Anak Angkat

Aku Hanya Butuh Kamu!



Aku Hanya Butuh Kamu!

0Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu, tapi Celine masih berada di dalam kelas, dan merapikan tugas-tugas para  muridnya.     

Alih-alih membawanya masuk ke dalam ruangannya, dia malah masih tetap berada di dalam kelas untuk memeriksa satu per satu buku-buku yang ada di atas meja. Padahal seluruh murid sudah keluar sejak tadi.     

"Ah, aku memeriksanya separuh dulu lah, sisanya akan kukerjakan besok," gumam wanita itu.     

Lalu Celine pun merapikan buku-bukunya dan membawa keluar kelas.     

Celine tampak kesulitan membawa tumpukan buku-buku itu, karna terlalu berat.     

"Berat ya?" tanya Arthur yang tiba-tiba muncul.     

"Arthur, kau itu mengagetkanku saja," ujar Celine. Arthur tersenyum sedikit, lalu dia meraih buku-buku yang ada di tangan Celine.     

"Sudah biar aku yang membawakannya," ucap Arthur.     

"Terima kasih, Sayang," tukas Celine seraya tersenyum manis di depan Arthur.     

"Ah, senyuman itu ...." Arthur sedikit takjub.     

"Ada apa dengan senyumanku?" tanya Celine.     

"Senyumanmu manis sekali," jawab Arthur.     

"Benarkah? Kau pasti sedang menggombaliku ya?" ucap Celine.     

"Tidak, aku ini bicara jujur Celine," jawab Arthur.     

Yah ... ucapan Arthur kali ini memang jujur, baru kali ini dia merasa takjub hanya karna sebuah senyuman.     

'Apa aku benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya ya?' bicara Arthur di dalam hati.     

Dia teringat dengan dirinya dulu yang sering menghina David.     

Dulu Arthur sering sekali menertawakan David yang begitu tergila-gila melihat senyuman Mesya.     

Seakan-akan Arthur menganggap David itu orang gila. Hanya melihat Masya tersenyum saja, membuat David diam-diam juga turut tersenyum. Seakan melihat sebuah keindahan yang begitu menakjubkan.     

Menurut Arthur hal itu terlihat bodoh.     

Dan sekarang dia sedang merasakan hal yang sama dengan David. Seperti sebuah karma dia merasakan apa yang dulu ia cerca.     

Meski awalnya dia tidak menyukai Celine, tapi semakin lama dia mulai menyukainya.     

Bahkan baru kali ini dia menyadari jika senyuman Celine itu terlihat sangat manis. Dan hal itu mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Seperti sebuah keajaiban.     

Dia tak menyangka jika suhu badanya bisa berubah hanya karna sebuah senyuman saja.     

"Arthur, maaf ya," ucap Celine.     

"Maaf? Memangnya kau minta maaf karna apa?" tanya Arthur.     

"Ya karna aku sudah memanfaatkanmu, Arthur," jawab Celine.     

'Dia meminta maaf berkali-kali ganya karna merasa memanfaatkanku, padahal aku yang sudah menafaatkannya. Celine, itu sangat bodoh, tapi entah mengapa aku merasa jika dia itu memilki daya tarik tersendiri,' bicara Arthur di dalam hati.     

"Kau tidak usah meminta maaf berkali-kali, Celine. Aku sudah memaafkanmu," ujar Arthur.     

"Tetap saja aku masih merasa bersalah kepadamu, Arthur,"  ujar Celine.     

"Ah, sudahlah, ayo aku antarkan pulang!" sergah Arthur     

Dan tepat di saat itu Nada mengintip mereka secara diam-diam.     

"Dasar para, Pembohong!tadi katanya tidak ada hubungan apa-apa!" gumam Nada. Dan dengan segera Nada berusaha untuk mendekat.     

Dia ingin menyelidiki hubungan Arthur dan Celine lebih dalam lagi.     

Karna hal ini bisa ia gunakan sebagai senjata untuk menjatuhkan Celine.     

"Aku tidak akan tinggal diam, aku harus dapat bukti kalau mereka itu benar-benar memiliki hubungam spesial," gemingnya seraya meraih ponsel dari dalam saku.     

Diam-diam dia mengambil foto Celine dan Arthur yang sedang berduaan.     

Dan sangat kebetulan sekali Arthur tengah mencium bagian kening Celine.     

Saat menangkap adegan itu Nada sangat bahagia.     

'Ini adalah adegan terbaik,' bicaranya di dalam hati.     

Setelah itu Arthur dan Celine  keluar dari dalam gedung sekolah.     

Ketika memasuki mobil, Arthur pun menghentikan langkahnya sesat.     

"Ada apa, Arthur?" tanya Celine.     

Arthur merasakan jika ada yang sedang membututinya. Tapi Arthur enggan mencarinya karna dia sudah tahu siap orang itu.     

"Arthur, kenapa diam? Aku ini sedang bertanya?" ucap Celine.     

"Ah, iya Celine! Maafkan aku!" ucap Arthur yang segwra mengerjapkan matanya dengan reflek.     

"Kau seperti sedang melihat sesuatu?" Celine mengedarkan pandangannya, dia begitu penasaran.     

"Ah, sudahkah ayo pulang," ajak Arthur.     

Dengan pandangan yang masih mencari-cari sesuatu, Celine terpaksa menuruti ajakan Arthur.     

Sebenarnya Celine merasa penasaran, dan yakin jika Arthur tadi sedang melihat sesuatu, entah apa itu.     

***     

Kemudian mereka pulang dengan mengendari mobil milik Arthur.     

Sudah sekitar satu minggu Arthur sengaja pergi ke sekolah dengan mengendarai mobil. Hal itu ia lakukan karna menuruti permintaan Celine.     

Awalnya dia merasa kesal akan hal itu, tapi Arthur mencoba bersabar dan menuruti perintah Celine. Dan sekarang dia mulai menikmatanya. Dan rasa kesal terhadap Celine juga mulai menghilang.     

"Arthur,"     

"Iya ada apa?"     

"Aku ingin mundur saja dari pemilihan kepala sekolah," ucap Celine.     

Mendengarnya membuat Arthur merasa sedikit kaget, karna ini terasa begitu aneh.     

Awalnya Celine itu begitu menggebu-gebu ingin menang dalam pemilihan ini. Bahkan dia juga meminta bantuan Arthur untuk memenangkan dirinya dalam pemilihan kepala sekolah nanti.     

"Memangnya apa alasanmu ingin mundur?" tanya Arthur.     

"Aku tidak bersemangat lagi, Arthur ... aku masih merasa bersalah dengan, Bu Ratu," ucap Celine.     

"Hah?" Arthur mengernyitkan dahinya.     

"Hanya karna itu?" tanya Arthur.     

"Iya," Celine menganggukkan kepalanya.     

"Hay Celine! Kau merasa bersalah untuk apa? Kau itu tidak membunuhnya? Dia mati karna kecelakaan! Jadi untuk apa kau harus merasa bersalah dan sampai harus mundur?" ujar Arthur.     

"Ya, aku ... kau tahu Arthur, dia seperti itu karna dia cemburu kepadaku. Harusnya dulu aku tidak mendekatimu. Kalau aku tidak bermasalah dengannya mungkin dia masih hidup sampai saat ini," pungkas Celine.     

"Hais!" Arthur mendesis kesal.     

"Apa kau tidak ingin meraih impianmu?" tanya Arthur.     

"Bukannya aku tak mau meraih impianku, Arthur, hanya saja aku tidak mau terlalu ambisius seperti dulu, aku ingin hidup tenang, toh aku juga tidak kekurangan. Lagi pula menjadi seorang Guru Matematika, itu impianku sejak kecil," jawab Celine.     

"Ah itu hanya omong kosong, Celine! Kau bukanya gila harta?" tanya Arthur.     

Celine langsung menajamkan pandangannya kearah Arthur.     

Terlihat sekali jika wanita itu tak suka dengan ucapan Arthur.     

Tapi dia tak bisa marah, karna ucapan Arthur memang benar, tapi itu dulu ... dan sekarang Celine bukanlah gadis yang gila harta lagi.     

"Kau tak suka dengan ucapanku tadi?" tanya Arthur.     

"Iya," jawab Celine datar.     

"Bukannya kau sudah mengakuinya? Lalu kenapa kau marah?"     

"Arthur! Kau itu tidak peka juga ya? Aku memang gila harta, tapi itu dulu. Dan sekarang aku bukan Celine yang gila harta lagi! Tapi aku adalah Celine yang butuh kedamaian dan cinta yang tulus! Aku sudah punya kamu! Dan aku tidak butuh pangkat serta aku juga tidak butuh banyak harta lagi! Yang aku butuhkan hanya kamu! Cinta tulus darimu, Arthur Davies!" pungkas Celine, dengan nada yang menggebu-gebu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.