Anak Angkat

Dia Ibunya Satria



Dia Ibunya Satria

0'Ah, tidak mungkin kalau mereka tidak memakan daging manusia! Aliran sesat yang mereka anut itu sama dengan aliran sesat yang di anut oleh keluargaku,' batin Mesya.     

Memang terasa aneh, karna jika memiliki seorang Pembantu yang bekerja memasak di rumah ini, pasti  rahasia mereka yang gemar memakan daging manusia itu bisa terbongkar.     

Mesya merasa sedikit heran akan hal itu. Mesya mulai penasaran dan berkeinginan untuk menyelidiki hal ini.     

"Mesya, ayo makan yang banyak," ujar Wijaya sambil meliriknya dengan  senyuman penuh arti.     

"Baik, Ayah," jawab Mesya.     

"Kau tahu, Mesya. Ibumu selalu mewanti-wantiku untuk menyayangimu, jadi kau tidak boleh kurus selama tinggal di tempat ini. Kau harus banyak makan agar ibumu tidak menuntutku!" tukas Wijaya.     

"Baik, Ayah," jawab Mesya disertai anggukan kepalanya.     

"Kalau kau paham dengan ucapanku, lalu mengapa kau malah mengabaikan makanan yang ada di hadapanmu itu?" ujar Wijaya.     

"Emm! Ayah, aku ...." Mesya memandang makanan yang ada di hadapannya dengan nanar.     

'Pasti, Tuan Wijaya, akan memaksaku untuk memakan daging ini, seperti Ibu dulu yang selalu memaksaku untuk memakan daging manusia,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Kau, kenapa?" tanya Wijaya.     

"Aku ...."     

"Kau tidak suka dengan makananmu ini ya?" tanya Wijaya sekali lagi.     

Mesya menjawabnya dengan anggukan kepala.     

"Kenapa tidak bilang sejak tadi, Nak! Kau bisa meminta apa pun kepadanya!" ujar Wijaya seraya menunjuk kearah Pelayan di rumah itu.     

Mesya melirik kearah si Pelayan.     

"Panggil dia, Bu Nadia, dia juru masak terbaik di rumah ini. Kau boleh meminta apa pun kepadanya!" ujar Wijaya.     

Mesya menunduk sesaat kepada wanita itu, sebagai tanda hormat kepada orang yang jauh lebih tua darinya.     

Perempuan itu juga membalas anggukan kepala Mesya sambil tersenyum.     

'Keliatanya, Bu Nadia, orang     

yang baik,' bicara Nadia di dalam hati.     

"Nadia! Tanya apa yang dia mau, jangan lupa buatkan masakan kesukaan Menantuku, ini!" ujar Wijaya.     

"Baik, Tuan," Dan perlahan wanita itu mendekati Mesya.     

"Nona, Anda ingin dibuatkan makanan apa?" tanya Nadia.     

"Bu, apa aku boleh minat salad atau apapun, yang terpenting jangan daging. Aku tidak suka daging, Bu," ucap Mesya.     

"Baiklah, Nona, saya akan membuatkannya untuk Anda," ucap Nadia.     

Dan wanita itu beranjak  ke dapur.     

Dia mengeluarkan satu kotak berisi buah-buahan yang sengaja ia potongan-potong sebelumnya. Dan dia juga mengambilkan satu kotak berisi salad sayur.     

"Untung aku selalu menyediakan makanan ini di dalam kulkas. Karna aku memang tidak menyukai daging," gumam Nadia, lalu dia membawa makanan buatannya itu kepada Mesya.     

"Ini, Nona. Makanan yang Anda, inginkan,'' tukas Nadia.     

"Wah, cepat sekali!" ucap Mesya yang tampak takjub, dia pikir akan butuh waktu yang agak lama untuk membuatkan makanan ini.     

"Tentu saja, saya selalu menyediakan ini di dalam kulkas, sebagai persediaan," lirih Nadia di telinga Mesya.     

'Bu Nadia, selalu menyediakan makanan ini di dalam kulkas? Apa dia memang sering memakannya karna tak suka daging sepertiku? Dan mungkin saja, 'kan kalau dia tidak menyukai daging karna dia tahu daging yang mereka konsumsi berasal dari daging manusia,' Di dalam hati Mesya masih bertanya-tanya dan menebak-nebak.     

"Ayo silakan dimakan," ujar Nadia.     

Mesya tersenyum  sambil memanggutkan kepalanya, "Sekali lagi terima kasih ya, Bu Nadia," ujar Mesya.     

"Iya," jawab Nadia.     

'Kelihatannya, gadis ini baik sekali. Aku sangat senang putraku mendapatkan seorang istri yang baik hati. Hanya saja, aku sangat menyayangkan nasib malang dari gadis ini, karna harus terjebak di dalam lembah hitam keluarga Wijaya Diningrat, ini akan berat baginya. Pasti setelah menikah dengan putraku dia akan menyesal ... jujur aku tak mau melihat gadis itu bernasib sama denganku,' bicara Nadia di dalam hati.     

Sebenarnya Nadia adalah ibu kandung dari Satria.     

Tapi dia terpaksa dijadikan Pelayan dalam keluarga ini oleh Wijaya.     

Alasanya karna dia yang tak pernah mau menuruti perintah sang suami. Nadia tidak mau mengikuti aliran sesat yang di anut oleh sang suami. Tapi Wijaya terus memaksanya. Bahkan tak jarang Wijaya menggunakan kekarasan untuk memaksa sang istri agar aku menuruti perintamya.     

Bahkan Nadia pernah pergi meninggalkan rumah dan membawa serta Satria yang masih bayi. Karna dia benar-bebar sudah tidak tahan lagi.     

Melihat orang yang meninggal, dan mengonsumsi daging manusia bukanlah hal yang wajar, dan itu terasa menakutkan baginya.     

Tapi Wijaya berhasil menemukan Nadia, dan Satria.     

Dia memaksa Nadia untuk pulang, setelah itu Wijaya menghajar Nadia habis-habisan.     

Nadia sangat menyesal telah menikah dengan Wijaya. Dia ditipu oleh ucapan manis Wijaya, dan ternyata pria itu sangat menyeramkan. Nadia ingin terlepas dari kehiupan rumah tanganya yang seperti neraka. Karna dia tak mendapatkan sedikit kebahagiaan dalam pernikahan itu, hanya kesedihan, ketakutan, dan kehancuran yang ia rasakan. Satu-satunya semangat hidupnya adalah Satria, tapi Satria kini menjadi hak milik Wijaya saja. Dia tak memberikan kesempatan bagi Nadia untuk menjadi sosok ibu kandung bagi Satria. Dia mengatakan kepada Satria, jika Nadia hanya seorang Pelayan di rumah ini, dan kebetulan merangkap menjadi Perawat bagi Satria.     

Semenjak Nadia yang berusaha meninggalkanya. Wijaya tidak lagi menganggap Nadia sebagai istri.     

Baginya Nadia hanya budak dalam rumah ini.     

Dia  hanya bertugas  mengurusnya Satria saja, tapi tak memiliki hak sama sekali, dalam buku akta kelahiran Satria. Wijaya sengaja menghapusnya dan menganggap ini sebagai hukuman yang pantas untuk sang istri, karna telah berani melawannya.     

Dan dia juga mengancam Nadia, jika dia berusaha untuk kabur lagi dan tidak menuruti kehendak Wijaya, maka  Wijaya akan menghabisi seluruh keluarga dari Nadia.     

Wanita itu tak bisa berbuat apa-apa lagi, kini. Dia terpaksa menuruti ucapan Wijaya.     

Dia tak mau keluarganya di bunuh oleh Wijaya.     

Terlebih Wijaya itu adalah orang yang sangat menyeramkan. Dia layaknya Iblis yang bertubuh manusia.     

Tak apa dia menjadi Budak dalam keluarga ini, dan mengurus anaknya sendiri, tanpa diketahui oleh Satria, jika dia orang tua kandungnya.     

Selama ini Satria tidak tahu jika Nadia adalah ibu kandungnya. Yang ia tahu Nadia adalah Pelayan yang sangat setia. Dan setahunya Ibu kandungnya sudah meninggal saat melahirkannya.     

Karna memang itulah yang diceritakan oleh Wijaya kepada Satria.     

Pria itu membohongi putranya sendiri. Dan dia terus melatih Satria menjadi pria yang kuat dan juga menjadi orang yang kejam.     

Sejak kecil dia diajarkan membunuh orang.     

Tentu saja hal itu membuat Nadia menjadi hancur.     

Ibu mana yag rela melihat putranya menjadi seorang pembunuh. Tapi memang itulah yang diajarkan Wijaya kepada putarnya.     

Bahkan tak segan dia menghajar Satria jika tak menuruti perintahnya.     

Di saat Satria mengalami kesedihan karna ulah sang ayah, Satria mulai memeluk Nadia dan bercerita kepadanya. Dia tidak tahu kalau Nadia itu adalah ibu kandungnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.