Anak Angkat

Tidak Mau Kehilanganmu



Tidak Mau Kehilanganmu

0"Sudah berapa lama, Anda merasa mual dan muntah-muntah?" tanya Dokter.     

"Sekitar, 2 mingguan mungkin ... saya agak lupa, Dokter," jawab Celine.     

"Kapan Anda, terakhir datang bulan?"     

"Emm, sekitar 2 minggu lebih, saya juga agak lupa ... ah ... sebentar saya ingat-ingat ...," Celine terdiam sesaat, "ah yah 14 hari, berarti 2 minggu lebih!" ujar Celine dengan yakin.     

Setelah mendengarkan keluahan Celine, Dokter itu mulai memeriksa suhu tubuh, lambung dan juga tekanan darah Celine. Semuanya tampak normal. Tapi ada sedikit perubahan hormon yang begitu ketara pada tubuh Celine. Di antaranya bagian payudara Celine yang tampak membesar, Dokter itu juga meriksa bagian perut di bawah pusar. Terasa sangat tegang, dan agak keras.     

Yang paling terakhir dokter itu memberikan alat tes kehamilan.     

Celine cukup kaget saat melihat Dokter menyodorkan benda itu kepadanya.     

"A-apa ini, Dok?" tanya Celine dengan raut panik dan agak ragu-ragu.     

Lalu Dokrer menjelasakan secara perlahan.     

"Sebaiknya, dicoba cek dulu dengan alat ini, untuk memastikan dugaan saya, karna dari gejalanya Anda sepertinya sedangan—"     

"Stop, Dokter! Saya tidak hamil!" bentak Celine.     

"Bu, saya sudah memeriksanya, dari kejala yang Anda alami sangat mirip wanita yang sedang hamil, oleh karna itu Anda harus mengeceknya secara manual untuk memastikan dugaan saya ini benar atau salah? Atau bila perlu Anda bisa langsung datang ke Dokter Spesialis Kandungan. Dan di sana Anda bisa melakukan USG untuk lebih memastikan lagi," tutur Dokter itu.     

"Dokter! Tolong priksa saya dengan benar! Jangan asal manebak! Saya yakin saya ini hanya anemia!" oceh Celine yang tak percaya.     

Dokter itu menggelengkan kepalanya, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya lagi.     

Celine merasa tak percaya jika dia benar-benar hamil. Lagi pula dia juga belum siap. Dulu memang dia tak takut kalaupun harus mengandung anak Arthur, karna itu bisa ia jadikan sebagai senjata agar bisa memiliki Arthur selamanya.     

Dan dengan begitu dia akan menjadi menantu di keluarga Davies. Tapi semakin lama mengenal Arthur, dia merasa belum siap untuk menikah dengannya.     

Dia ingin melihat dulu ketulusan Arthur.     

Baginya Arthur masih kurang peka terhadapnya. Arthur masih menganggap jika Celine itu belum berubah, dan hanya mengejarnya karna harta.     

Sehingga apa pun keinginan Celine selalu dituruti oleh Arthur selama itu hanya menggunakan uangnya.     

Padahal Celine itu tidak hanya membutuhkan uang melainkan kasih sayang tulus dari Arthur.     

Dia bukan Celine yang gila harta lagi, dia sadar jika harta bukan segalanya, dan dia takut kalau menikah dengan Arthur maka orang akan menggunjingkan menikah karna harta.     

Hati dan tujuan Celine memang sudah berubah begitu cepat. Semua karna sikap Arthur yang acuh tapi tetap memberinya uang. Ternyata hal itu tidak cukup, karna barang-barang yang dia dapatkan dari Arthur itu terasa tak berguna. Dan perhatian Arthur yang jauh lebih penting.     

Jika menikah dengan Arthur sekarang, Celine malah takut nantinya Arthur akan lebih sering mengabaikannya. Arthur belum bisa menjadi suami yang baik. Dan Celine belum siap menanggung kekesalan setiap hari saat bersama Arthur.     

Pikiran Celine sudah menjalar kemana-mana, dia sudah ketakutan dengan bayangan pernikahannya nanti.     

"Celine, kenapa kau malah diam sih? Ayo lakukan!" sergah Arthur.     

"Tidak! Aku tidak mau melakukannya, karna aku ini tidak hamil, Arthur!" bentak Celine.     

Dokter itu tampak menggelengkan kepalanya melihat tingkah Celine.     

Tapi Arthur terus membujuknya.     

"Ayolah, Celine, jangan seperti anak kecil!"     

"Tidak mau, Arthur!"     

"Ayo, Celine! Kau mau aku marah ya?!" bentak Arthur.     

Celine pun langsung terdiam dengan air mata yang berlinang.     

"Astaga, dia malah menangis lagi," Arthur mengusap keningnya dengan kesal. Rasanya lebih mudah membunuh orang ketimbang menghadapi wanita seperti Celine, benar-benar sangat rumit bagi Arthur.     

Arthur pun berusaha untuk membujuk Celine dengan sabar, agar Celine mau melakukan perintah Dokter.     

Tapi Celine malah menangis, akhirnya Arthur pun terpaksa mengajak Celine pergi dari tempat itu.     

Dia mengajaknya masuk ke dalam mobil.     

"Celine, mau sampai kapan kau menangis?" tanya Arthur.     

Celine tak menyahuti ucapan Arthur.     

"Akhir-akhir ini kau itu terlihat sangat berbeda, sangat cengeng, dan sering marah-marah tidak jelas. Perasaanmu itu menjadi sangat sensitif," ujar Arthur.     

Celine malah menangis lebih kencang lagi karna mendengar ocehan Arthur.     

"Huee! Arthur! Kejam!"     

"Astaga, Celine, kenapa malah menangis sih?" Arthur menggaruk-garuk kepalanya dengan kencang, dia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Celine.     

"Celine, baiklah aku minta maaf bila aku sudah kasar kepadamu, tapi tolong hentikan tangisanmu itu Celine," pinta Arthur dengan suara rendah.     

Akhir Celine pun mulai sedikit tenang, dan gadis itu memeluk Arthur.     

Arthur sampai menghentikan mobilnya. Akhirnya dia mengajak Celine untuk berhenti di sebuah restoran.     

Pelan-pelan Arthur kembali membahas masalah ini.     

"Celine, apa alasanmu tidak mau mengikuti saran Dokter tadi?" tanya Arthur.     

"Karna aku takut, Arthur," jawab Celine.     

"Kau takut apa?"     

"Aku takut jika aku benar-benar hamil, Arthur!"     

"Kenapa harus takut? Kalau kau hamil aku akan menikahimu!" ucap Arthur dengan penuh percaya diri.     

"Iya, tapi aku belum siap, Arthur!" ucap Celine.     

"Apa yang membuatmu belum siap, Celine?"     

"Ya aku belum siap jika harus menikah denganmu? Kau itu kasar dan tidak peka. Baru menjadi kekasihku saja kau sudah tidak perhatian kepadaku!     

Terlihat sekali jika kau itu orang yang tidak pedulian. Dan aku yakin kau bersamaku hingga kini juga karna terpaksa, 'kan? Aku tidak tahu apa tujuanmu! Yang jelas terlihat sekali. Jika kau itu memang sedang memanfaatkanku!" pungkas Celine, wanita itu berbicara seakan tanpa jeda.     

Arthur sampai tak bisa berkata apa-apa, dan lebih parahnya lagi apa yang dikatakan oleh Celine tadi sebagian besar benar.     

'Yah, aku memang awalanyal hendak memanfaatkanmu, Celine. Dan awalanya aku juga tidak mencintaimu. Tapi sekarang aku baru sadar, ternyata kamu itu sangat berarti. Meski kamu sangat menyebalkan tapi aku merasa hampa bila tidak ada kamu di sampingku. Yah... aku sekarang sudah mengakui pada diriku sendiri, jika aku ini benar-benar jatuh cinta kepadamu!' bicara Arthur di dalam hati.     

"Kenapa kamu malah diam? Apa jangan-jangan dugaanku itu benar? Kau hanya memanfaatkanku?" tuduh Celine sekali lagi.     

Arthur masih tak menjawab pertanyaan Celine.     

"Katakan dengan jujur Arthur, aku bsa menerimamu dengan lapang dada. Aku, 'kan juga sudah berkata jujur kepadamu, tentang niat awalku mendekatimu, Arthur," pinta Celine.     

Arthur pun memegang kedua pundak Celine dan menatap kedua matanya dalam-dalam.     

"Aku tidak menafaatkanmu Celine. Aku benar-benar mencintaimu," ucap Arthur.     

"Apa kau yakin?" tanya Celine untuk memepertegas jawaban Arthur.     

'Maafkan aku, Celine, aku memang sedang berbohong kepadamu, tapi aku tidak mau kehilangan kamu sekarang,' bicara Arthur di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.