Anak Angkat

Dia Tidak Akan Mengganggu Lagi



Dia Tidak Akan Mengganggu Lagi

0"Celine, aku. Ini sangat mencintaimu, aku tidak mau kehilanganmu. Dan aku berjanji akan jauh lebih baik lagi di hadapanmu!" tukas Arthur meyakinkan Celine.     

"Kalau begitu apa buktinya, Arthur?" tanya Celine.     

"Ya aku tidak tahu lagi bagaimana cara membuktikan, Celine! Jujur baru kali ini aku menjalin hubungan serius dengan wanita, dan aku tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan baik. Mungkin jika semakin lama bersamamu maka aku bisa lebih memhamimu," ucap Arthur.     

"Tapi—" Celine segera menutup mulutnya, perutnya mendadak mual dan ingin muntah lagi.     

Wanita itu segera berlari menuju toilet restoran.     

"Ah, dia muntah lagi! Sebenarnya dia itu sakit apa sih? Apa jangan-jangan dia itu benar-benar sedang hamil?" gumam Arthur.     

Arthur tertegun memikirkan Celine.     

Jika Celine benar-benar hamil maka tujuannya akan terwujud, dia bisa menggunakan bayi yang dikandung Celine untuk dijadikan tumbal dalam ritual sesat keluarganya. Tapi entah mengapa Arthur merasa ragu untuk melakukan itu. Lagi pula Celine juga masih belum tentu hamil.     

Dan tak lama Celine pun kembali keluar.     

"Celine, kita harus periksa ke Dokter Kandungan sekarang juga!" ucap. Arthur.     

"Tapi aku tidak mau, Arthur!" bentak Celine.     

"Celine, kau jangan membangkang!" bentak Arthur.     

"Tapi aku takut Arthur! Bagaimana kalau aku hamil?"     

"Kalau hamil ya kita syukuri saja, Celine!"     

"Kenapa bicaramu enteng sekali Arthur!"     

"Loh, memangnya aku harus bagaiamana Celine? Kita terima saja anak itu, toh aku juga mengakuinya!"     

"Lalu bagaiamana dengan masa depanku lalu, Arthur? Kau itu kuliah saja belum lulus, dan kita ini seorang Staf Pengajar di "Pelangi Senja!" apa pantas seorang Guru memberikan contoh hamil di luar nikah kepada muridnya?"     

"Ssst ...Celine, jangan keras-keras, aku bisa membuatmu terbebas dari aib, aku akan segera menikahimu! Dan kau juga tidak perlu mngajar di sekolah itu!" pungkas Arthur.     

"Tapi aku belum siap berhenti mengajar! Menjadi Guru Matematika, adalah impianku sejak kecil, Arthur! Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja!"     

"Ah, Celine! Lupakan semuanya dan ayo kita ke Dokter!" ujar Arthur dengan nada tegas dia menarik paksa tangan Celine.     

Dengan terpaksa Celine mau menuruti perintah Arthur.     

Mereka mendatangi Dokter Kandungan.     

Dan dalam ruangan Dokter itu, Celine mulai diperiksa.     

***     

Beberapa saat kemudian, sang Dokter memberikan surat hasil pemeriksaan kepada Celine dan Arthur.     

"Selamat ya untuk, Bapak dan Ibu, sebentar lagi kalian akan mendapatkan keturunan, Bu Celine, positif hamil," ucap Dokter itu.     

Arthur tersenyum tipis mendengarnya.     

'Akhirnya, aku benar-benar akan segera mendapatkan keturunan. Tapi entah mengapa, rasanya aku tak rela untuk menjadikan anakku sebagai tumbal,' bicara Arthur di dalam hati.     

Sementara itu di samping Arthur, Celine tengah menangis sesenggukan.     

"Sudahlah, Celine, jangan menangis," ucap. Arthur menenangkan Celine.     

***     

Sementara itu di luar masih ada Nada yang membuntuti mereka.     

"Aduh, lelah sekali aku membuntuti mereka! Tadi ke Dokter Umum, dan sekarang ke Dokter Kandungan! Memangnya mereka itu sakit apa sih?" gumam Nada.     

"Ah, apa jangan-jangan Celine itu sedang hamil?" Seketika Nada tersenyum puas.     

"Haha! Aku benar-benar tak menyangka ternyata ada banyak cara untuk menjatuhkan Celine! Dan aku sudah pasti akan menjadi Kepala Sekolah barunya!" Celine masih berada di ruang tunggu.     

"Sejak tadi aku ingin masuk ke dalam ruangan Dokter dan menguping mereka lebih dekat lagi, hanya saja aku takut diketahui oleh Arthur, dan Celine,"     

Nada tidak menyadari jika sejak tadi Arthur itu sudah mengetahuinya, tapi Arthur pura-pura untuk tidak tahu.     

***     

Beberapa saat kemudian Arthur dan Celine keluar dari ruang Dokter, kedua mata Celine tampak membengkak dan merah, karna sejak tadi ia menangis terus.     

Setelah itu Arthur segera mengantarkan Celine pulang.     

Dalam perjalanan mereka kembali berdebat lagi.     

"Arthur, bagaiamana ini, aku benar-benar hamil, Arthur! Ini semua gara-gara kamu! Kalau kamu tidak mengajakku menginap di hotel pada waktu itu, pasti aku tidak akan hamil!" ujar Celine.     

"Maafkan aku, Celine," tukas Arthur.     

"Kata maaf saja tidak cukup Arthur, kau harus menikahiku! Kalau tidak aku akan menanggung malu!" ujar Celine.     

'Bisa saja aku menikahinya! Dan kedua orang tuaku akan dengan senang hati menerima Celine, tapi yang jadi masalah, aku tidak rela jika anakku dijadikan tumbal. Lagi pula kalau sampai Celine tahu jika aku akan menggunakan anak kami sebagai tumbal dia pasti akan marah besar kepadaku,' bicara Arthur di dalam hati.     

"Arthur, bagaiamana ini? Aku takut orang tuaku akan merah kepadaku, dan bagaiamana jika keluargamu tidak bisa menerimaku?" Celine kembali panik.     

"Celine, sudahlah jangan terlalu panik, orang bilang jika sedang hamil itu tidak boleh terlalu stres memikirkan sesuatu, ini demi kebaikan janin dalam kandunganmu," ujar Arthur.     

"Iya, tapi—"     

"Ssst! Sudahlah Celine, kau tidak perlu takut aku selalu ada bersamamu. Dan anak yang ada di dalam kandunganmu itu akan kita rawat bersama-sama," ujar Arthur.     

*****     

Esok harinya, Celine dan Arthur kembali berangkat ke sekolah seperti biasa.     

Keadaan juga tak ada yang berubah, seluruh murid juga menegur sapa dengan ramah kepada Celine hanya saja, wajah Celine terlihat lebih murung dari biasanya.     

Nada berjalan menghampiri Celine.     

"Hay, Bu Celine, selamat pagi," sapa Nada.     

"Hay, selamat pagi, Bu Nada," sapa Celine.     

"Bu Celine, kelihatan pucat sekali, Anda seperti orang hamil," sindir Nada dengan senyuman tipis.     

Seketika Celine langsung terdiam membeku.     

"Bu Celine, apa Anda sudah siap untuk bersaing dengan saya di pemilihan Calon kepala sekolah nanti?" tanya Nada.     

"Saya sudah tidak berminat lagi untuk—"     

"Bu Nada! Anda kenapa harus menggangu Bu Celine, pagi-pagi begini?" benak Arthur.     

"Saya tidak mengganggu, Bu Celine?" sangkal Nada.     

"Benarkah?" Arthur tersenyum sinis.     

"Eh, Pak Arthur, Anda itu membuat saya kaget lo," ujar Nada.     

"Bisa tidak kalau datang ke sekolah itu langsung ke ruangan masing-masing, Anda sudah punya ruangan sendiri, 'kan?" sindir Arthur.     

"Eh, Pak Arthur, kenapa berbicara dengan kasar begitu sih? Memangnya saya ada masalah apa dengan, Anda?" protes Nada kepada Arthur.     

Dan setelah itu Nada pergi begitu saja meninggalkan Celine dan Arthur.     

"Arthur, Bu Nada, menggangguku. Nampaknya dia sudah curiga dengan hubungan kita, bahkan dia juga menyindir tentang kehamilanku. Aku yakin dia sudah sesuatu," ucap Celine.     

"Dia memang sudah tahu semuanya, bahkan sejak kemarin dia membuntuti kita," ujar Arthur.     

"Apa?!"     

"Sudah jangan kaget!"     

"Tapi bagaiamana ini, Arthur, pasti—"     

"Ya dia memang ingin menjatuhkanmu karna dia masih mengira jika kamu akan menjadi saingannya dalam pemilihan Kepala Sekolah, nanti," jelas Arthur.     

"Kalau begitu aku harus menjelaskan kepadanya jika aku sudah tidak berminat menjadi kepala sekolah lagi!" ujar Celine tergesa-gesa.     

"Tidak perlu Celine, aku akan pastikan mulai besok dia tidak akan bisa mengganggumu lagi!" tegas Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.