Anak Angkat

Anak Yang Bisa Diandalkan



Anak Yang Bisa Diandalkan

0"Kak, tolong jangan tunjukan foto dan vidio ini kepada yang lainnya," pinta Mesya.     

"Memangnya kenapa? Mereka berhak tahu, 'kan, Lizzy itu bagian dari keluarga kami," protes David.     

"Iya tapi, Kak Satria yang menyuruhku untuk merahasiakan ini," ujar Mesya.     

"Oh, sekarang kau lebih berpihak dengan Satria ya! Ketimbang keluarganya sendiri!" bentak David.     

"Eh, bukan begitu, Kak! Tapi Kak Satria, itu sudah baik kepadaku. Kalau bukan karna dia tidak mungkin aku bisa bertemu dengan Lizzy, dan memberikan foto itu kepada, Kakak!" jelas Mesya.     

Akhirnya David mau mengerti, dia gampang tersulut emosi begini karna dia sedang cemburu melihat Mesya dengan Satria.     

"Maafkan aku, Masya, aku sudah berbicara kasar kepadamu. Jujur aku seperti ini karna cemburu melihatmu dengan Satria," pungkas David.     

Mesya mengangguk sambil tersenyum.     

"Iya Kak! Aku tahu, aku paham jika saat ini perasaan Kak David, sedang tidak baik," ucap Mesya.     

Setelah itu mereka kembali ke ruang tamu.     

"Eh, kalian ini lama sekali,  memangnya di toilet ada apa sih?" oceh Arumi.     

"Maafkan aku, Bu, aku tadi sedang—"     

"Ah sudahlah, ayo duduk kita ngobrol lagi," potong Arumi.     

"Baik, Bu," jawab Mesya.     

"Mesya, bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kau menikmati setatus barumu?" tanya Arumi.     

Mesya mengangguk sambil tersenyum.     

"Tentu saja aku sangat menikmatinya, Bu," jawab Mesya.     

"Syukurlah Ibu merasa tenang sekarang, Nak. Ibu turut bahagia jika kau juga bahagia," ucap Arumi, lalu dia menoleh kearah Satria, "Nak Satria, Ibu titip Mesya ya, tolong jaga dia baik-baik," pinta Arumi kepada Satria.     

"Iya, Bu, aku berjanji akan menjaganya," jawab Satria.     

Cukup lama mereka mengobrol di dalam ruang tamu itu, dan tak ada yang sadar jika diam-diam Mesya saling pandang dengan David.     

Seolah memiliki telepati, mereka berbicara lewat pandangan.     

'Kak David, percayalah aku pasti akan kembali kepadamu. Aku berjanji tidak akan jatuh cinta kepada Kak Satria. Yah ... walaupun sulit karna dia itu terlalu baik. Aku terkadang tak tega jika harus menipunya, tapi mau bagaiaman lagi, aku pun terpaksa melakukan ini. Lagi pula aku sudah berjanji kepada diriku sendiri, jika aku hanya ingin hidup bersama dengan Kak David. Kita akan hidup bersama, Kak!' bicara Mesya di dalam hati.     

'Walaupun sekarang kamu sedang bersama dengan Satria, tapi aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan bersamaku, karna aku adalah rumahmu untuk kembali pulang,' batin David.     

"Ah, sudah hampir sore, aku dan Mesya, harus pamit dulu, Ibu, Ayah," ujar Satria. "Ah, baillklah, hati-hati ya di jalan, jangan lupa sering-sering berkunjung di rumah ini," pungkas Arumi.     

"Baik, Ibu," sahut Satria mewakili Mesya.     

Lalu dua sejoli itu pun pergi meninggalkan kediaman keluarga David.     

Setelah dirasa mereka sudah jauh, Arumi, mulai mendesak David, dan bertanya tentang apa yang sudah dikatakan Mesya saat di toilet tadi.     

"Tadi, Mesya bicara apa kepadamu, David?" yang Arumi.     

"... Mesya, tidak berkata apa pun, Ibu," jawab David.     

"Kau jangan bohong kepada Ibu! Pasti ada suatu hal penting yang ia katakan!" paksa Arumi.     

David terdiam dan tak menjawabnya, Mesya sudah mewanti-wantinya untuk tidak boleh mengatakan tentang Lizzy kepada siapapun.     

"Ayo cepat katakan kepada, Ibu, David!" Paksa Arumi sekali lagi.     

Kalau dia tak menceritakan hal ini yang ada Arumi akan terus mencecarnya. Lagi pula tidak ada salahnya jika dia bercerita kepada Arumi tentang Lizzy.     

Mesya tadi melarangnya hanya karna dia yang menghargai permintaan Satria.     

Mesya itu terlalu polos di mata David, dia juga selalu tepat janji walau terkadang apa yang ia lakukan malah tak berguna. Dia hanya terlalu takut jika Satria akan marah kepadanya, apa lagi saat ini dia sedang berjuang untuk mendapatkan kepercayaan Satria dan juga Wijaya.     

Kalau pun David menceritakan hal ini kepada Arumi dan yang lainnya tidak masalah selamat mereka semua dapat menyimpan rahasia.     

Perlahan David mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam sakunya.     

"Bu, tadi Mesya memberikan foto ini kepadaku," ujar David, seraya menyodorkan gambar dalam ponsel. Itu kepada Arumi.     

"Si-si-apa ini?!" Arumi terlihat kaget, dia curiga jika foto itu adalah Lizzy, tapi dia masih tak yakin. Sehingga Arumi bertanya kepada David untuk memastikan.     

"Itu adalah, Lizzy, Bu," jawab David.     

Arumi terdiam sesaat dengan bibir bergetar memandang foto dalam ponsel itu.     

"Dia benar-benar, Lizzy?" ucapnya sekali lagi.     

"Iya, Bu, dia Lizzy putri tercinta Ibu," jelas David.     

Seketika Arumi menangis di pelukan Charles, sambil memandang foto Lizzy.     

"Charles, aku rindu putri kita, aku ingin bertemu dengan, Lizzy," ucap Arumi.     

"Sabar, Sayang, jangan menangis ... Arumi istriku itu wanita yang kuat, kau pasti bisa melewati ini semua," ucap Charles menasehati istrinya.     

Foto itu sudah disaksikan oleh semua anggota keluarga Davies, termasuk Arthur.     

Di saat kedua orang tuannya sedang bersedih memilikirkan Lizzy, Artur tampak biasa saja. Justeru dia merasa bosan melihat ekspresi sang ibu yang terlihat sedih karna merindukan Lizzy.     

"Ah, mereka itu terlalu berlebihan, memangnya apa istimewanya seorang anak perempuan yang lemah!" cerca Arthur dengan wajah kesal.     

Pria dengan ciri khas senyum selengean itu memilih pergi dari ruang tamu. Karna dia malas melihat keluarganya yang sedih karna memikirkan Lizzy.     

Dia pun segera masuk ke kamarnya.     

***     

Arthur merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia meraih ponsel yang bergetar di atas meja.     

[Sayang, aku merindukanmu, apa kita bisa bertemu sekarang?] tulisan dalam pesan itu.     

"Celine? Kenapa dia tiba-tiba ingin bertemu denganku?" ucap Arthur.     

Drrt....     

"Ah, dia malah menelponmu lagi! Apa aku jawab saja?"     

[Halo, Arthur,]     

"Halo, Celine, ada apa?"     

[Kenapa kau tidak membalas pesanku? Padahal kau sudah membacanya, 'kan?]     

"Kenapa kamu marah begitu sih? Aku tidak membalas pesanmu bisa saja karna aku sedang sibuk, 'kan?" sangkal Arthur.     

[Memangnya kau sedang sibuk apa?]     

"Aku sedang ...."     

[Arthur! Kau sedang membohongiku ya?]     

Tut!     

Arthur pun langsung mematikan ponselnya, Karna tak tahan mendengar ocehan dari Celine.     

Entah mengapa Arthur mulai kesal dengan Celine. Karna gadis itu mulai menujukkan sifat aslinya kepada Arthur. Dia sering mengurus dan mengatur hidup Arthur. Hal itu membuat Arthur mulai tak tahan.     

Alih-alih bisa jatuh cinta kepada Celine, tapi Arthur malah semakin membenci Celine.     

Bahkan Arthur malah susah berniat untuk meninggalkan Celine. Hanya saja, dia masih membutuhkan Celine, untuk membuktikan kepada David bahwa dia itu jauh lebih jantan dari pada David. Oleh karna itulah dia ingin tetap bertahan dengan Celine, dia ingin memiliki keturunan dan yang kelak akan ia jadikan sebagai tumbal ritual sesatnya.     

Dengan ini dia juga ingin membuktikan bahwa dia adalah anak yang bisa diandalkan dalam keluarganya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.