Anak Angkat

Aku Tidak Suka Makan Itu!



Aku Tidak Suka Makan Itu!

0Arthur terharu mendengar pernyataan Celine.     

Entah mengapa dia merasa lemah di hadapan wanita itu.     

Padahal keputuaan Celine sangat bodoh menurut Arthur.     

Rasanya pria itu ingin memakainya habis-habisan, karna Celine terlalu lemah, melepaskan impiannya hanya karna rasa bersalah terhadap Ratu.     

Tapi Arthur tak mau memaksa Celine untuk tetap meraih impiannya. Arthur menghargai keputusan Celine. Ini adalah kali pertamanya dia tidak egois dan mau peduli kepada orang lain.     

"Kalau menurutmu itu yang terbaik untukmu, aku tetap akan mendukungmu, Celine," ucap Arthur.     

"Terima kasih, Sayang, kau sudah mau mengerti," kata Celine.     

Arthur mengangguk sambil mengelus atas kepala Celine.     

Mereka masih bermesraan di dalam mobil, sementara Nada tengah mengikuti mereka dengan mobilnya.     

"Ah, sial! Kenapa malah macet sih!" Gadis itu tampak kesal. Rencanya untuk membuntuti Celine dan Arthur malah terhalang oleh kemacetan kenadaraan.     

Sambil menunggu jalanan kembali normal, kedua netranya terus tertuju kearah mobil yang tengah di tumpangi oleh Arthur dan Celine.     

"Aku tidak akan melepaskan kalian. Dan aku pastikan hari ini akan mendapatkan banyak bukti-bukti!" bicaranya penuh yakin.     

Tak berselang lama jalanan kembali lancar. Dan mobil yang di tumpangi oleh Arthur serta Celine pun masih terlihat dalam pandangan Nada. Gadis itu segera melajukan kendaraannya.     

"Aku tidak boleh kehilangan jejak," gumamnya.     

**************************     

"Arthur, kalau aku meminta sesuatu kepadamu, apa kau akan menganggapku wanita materialis?" tanya Celine.     

"Kenapa kau bilang begitu? Memang kau itu mau minta apa?" tanya Arthur.     

"Aku ingin makan yang pedas," jawab Celine.     

"Hah, tumben sekali?"     

"Iya, Arthur! Nafsu makanku agak kurang baik akhir-akhir ini,"     

"Benarkah? Kau ingin makan apa?"     

"Aku ingin makan itu!" Celine menunjuk seorang Pedagang Rujak di trotoar jalan.     

"Hah?! Kau yakin ingin membeli makanan di sana?"     

"Tentu saja! Memangnya kenapa?"     

"Celine? Kau tahu uangku itu banyak! Aku bisa membelikanmu makanan yang jauh lebih mahal dan di tempat yang berkelas untukmu!" ujar Arthur.     

"Aku tidak butuh makanan yang berkelas Arthur! Aku butuh makanan itu!" Celine tetap ngotot ingin membeli makanan  pinggir jalan itu.     

Akhirnya Arthur pun menuruti permintaan kekasihnya.     

Celine tampak begitu riang karena Arthur sudah menuruti permintaannya.     

"Ah terrima kasih, Sayang!" Celine mengecup pipi Arthur.     

"Celine! Kau sudah menciumku di depan umum, kau sudah gila ya, kalau sampai ada murid kita yang melihat bagaimana?" protes Arthur.     

"Maafkan aku, Arthur,"     

"Yasudah ayo cepat kau pesan!"     

Arthur menunggu di depan mobil dan Celine mulai memesan makanan itu kepada penjual yang berada di trotoar jalan.     

Sambil menunggu Celine selesai dibuatkan pesanannya oleh si Penjual, Arthur pun melirik kearah Nada yang saat ini tengah mengintipnya.     

Arthur tersenyum tipis, dan dia masih berlagak seolah tidak tahu apa-apa.     

'Kau sudah memancingku untuk membunuhmu, Nada,' bicara Arthur di dalam hati.     

"Arthur, ayo pulang!" ajak Celine.     

"Kau sudah selesai?"     

"Sudah!"     

Mereka memasuki mobil dan kembali melanjutkan perjalanan.     

Tak sabar ingin menyantap makanannya, Celine membuka rujak yang ia pesan tadi.     

"Emm! Enak sekali!" Celine terlihat menikmati makanan itu.     

"Kau sangat menyukainya ya?" Arthur tampak heran.     

"Iya, apa kau mau?" tanya Celine.     

"Tidak!" jawab Arthur.     

"Ah, kau harus mencobanya!  Sini aku suapi!" Celine menyodorkan satu potong mangga yang sudah dicelupkan dengan sambal rujak.     

"Ayo buka mulutmu, Arthur," pinta Celine.     

"Tidak mau!" ucap Arthur.     

"Hay, kau harus mencobanya dulu Arthur! Jangan dipikir makanan murah itu tidak enak lo!" ujar Celine.     

"Aku tidak peduli!" sengut Arthur.     

"Ayolah! Buka mulutmu!" paksa Celine.     

"Aku tidak suka makanan seperti itu, Celine!" bentak Arthur seraya menepis tangan Celine.     

Potongan mangga itu terjatuh, seketika Celine langsung terdiam.     

Celine tampak tersinggung, dan gadis itu menyiratkan kekecewaan.     

Matanya berkaca dengan  pandangan kosong. Mulutnya sama sekali tak bergeming.     

Sementara itu Arthur masih fokus kearah kemudinya.     

Sampai beberapa menit Arthur masih tak menyadari jika Celine sedang marah kepadanya.     

Sampai dia menengok kearah Celine, dan tepat saat itu Celine sedang  menangis, memunggunginya.     

"Celine, kau kenapa?" tanya Arthur.     

Tapi Celine enggan menyahutinya.     

"Hey, kau menangis ya?" Arthur bertanya lagi.     

Arthur sampai menghentikan laju mobilnya.     

"Hey, kau itu kenapa sih?"     

Celine terdiam tanpa kata, tapi kedua netranya tak berhenti mengeluarkan air mata.     

"Ah, kenapa sih, para wanita itu sangat aneh? Tadi baik-baik saja tapi tiba-tiba langsung menangis!" Arthur tampak bingung sendiri.     

"Dasar tidak peka!" cerca Celine seraya keluar dari dalam mobil.     

"Hey, Celine, kau itu kenapa?" Arthur mengejar Celine.     

Dan tiba-tiba saja Celine pun berhenti sambil muntah-muntah.     

'Hoek! Hoek!'     

"Celine? Kau itu kenapa sih?" tanya Arthur.     

Wajah Celine mendadak pucat.     

"Ah, dari tadi kau itu terlihat aneh, aku harus memeriksakanmu ke Dokter! Aku yakin kau itu sedang sakit!" ucap Arthur.     

Dia segera menarik tangan Celine dan mengajaknya kembali masuk ke dalam mobil.     

Celine tak menolaknya, dan dia mengikuti ajakan Arthur. Hanya saja Celine masih tak mau berbicara dengan Arthur.     

Dia hanya ingin agar Arthur bisa sedikit lebih peka terhadapnya.     

"Celine, kau itu marah kenapa sih?" tanya Arthur sambil fokus mengendarai mobilnya.     

Dan dia melirik kearah potongan mangga yang ada di bawah kakinya. Sekarang Arthur barulah tahu apa alasan Celine marah kepadanya, rupanya gara-gara potongan mangga itu.     

Dia tadi sudah menolak Celine secara tidak sopan, dengan menepis tangan Celine dan menjatuhkan potongan mangga itu. Menurutnya itu perbuatan yang sepele, tapi bagi Celine itu sama saja tidak menghargainya. Arthur lupa jika dia itu sedang berhadapan dengan seorang wanita.     

"Baiklah, Celine, aku sudah tahu apa alasanmu menjadi marah kepadaku. Maafkan aku Celine, aku tidak menerima suapanmu tadi, bukanya aku tak menghargaimu, hanya saja aku memang benar-benar tak suka makanan itu," jelas Arthur.     

"Kenapa? Karna harganya murah ya?" sindir Celine.     

"Ah, bukan karna itu, hanya saja aku memang tidak pernah makan yang seperti itu, perutku sensitif, aku hanya bisa makan daging man—" Arthur segera menghentikan ucapannya.     

"Ah, yasudah yang terpenting kita itu harus segera sampai ke kelinik terdekat," ujar Arthur mengalihkan pembicaraan.     

Tapi Celine masih tetap melanjutkan topik pembicaraan yang sebelumnya.     

"Harusnya kau tidak perlu sampai menepis tanganku Arthur! Itu tidak sopan," ujar Celine dengan bibir mengerucut.     

"Iya, Celine! Aku tahu, maafkan aku ya," Arthur berusaha untuk menenangkannya.     

Dan tak lama, mereka sampai di sebuah klinik. Arthur segera membawa Celine masuk ke dalam ruangan.     

"Dokter, tolong priksa, pacar saya ini!" ujar Arthur.     

"Baiklah, apa keluhannya?" tanya Dokter itu.     

"Begini, Dok, akhir-akhir ini saya sering mual, dan muntah-muntah, selera makan saya juga memburuk,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.