Anak Angkat

Bertemu Lizzy



Bertemu Lizzy

0"Ah, Mesya, kau jangan membuatku kesal ya! Kalau terus meledekku maka aku tidak akan jadi mengajakmu bertemu dengan, Lizzy!" ancam Satria.     

Mesya segera menghentikan bercandaannya.     

"Kak, tolong jangan lakukan itu! Aku ini hanya bergurau, Kak! Lagi pula Kakak, tadi juga sudah berjanji kepadaku, bahwa akan mempertemukan aku bersama dengan Lizzy!" rengek Mesya dengan bibir mengerucut.     

Melihatnya membuat Satria semakin gemas dengan sang istri.     

"Kalau kau ingin aku mengabulkan keinginanmu, maka kau harus menuruti perintahku!" ujar Satria.     

"Memangnya, Kak Satria, ingin apa?"     

"Hey, kau lupa memanggilku, 'Kak' harusnya kau manggilku 'Sayang' karena aku tidak suka kamu memanggilku dengan sebutan, 'Kak' sudah kubilang, 'kan jika aku ini bukan, Kakakmu!" pungkasnya dengan nada tegas, membuat Mesya sedikit ketakutan.     

Karna tak biasanya Satria berbicara dengan kasar kepadanya.     

Akhirnya dengan terpaksa Mesya menuruti perintah sang suami.     

"Baik, Sayang ...." Ucap Mesya agak ragu-ragu.     

"Eh, bilang 'Sayang-nya' kok seperti tidak iklas sih?"  protes  Satria.     

"Huft ...." Mesya mendengus kesal.     

"Ayo, bilang 'Sayang' dengan iklas, dan kau juga harus tersenyum manis kepadaku,"  perintah Satria, dia sengaja menegerjai istrinya.     

Demi agar dapat bertemu dengan Lizzy, Mesya pun terpaksa menuruti permintaan sang suami.     

Mesya tersenyum manis menatap Satria, "Suamiku, Sayang," ucap Mesya dengan suara yang manja.     

"Nah, itu baru istriku!" Satria tampak bangga.     

"Sudah selesai, 'kan? Kak Satria? Dan aku juga sudah meminta maaf kepadamu?" tanya Mesya.     

"Eh, kau lupa lagi, Mesya! Kau tidak memanggilku dengan sebutan, 'Sayang!'" ucap Satria.     

"Ah, astaga aku lupa!" Mesya menepuk keningnya sendri.     

"Aku tidak mau tahu, Mesya! Kau harus mengulanginya lagi, dan kau juga harus mendapatkan hukuman baru," ujar Satria.     

"Apa?! Kak Satria akan memberiku hukuman lagi? Kakak, sedang mengerjaiku ya!?" Masya berbicara dengan nada tinggi.     

"Hey, Mesya! Ingat kau yang salah, Mesya! Kau tidak boleh melawanku! Kalau tidak aku benar-benar akan mengurungkan niatku untuk mempertemukanmu dengan Lizzy," Satria kembali mengancam Mesya.     

"Ah Baiklah kalau begitu, Sayang, kau ingin aku melakukan apa lagi?" tanya Mesya, dengan suara lembut dan raut wajah yang agak genit serta kedua matanya mengerjap dengan cepat.     

'Astaga, dia itu lucu sekali,' bicara Satria di dalam hati.     

"Ayo, katakan, Sayang! Kau mau aku melakukan apa?" tanya Mesya.     

"Cium aku dulu!" ujar Satria seraya menyodorkan pipi kirinya kearah Mesya.     

"Huff ...." Mesya terligat tidak iklas. Tapi dia tetap mau mendaratkan ciumannya di wajah Satria, seperti yang telah diperintahkan oleh Satria.     

***     

Malam telah tiba, sesuai dengan janjinya, Satria mengajak Mesya untuk menemui Lizzy. Mereka berjalan mengendap-endap keluar dari dalam kamar.     

"Kita harus jalan pelan-pelan, jangan sampai Ayah, tahu kalau kita keluar rumah diam-diam untuk menemui Lizzy," ujar Satria.     

"Iya, Kak," jawab Mesya.     

"Hay, kau salah menyebut namaku lagi, Mesya," protes Satria.     

'Astaga, masih sempat protes juga, di saat-saat seperti ini!' bicara Mesya di dalam hati.     

"Bukanya menjawabku kenapa malah melamun?" tanya Satria.     

"Eh, iya, Sayang," tukas Mesya sambil menganggukkan kepalanya.     

"Yasudah ayo cepat sedikit," sergah Satria.     

"Baik, Kak,"     

***     

Satria memang sering menemui Lizzy, tapi dia menemuinya sendirian. Sang ayah tidak melarangnya. Karna Wijaya memang sudah mengetahuinya sejak awal. Tapi berbeda lagi jika dia datang bersama dengan Mesya, ini sangat berbahaya jika diketahui oleh Wijaya. Tentu Wijaya akan curiga kepada Mesya yang sudah besekongkol bersama dengan Arumi untuk mencari Lizzy. Wijaya yang murka bisa melakukan apa saja termasuk membunuh Mesya. Tentu Satria tidak mau hal itu terjadi.     

Satria mengajak Mesya masuk ke delam mobil taksi yang sebelumhya sudah dipesan oleh Satria.     

"Kak kenapa malah menaiki taksi, di rumah ini, 'kan ada banyak mobil?" tanya Masya.     

"Kalau kita mengeluarkan mobil dari dalam bagasi nanti Ayah bisa curiga," ujar Satria.     

"Ah, iya juga ya," Mesya memanggutkan kepalanya dengan cepat.     

"Yasudah ayo! " sergah Satria.     

Mobil taksi mulai melaju menuju tempat dimana Satria menyembunyikan Lizzy.     

Mesya tampak antusias, dan dia tak sabar untuk segera bertemu dengan Lizzy.     

Beberapa menit telah berlalu mobil berhenti di tempat tujuan.     

Sebuah rumah berukuran sedang dengan nuansa klasik.     

"Ini, rumah siapa, Kak?" tanya Mesya.     

"Ini rumah yang sengaja kubeli khusus untuk Lizzy, aku menaruh Lizzy di rumah ini dengan satu orang perawatan yang sangat profesional," jelas Satria.     

Dan perlahan dia menggandeng tangan Mesya lalu mengajaknya masuk ke dalam rumah itu.     

Suasana rumah itu tampak sepi, dan keadaan rumah juga tampak rapi.     

Kemudian Satria menuntunnya menuju sebuah kamar, dan di kamar itulah, tempat pertama kalinya Mesya bertemu dengan Lizzy.     

"Dia, Lizzy," tukas Satria seraya menujuk ke arah Lizzy yang sedang duduk dengan tubuh menyandar di tembok.     

"Dia benar-benar, Lizzy?" tanya Masya memastikan. Dan Satria menganggukkan kepalanya.     

"Iya benar, Mesya. Dan inilah orang yang sedang kau cari," ujar Satria.     

Masya mendekati gadis itu, dia memandangnya dengan seksama.     

Gadis itu sangat cantik, kulitnya putih dengan bola mata sedikit coklat dan rambutnya berwarna pirang.     

Sekilas raut wajah gadis itu memang mirip dengan Mesya, hanya saja dari segi warna kulit, warna rambut, dan warna bola mata, mereka sangat berbeda.     

Mesya memiliki bola mata berwarna hitam, rambut hitam, dan kulit kuning langsat, gambaran gadis Indonesia.     

Semehra Lizzy memiliki wajah blasteran Inggris dari sang ayah.     

Tapi dari segi bentuk wajah, hidung, alis,hingga bibir, mereka benar-benar sangat mirip dan nyaris tak ada beda.     

Mesya membelai rambut Lizzy.     

"Lizzy, apa kau baik-baik saja, Lizzy?" lirih Mesya di telinga Lizzy.     

Tapi tak ada response dari gadis itu.     

"Lizzy, kau tahu tidak, jika Kak David, sangat merindukanmu. Dia ingin sekali bertemu dengmu. Tapi keadaan yang menyulitkannya. Jadi aku harap, kau tetap bertahan ya. Tunggu sampai aku bisa membebaskanmu," bisik Messa lagi. Tapi Satria tak mendengar ucapan Mesya, karna Mesya berbicara dengan nada rendah. Agar tidak si ketahui oleh Satria.     

Lagi pula pria itu sengaja menjauh karna dia ingin agar Mesya bisa lebih leluasa mengobrol bersama Lizzy. Walaupun sebenarnya Satria tahu jika Lizzy tidak akan merespon ucapan Mesya sama sekali. Tapi dia tetap harus menghargai Mesya. Dan membuatnya merasa tenang saat berbicara dengan Lizzy.     

Tak lama Mesya memanggil Satria.     

"Kak, bisa kesini sebentar?" ucap Mesya.     

"Memangnya kau ngin berbicara tentang apa?" tanya Satria.     

"Kak, apa aku boleh mengambil foto, Lizzy?" tanya Masya.     

Satria sedikit mendengus kesal.     

"Memangnya untuk apa kau mengambil fotonya?" tanya Satria.     

"Aku ingin memberikan foto ini kepada, Kak David," jawab Mesya.     

Dan Satria terdiam sesat untuk memikirkan kembali permintaan Mesya. Memang ini hanya masalah kecil, tapi masalah ini bisa berdampak besar kalau sampai Wijaya mengetahuinya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.