejak lama. Kau makan saja makananmu, lagi pula makananmu berasal  dari restoran, 'kan bukan masakan Ibu!" pungkas Arumi.     

"Iya, Bu! Aku tahu tapi aku tadi sudah makan bersama dengan, Satria," jelas Mesya.     

"Mesya, Ibu selama ini sudah memaklumimu yang tak mau memakan masakan Ibu. Dan Ibu sampai  harus membelikanmu makanan  dari luar, hanya agar kau mau makan satu meja bersama kami. Tapi kenapa kau sekarang masih menolaknya juga. Apa pun alasanmu Ibu tahu kamu sedang berbohong. Ibu kecewakan denganmu, Mesya," tukas Arumi yang tampak kecewa.     

Melihatnya membuat Mesya menjadi tak enak hati.     

Akhirnya dia pun terpaksa menuruti perintah sang ibu.     

"Bu, jangan bersedih, dan tolong jangan marah kepadaku, Bu! Baiklah ... aku akan mamakannya," ucap Mesya.     

Dan gadis itu segera meraih makanan miliknya.     

Mesya sebenarnya agak curiga dengan Arumi, karna dia selalu saja membelikan makan untuk Mesya dari luar, tapi anehnya meski masakan dari luar, tapi tetap saja Arumi memesanknya makanan dari olahan daging. Padahal dia tahu jika Mesya tidak terlalu menyukainya. Harisnya dia membelikan menu lain.     

Pernah terpikir oleh Mesya jika Arumi telah menggantikan makannya dengan masakan Arumi sendiri.     

Hanya saja Mesya tak berani bertanya, takut jika dia hanya salah saja dan menduga hal itu justru akan membuat Arumi semakin marah terhadapnya.     

"Wah, Ibu sangat senang melihatmu makan dengan lahap begitu," ujar Arumi seraya tersenyum.     

"Iya, Bu, aku tak mau membuat Ibu bersedih," jawab Mesya.     

'Dasar, Bodoh! Kau bilang tak menyukai daging manusia! Tapi pada akhirnya kau memakannya juga haha!' bicara Arumi di dalam  hati.     

"Kau memang putriku yang menggemaskan.     

Setelah selesai makan malam, Arumi mulai mengumumkkan sesuatu. Yaitu tentang kematian Selena dan keluarganya. Yang artinya posisi Selena harus segera di gantikan.     

"Baiklah, kalian sudah selesai makan, itu artinya sekarang saatnya begiku untuk mengumumkkan sesuatu," tukas Arumi.     

"Pasti Ibu akan membahas tentang, David dengan para penipu itu ya?" ledek Arthur. Arthur.     

"Kau benar, Sayang, Ibu memang ingin  memabahas hal itu!" sahut Arumi memebnarkan ucapan Arthur.     

Mendengarnya David menundukkan kepalanya seraya mendengus  kesal.     

"David, kau adalah lelaki tertua dalam keluarga ini  dan Ibu ingin agar kau kembali mencari calon istri lagi!" tukas Arumi.     

"Benar apa yang di ucapkan oleh Ibumu! Tapi apa bila kau tak pandai dalam mencari pasangan, maka Ayah yang akan mencarikannya untukmu, David!" ujar Charles dengan raut wajah yang sangat bangga.     

"Wah, Ayah, sepertinya sangat jago ya kalau urusan wanita! Buktinya Ibu, saja sampai tergila-gila pada Ayah," ledek Arthur kepada Ayahnya.     

"Tentu saja, Ibu saja, 'kan sampai tergila-gila!" tukas Charles dengan bangga.     

"Ah, tentu saja, suamiku ini memang tampan," sahut Arumi seraya memegang bagian wajah Charles dengan gemas.     

Mesya tersenyum melihat tingkat mereka andai saja mereka ini adalah para keluarga yang normal, pasti dia merasa beruntung menjadi salah satu dari anggota keluarga ini.     

Tapi sayangnya ... kenyataan hidup tak seindah dan tak sesederhana impiannya.     

Arthur, Arumi, dan Charles tengah heboh membicarakan tentang jodoh untuk David, tapi David malah tidak terlalu menghiraukannya. Dia memiliki diam dan acuh tak acuh, toh mereka juga tidak akan menghiraukan ucapannya. Meski pun  sekuat apapun David menolaknya tetap saja pada akhir dia harus menuruti printah orang tuanya, dan dia akan menikah dengan gadis yang tak ia cintai demi ritual keluarganya.     

'Terlihat sekali jika, Kak David, sangat menolak perjodohan ini,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Ibu, Ayah, lihat! Kenapa malah anak tertua dalam keluarga ini, begitu tak bersemangat dengan rencana pernikahannya!" tukas Arthur. Nampaknya pemuda itu sengaja membuat Arumi dan Charles agar kesal kepada David.     

"Benarkah?" Arumi menoleh kearah David.     

"Nak! Kau itu putra tertua dalam keluatga ini, kau adalah harapan terbesar kami," ujar Charles.     

Arumi juga tak mau tinggal diam, wanita itu juga turut angkat bicara.     

"David, mau sampai kapan kau itu menjadi orang lemah dalam keluarga kita! Kau itu harusnya bangga karna menjadi tumpuhan dalam keluar kami," ucap Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.