Anak Angkat

Menjatuhkan Celine



Menjatuhkan Celine

0Nada memasuki ruangan Arthur sambil membawa masuk sebuah paper bag.     

"Halo, Pak Arthur, selamat pagi," sapa Nada.     

"Hay, Bu Nada, selamat pagi," sahut Arthur.     

"Pak Arthur, saya sangat senang bisa mengobrol dengan  Guru tertampan di sekolah ini," puji Nada.     

"Ah, Bu Nada, ini terlalu berlebihan. Tapi saran saya kalau hendak memasuki ruangan orang sebaiknya mengetuk pintu dahulu," sindir Arthur.     

"Ah, maafkan saya, Pak Arthur, saya tadi lupa," Nada tersenyum dengan raut wajah agak malu.     

"Ah, iya saya maklumi, ngomong-ngomong, Bu  Nada ada perlu apa datang kemari?" tanya Arthur.     

"Ah, begini, Pak Arthur! Saya ingin memberikan oleh-oleh ini untuk, Pak Arthur. Kebetulan kakak saya baru pulang dari luar negeri, dan saya hendak memberikan oleh-oleh ini untuk, Anda!" ucap Nada seraya menyodorkan paper bag itu kepada Arthur.     

"Wah, terima kasih banyak, Bu Nada," ucap Arthur.     

Dan setelah itu Nada mengajak Arthur berbicara. Secara tidak langsung dia mencoba merayu Arthur agar mau memilih dirinya saat pemilihan kepala sekolah baru, nanti. Dan itu ia lakukan bukan hanya kepada Arthur, tapi juga kepada staf pengajar yang lainnya.     

"Pak Arthur, saya sangat senang memiliki rekan kerja baru yang masih muda dan tampak seperti Anda,"  puji Nada.     

"Sejak tadi Anda itu selalu memuji saya, Bu Nada, memangnya apa yang sedang Anda inginkan dari saya?"     

"Loh  kenapa, Pak Arthur, bertanya begitu? Saya datang kemari karna saya ingin meminta pendapat Anda,"     

"Pendapat? Pendapat soal apa?"     

"Emm ... begini, Pak! Sebentar lagi akan ada acara 'Pemilihan Kepala Sekolah Baru' kalau menurut Anda saya ini termasuk calon kandidat yang tepat atau bukan?" tanya Nada.     

"Owh! Jadi itu tujuan Anda, apa Bu Nada, ingin  agar saya berada di pihak Anda?"  sindir Arthur.     

"Bu-bu-bukan begitu sih, hanya saja saya ini terlalu kurang percaya diri, makanya saya bertanya, Pak! Bukan meminta Anda, agar berpihak kepada saya," sangkal Nada.     

Dia tidak mau terlihat mencolok saat meminta dukungan kepada Arthur.     

Dia bahkan juga mulai menjelek-jelekkan Celine di depan Arthur.     

"Bu Celine, tadi ada perlu apa dengan, Anda? Saya lihat dia tadi keluar dari dalam ruangan, Anda, apa dia sedang meminta dukungan dari Anda?" tanya Nada secara beruntun.     

'Padahal dia yang sedang mencari dukungan, kenapa malah menyalahkan Celine?' bicara Arthur di dalam hati.     

"Dia tidak meminta dukungan kepada saya, Bu," jawab Arthur.     

"Ah, Pak Arthur, ini berusaha menutupinya ya?" ledek Nada.     

"Tidak, Bu, sungguh," jawab Arthur.     

"Atau jangan-jangan Anda memiliki hubungan khusus dengan, Bu Celine?"     

"Hubungan? Bukankah Anda sudah tahu kalau hubungan kami ini sama-sama staf pengajar di sekolah ini?" sangkal Arthur.     

"Tapi saya lihat, Pak Arthur, dan Bu Celine, itu sangat dekat, seperti ada hubungan yang sepesial begitu," ucap Nada.     

"Benarkah? Ah, mungkin hanya perasaan Bu Nada saja karna saya dan Bu Celine itu tidak ada hubungan apa-apa kok," ujar Arthur.     

"Ayo lah, Pak! Jujur saja, tidak apa-apa kok," Nada membujuknya.     

Nada terus memancing Arthur untuk mengatakan hubungannya dengan Celine.     

Tapi Arthur terus menyangkal. Padahal biasa saja Arthur mengadu domba Celine dan Nada agar terjadi prahara lagi, seperti yang ia lakukan  terhadap Ratu pada waktu itu.     

Arthur tidak ingin melakukan hal itu kepada Celine, walau awalnya dia ingin menghancurkan Celine, dan melihat ada kematian lagi di sekolah ini.     

Tapi semakin lama dia mengenal Celine, entah mengapa Arthur merasa tak tega untuk membunuh Celine, lagi pula dia juga masih membutuhkan Celine.     

Dan melihat tingkah Nada saat ini, Arthur sangat yakin jika Nada sedang ingin menghancurkan Celine, dia ingin agar Celine kalah dalam pemilihan calon kepala sekolah nanti.     

Oleh karna itulah dia mendekati Arthur dan para guru yang lainnya agar mau memilihnya menjadi kepala sekolah baru.     

Nada tidak tahu jika Arthur adalah putra dari keluarga Davies, pemilik sekolah ini. Yang artinya dia bisa memilih kepala sekolah sesuai keinginannya.     

Artinya percuma saja Nada berusaha untuk mendekati para Guru lain agar mau memilihnya, karna pada akhirnya keputusan ada di tangan Arthur.     

Selama Mesya tidak ada di sekolah ini, Arthur lah yang berkuasa.     

"Jadi benar ya, kalau Pak Arthur itu tidak memiliki hubungan yang spesial dengan, Bu Celine?"  Nada bertanya sekali lagi untuk memastikan.     

"Tentu saja, Bu Nada, kami ini hanya dekat karna sebatas hubungan kerja saja," jewab Arthur.     

"Wah, begitu ya. Emm ...  saya mau mengatakan kepada Pak Arthur, tentang Celine," ujar Nada.     

"Bu Nada, ingin mengatakan apa tentang, Bu Celine?"     

"Perlu, Pak Arthur, tahu bahwa Bu Celine itu bukanlah wanita baik-baik seperti kelihatanya. Saya yakin dia itu berusaha mendekati Pak Arthur, karna harta! Wanita itu memang terlihat polos, tapi sebenarnya dia itu sangat gila harta!"  ujar Nada.     

"Benarkah?" Arthur pura-pura kaget.     

"Tentu saja, Pak? Saya dan Celine itu dulunya satu kampus, sejak dulu dia itu bekerja keras dan ingin mengubah hidupnya. Dia ingin menjadi orang kaya. Bahkan dia juga bilang kepada saya, bahwa dia tak perduli jika suatu hari nanti akan menjadi istri simpanan dari Om-om Kaya, yang terpenting segala kebutuhannya terpenuhi dan dia bisa memliki segalanya," pungkas Nada.     

Arthur tampak biasa saja mendengar penuturan Nada, dia tahu jika sebagian kata-kata dari wanita itu hanya sekedar omong kosong. Terlihat jelas jika Nada benar-benar ingin menjatuhkan Celine.     

Tentu saja Arthur tak terima, dia tak rela Celine akan diperlakukan buruk oleh wanita ini. Terlebih sekarang Celine adalah kekasihnya.     

Walau Celine itu menyebalkan, tapi Celine itu mulai berharga dalam hidupnya.     

'Dasar, Wanita Jalang! Kau pikir aku akan mempercayai omong kosongnya itu?' bicara Arthur di dalam hati.     

Tring....     

Bel masuk sekolah mulai terdengar, dan sudah saatnya bagi Nada untuk kembali ke ruangannya.     

"Baiklah, Pak Arthur, saya harus kembali ke ruangan saya dulu. Saya berharap Pak Arthur, mau mendengar ucapan saya ini. Anda, harus berhati-hati dengan Bu Celine,"     

"Iya, Bu Nada. Anda tidak perlu kawatir, saya ini hanya orang miskin mana mungkin, Bu Celine, mau dengan saya!" ucap Arthur dengan nada bercanda.     

"Ah, saya tidak percaya kalau Pak Arthur, dari kalangan miskin, buktinya Pak Arthur, menggunakan kemeja yang bermerek, dan Anda juga menggunakan jam tangan merk ternama, sepatu, tas kerja, ponsel, semuanya barang-barang mahal! Bu Celine itu bisa melihat Anda kaya dari penampilan Anda, Pak," ujar Nada.     

"Ah, begitu ya?" Arthur menggaruk kening kebingungan sambil tertawa masam.     

"Aduh, saya sampai lupa kalau ini sudah masuk! Sampai ketemu lagi, Pak!" Nada segera keluar dari dalam ruangan itu.     

"Dasar, Wanita! Semua yang dilirik hanya barang mahal!' gumam Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.