Anak Angkat

Kekasih Arthur



Kekasih Arthur

0Senin yang cerah mengiringi langkah Celine berjalan memasuki kelas.     

"Selamat pagi, Bu Celine,"     

"Pagi, Sherly!"     

Pagi, Bu Celine?"     

"Pagi, Anita,"     

Setiap murid yang berpapasan dengan Celine, mereka menyapa dengan ramah.     

Keadaan sekolahan masih sepi, baru dia saja yang sudah sampai di sekolah, sementara Guru-guru yang lain belum ada yang masuki gedung.     

Celine memasuki ruangannya, dan dia teringat dengan ucapan Nada pada hari sabtu kemarin, tentang Nada yang curiga jika Celine itu sedang hamil.     

Mendadak perasaan Celine menjadi tidak enak.     

'Apa, Bu Nada, benar-benar tahu jika aku sedang hamil ya?' bicara Celine di dalam hati.     

Dan tak lama, perutnya kembali bergejolak.     

Celine segera berlari menuju toilet.     

Bertepatan saat itu pula, salah seorang murid keluar dari dalam ruangan Nada, gadis itu berteriak-teriak histeris.     

Celine tampak kaget, dan penasaran ingin bertanya apa yang sudah terjadi. Tapi sayang, perutnya tidak bisa diajak kompromi, tak tahan lagi untuk memuntahkan sesuatu.     

Setelah keluar dari dalam toilet itu, Celine dikejutkan oleh orang-orang yang berkerumun di dalam ruangan Nada. Tangisan dan teriakan histeris terdengar memekik.     

Celine pun mendekati kerumunan itu, dia hendak mencari tahu apa yang sudah terjadi.     

Celine mulai bertanya-tanya, dan kebetulan sekali Anita juga berada dalam kerumunan itu.     

Celine menepuk pundak Anita.     

"Anita, apa yang sudah terjadi?" tanya Celine.     

"Bu Celine, Bu Nada sudah ...,"     

"Iya, ada apa dengan, Bu Nada?"     

"Bu Nada, tewas, Bu!" ujar Anita.     

"Tewas?" Celine begitu syok mendengar berita itu, dia merasa sangat penasaran dan langsung mendekat, untuk memastikan apa yang diucapkan oleh Anita.     

Celine menerobos kerumunan orang untuk mengobati rasa penasarannya.     

"Astaga!" Kedua bola mata Celine membulat sempurna.     

"Bu Nada!" teriaknya sambil menutup mulut.     

Celine benar-benar tak tahan memandang jasad Nada terlalu lama, karna terlihat sangat menyeramkan.     

Nada meninggal dengan tubuh yang penuh lubang bekas tusukan pisau, mulut menganga, serta kedua mata yang melotot, semua itu benar-benar membuat Celine ketakutan. Tubuhnya mendadak melemaskan dan terjatuh di tempat itu juga.     

"Bu Celine!"     

"Bu Celine, kenapa?!"     

"Ayo kita bawa, Bu Celine, ke klinik!"     

Seluruh murid yang ada di tempat itu pun mulai berbondong-bondong mengangkat tubuh Celine dan memmbawanya masuk ke klinik sekolahan. Sebagian dari mereka menungu Celine sampai sadar, karna kebetulan Dokter yang bertugas belum datang.     

***     

Beberapa saat kemudian, lamat-lamat terdengar suara orang-orang yang sedang bergumam di sampingnya.     

"Apa polisi sudah datang?"     

"Sudah, mereka mulai memeriksanya,"     

"Menurut perkiraanku, Bu Celine, meninggal sejak dua hari yang lalu,"     

"Benar! Dugaanku pun begitu, terlihat dari jasad dan darah yang hampir membusuk,"     

"Lagi-lagi kita harus mendapat kabar duka. Padahal kita baru saja ditinggalkan oleh, Bu Ratu. Dan sekarang kita juga kembali harus kehilangan, Bu Nada,"     

"Entalah, rasakan aku ingin pindah sekolah saja,"     

'Mereka sedang membicarakan, Bu Nada. Ini artinya aku tidak bermimpi,' bicara Celine di dalam hari.     

Celine berusaha untuk bangkit.     

"Eh, Bu Celine, sudah sadar!"     

"Bu Celine, baik-baik saja?" tanya salah satu siswa yang ada di ruangan itu.     

Lalu mereka memberikan segelas air putih untuk Celine.     

Kini keadaannya sudah mulai membaik, dan tak lama Arthur datang menghampirinya. "Celine, apa kau baik-baik saja?" tanya Arthur.     

Celine menganggukkan kepalanya.     

Kemudian mereka keluar dari tempat itu, Arthur mengantarkan Celine pulang, dengan alasan Celine yang masih sakit.     

Arthur membawa Celine pergi ke salah satu rumah milik keluarga Davies.     

***     

"Arthur, kamu akan membawaku kemana?" tanya Celine.     

"Sudahlah, Celine! Ayo ikut!" sergah Arthur.     

"Ini rumah siapa?"     

"Ini salah satu rumah keluargaku, kau bisa tinggal di sini untuk sentara waktu," ujar Arthur.     

"Kenapa harus tinggal di sini?" tanya Celine.     

"Orang tuamu sedang berada di Jogja selama satu bulan, 'kan? Karna mereka sedang mengurus usaha di sana! Aku tidak mau kau tinggal di rumah sendirian!"     

"Dari mana kau bisa tahu soal itu, Arthur? Aku, 'kan belum bercerita kepadamu?" Celine tampak bingung.     

"Ah, sudahlah ayo cepat masuk! " sergah Arthur.     

Saat memasuki rumah, netra wanita itu mengitari seluruh isi ruangan, sangat bagus dan mewah.     

Celine tampak takjub, tapi dia masih belum paham dengan tujuan utama Arthur menyuruhnya tinggal di rumah ini.     

Arthur mengajak Celine naik ke lantai atas.     

"Ini kamarmu, kau akan tinggal bersamaku di sini, sampai kedua orang tuamu pulang," ujar Arthur.     

"Tapi tidak perlu seperti itu, Arthur. Aku sudah terbiasa tinggal sendirian di rumah saat tidak ada orang tuaku," ujar Celine.     

"Tapi sekarang kau itu sedang hamil, Celine. Aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu dan bayimu," ujar Arthur.     

"Ah, kau sangat perhatian sekali kepadamu," Celine menyentuh wajah Arthur sambil tersenyum.     

"Yah, setidaknya aku sedang belajar, Celine," tukas Arthur.     

Lalu mereka pun duduk di atas kasur sambil mengobrol.     

Sangat kebetulan, David tengah berkunjung ke rumah itu.     

Semenjak Mesya tinggal bersama Satria, David sering menghabiskan waktunya di rumah itu.     

Dia memang lebih suka menyendiri.     

Baru saja memarkirkan mobilnya di halaman rumah, David terkejut dengan keberadaan mobil Arthur yang sudah terparkir duluan di garasi.     

'Ini bukannya mobil, Arthur, ya?'     

'Tapi dia mau apa datang kemari?'     

'Aneh sekali?'     

David masuk ke dalam rumah, dan mengecek apa yang sedang di lakuan Arthur di dalam.     

Setibanya di ruang tamu, ruangan terlihat kosong.     

David naik ke lantai atas dengan langkah pelan-pelan.     

Sengaja ia lakukan agar Arthur tidak curiga akan kedatangannya.     

Dalam salah satu kamar di lantai atas, David mendengar orang yang sedang mengobrol.     

'Arthur, tidak datang sendirian, tapi dengan siapa?' David semakin penasaran.     

Dia berdiri tepat di depan pintu kamar yang di dalam ada Athur dan Celine yang tengah mengobrol.     

David mengintip mereka lewat celah pintu yang kebetulan sekali tidak dikunci oleh Arthur dan Celine.     

'Arthur, datang dengan seorang wanita?'     

'Apa dia akan membunuh wanita itu?'     

'Tapi kenapa Arthur, terlihat sangat berbeda, saat berbicara dengan wanita itu, Arthur tidak memperlihatkan wajah tengilnya, bahkan dia terliat jauh lebih dewasa,' bicara David di dalam hati.     

***     

"Arthur, kapan kamu akan mengenalkanku pada keluargamu?" tanya Celine.     

"Aku tidak akan mengenalkanmu pada keluargaku, Celine," jawab Arthur.     

"Kenapa? " Celine tampak kecewa.     

"Karna keluargaku itu sangat—"     

"Arthur! Kau sendiri yang berjanji kepadaku, bahwa kau akan bertanggung jawab jika aku hamil! Tapi kenapa kau sekarang malah seakan menyembunyikan kehamilanku? Apa kau tidak mau menikahimu?!" ucap Celine dengan derai air mata penuh kekecewaan.     

David hampir tak percaya dengan apa yang ia dengar saat ini.     

'Arthur, sudah punya kekasih, dan sekarang kekasihnya sedang hamil?' bicara David di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.