Anak Angkat

Tidak Peka



Tidak Peka

0Arthur mengajak  Celine masuk ke dalam ruangannya.     

Dan memaksanya duduk di atas kursi.     

"Arthur, kau mau apa?!" tanya Celine.     

"Kita harus bicara!" jawab Arthur.     

"Kau ingin bicara apa? Kenapa harus menarik tanganku! Kau itu sangat kasar, Arthur!"      

"Aku kasar?" Arthur malah tampak bingung.     

'Baru kali ini aku dibilang kasar? Aku, 'kan hanya menarik tangannya, bukan membunuhnya!' bicara Arthur di dalam hati.     

"Kau itu sudah kasar, tidak peka lagi!" cerca  Celine dengan bibir mengerucut.     

"Kenapa kau bicara begitu? Memangnya aku salah apa?" Arthur terlihat semakin bingung.     

"Kau tidak sadar juga?!"     

"Cepat katakan saja! jangan bertele-tele, Celine! Aku ini bukan Peramal yang bisa menebak apa salahku di matamu!" sengut Arthur.     

Dan Celine pun menangis di depan Arthur.     

Dai menceritakan semua kekesalannya terhadap Arthur.     

"Kau masih tak sadar juga ya! Kemarin kau itu sudah membuatku sakit hati! Kau menyuruhku membeli barang tanpa sedikit pun tersenyum! Bahkan kau juga mengatakan kepadaku, bahwa apa yang kuucapkan itu tidak penting!" pungkas Celine.     

Arthur mengernyitkan dahinya sambil berdecak heran.     

Dia belum paham betul dengan apa yang diucapkan oleh Celine. Baru kali ini dia menghadapi wanita dengan sungguh-sungguh.     

'Ternyata para wanita itu terlalu drama!' cerca Arthur di dalam hati.     

"Arthur, apa kau hanya berpikir jika aku ini hanya wanita materialistis yang hanya mengincar hartamu saja?" tanya Celine dengan air mata yang berlinang.     

Melihat ekspresi itu membuat Arthur merasa tak nyaman.     

"Hey, Celine! Kenapa sih kalau hanya bertanya tentang hal yang tidak penting harus menangis segala?"  ujar Arthur.     

"Hal yang tidak penting kamu bilang?" Celine begitu kesal, "Arthur, kamu itu benar-benar tidak peka ya! Aku yakin di dalam  dadamu itu tidak memiliki organ hati!" cerca Celine sambil berdiri dari kursinya.     

Dia hendak pergi dari ruangan Arthur, tapi Arthur melarangnya.     

"Jangan pergi!" sergah Arthur.     

"Apa lagi? Aku tidak mau berbicara dengan orang yang tidak peka!" bentak Celine.     

"Baiklah, maafkan aku Celine!" ucap Arthur.     

Celine pun akhirnya luluh setelah mendengar kata 'maaf' dari Arthur.     

"Kalau begitu, katakan jujur kepadaku, Arthur! Apa kau menganggapku sebagai wanita murahan yang gila harta?" tanya Celine secara terang-terangan.     

Arthur menjawabnya dengan anggukkan kepalanya.     

Seketika kedua bola mata Celine langsung melebar.     

"Ja-jadi benar kalau kau—"     

"Ya! Aku pikir kau memang wanita yang ingin mengincar hartaku saja, Celine?" ucap Arthur.     

Celine langsung terdiam sambil menunduk.     

"Kau mendekatiku, karna kau ingin hartaku! Bukankah kau selalu mengajakku ke pusat perbelanjaan untuk membeli barang sesukamu yang tidak penting itu!"     

"Artinya, kau—"     

"Iya, kau tahu kok! Kamu itu tidak perlu menjelaskan kepadaku! Tapi kalau kamu merasa bersalah dan ingin menjelaskan kepadaku, ya aku akan mendengarnya dengan baik!" pungkas Arthur dengan santai.     

Celine tempat kesal kepada Arthur, tapi dia juga merasa bersalah. Karna apa yang dikatakan oleh Arthur itu benar. Bahwa dia sudah memanfaatkan hubungan ini untuk mendapatakan segala kemewahan.     

Bahkan dia sudah memiliki beberapa barang mahal semenjak menjalin hubungan dengan Arthur.     

Padahal baru satu bulan dia berpacaran dengan Arthur.     

Tapi dia sudah mendapatkan banyak keuntungan.     

"Kenapa kau diam menunduk? Apa kau sedang merasa bersalah?" sindir Arthur.     

Dan Celine pun menganggukkan kepalanya.     

"Maafkan aku Arthur. Tujuan awal aku mendekatimu karna aku memang menginginkan hartamu," jelas Celine.     

Arthur pun tersenyum tipis menanggapi ucapan Celine.     

"Apa kau akan meninggalkan aku setelah tahu semuanya?" tanya  Celine.     

"Kenapa kau bertanya seperti itu kepadaku, Celine?"     

"Ya karna aku takut kau akan meninggalkanku, Arthur!"     

"Kenapa harus takut, kau, 'kan sudah mendapatkan apa yang kau mau? Apa masih kurang?" tanya Arthur dengan ekspresi menyindir.     

"Aku sudah tidak butuh hartamu lagi, Arthur. Awalnya aku memang mengincar hartamu, tapi sekarang aku sadar jika harta bukan segalanya, aku butuh cintamu. Oleh karna itu aku kemarin pergi meninggalkanmu. Karna aku baru sadar jika aku itu bukan hanya butuh hartamu, tapi juga butuh perhatianmu. Sikapmu yang acuh dan hanya memberiku uang untuk membeli barang mahal terasa menyakitkan bagiku," tutur Celine dengan wajah menunduk bersalah.     

Arthur mengangkat dagu Celine.     

"Kau, tidak usah takut, aku tidak akan meningglakanmu, Celine!"  ucap Arthur seraya membelai rambut Celine.     

Gadis itu menatap Arthur dengan wajah memelas.     

"Benarkah?"     

"Tentu saja, kalau aku hendak meninggalkanmu sudah kulakukan sejak kemarin-kemarin," ujar Arthur.     

"Lalu apa lagi yang kau inginkan dariku?" tanya Celine.     

"... kenapa kau bertanya begitu?"     

"Ya karna aku ini bukan gadis baik-baik seperti yang kau harpakan Arthur! Aku hanya gadis materialistis!"     

"Memangnya kalau kau gadis materialistis kenapa? Toh hartaku juga tidak akan habis hanya untuk membelikanmu barang mahal!" ujar Arthur.     

"Begitu ya? Tapi—"     

"Aku juga bukan pria baik-baik seperti yang kau kira, Celine!"     

"Maksudnya?"     

"Ah, sudahlah! Nanti kau juga akan tahu sendiri! Yang terpenting kau sekarang tidak usah menangis lagi, karna aku tidak akan meninggalkanmu,"     

Celine memeluk Arthur sambil tersenyum bahagia, dia tidak tahu apa yang tengah disembunyikan Arthur darinya, yang terpenting saat ini Arthur masih bersamanya.     

"Yasudah, kau kembali dulu ke ruanganmu, nanti kalau ada yang melihat kita bisa berbahaya!" ujar Arthur.     

Celine menganggukan kepalanya.     

"Baiklah, Arthur!" ucap Celine.     

Dia keluar dari dalam  ruangan Arthur, dan berpapasan dengan Nada.     

Nada adalah salah satu staf pengajar di sekolah ini.     

Dan dia juga sahabat salah satu kandidat calon kepala sekolah yang akan bersaing dengan Celine.     

"Bu Celine?" sapanya.     

"Hay, Bu Nada, sealamat lagi," sapa Celine.     

"Sedang apa, Anda berada di dalam ruangan, Pak Arthur, pagi-pagi begini," tanya Nada.     

"Ah sa-saya, sedang ada urusan penting dengan beliau," jawab Celine.     

"Pagi-pagi begini?" Nada mengernyitkan dagunya seakan dia tak percaya dengan pengakuan Celine.     

'Urusan penting apa? Aku yakin dia sedang menggoda Pak Arthur! Lagi pula sudah banyak yang bilang kalau mereka berdua itu sering menghabiskan waktu berduaan! Haha, aku bisa mempergunakan ini untuk menjatuhkan Celine,' bicara Nada di dalam hati.     

"Maaf, Bu Nada, sendiri mau apa masuk ke ruangan, Pak Arthur?"  tanya Celine.     

"Ah, saya hanya ingin membagikan oleh-oleh untuk beliau, kebetulan Kakak saya baru pulang dari luar negri, saya ingin membagikan oleh-oleh untuk beliau dan guru-guru yang lain, saya juga ingin membagikan ini untuk, Bu Celine!" jelas Nada seraya menyodorkan paper bag kearah Celine.     

Celine menerimanya dengan wajah ragu.     

"Yasudah, kalau begitu saya masuk dulu ya, Bu," ucap Nada.     

"Iya, terima kasih, Bu," jawab Celine. Dia memandangi langkah Nada yang memasuki ruangan Arthur.     

Celine agak sedikit kesal dengan wanita itu.     

'Awas saja kalau dia sampai menggoda, Arthur!'  batinnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.