Anak Angkat

Mengertilah....



Mengertilah....

0Setelah makan siang selesai, Arthur, mencari alasan untuk pergi meninggalkan tempat itu. Dia sudah tak sabar untuk menemui Celine. Dia juga ingin menemani kekasihnya makan siang, dan menjaganya selama berada di rumah yang ditempati Celine saat ini.     

"Ayah, Ibu, maafkan aku ya, aku harus pergi sekarang!" ujar Arthur yang berpamitan secara tergesa-gesa.     

Sengaja ia melakukan ini agar para keluarganya tidak sempat bertanya banyak kepadanya.     

"Hey, Arthur! Kau mau pergi kemana? Kita belum selesai berbicara" ujar Charles.     

"Charles, kau harus mengejarnya! Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi! Aku yakin ada yang tidak beres dengan Arthur!" ujar Arumi.     

"Iya, Sayang! Aku akan mengejarnya sekarang!" ucap Charles seraya berdiri dari kursinya.     

Mesya juga turut panik. Dia tidak paham dengan situasi ini. Arthur tidak seperti orang yang dia kenal. Melihat sang Ayah yang hendak mengejar adiknya, David berusaha untuk menghentikan.     

Dia tidak mau kalau sampai Arthur ketahuan.     

"Ayah, sudah biarkan saja! Kalian ini seperti tidak tahu sikap Arthur! Dia itu memang aneh sejak dulu, 'kan? Biarkan saja dia melakukan apa yang dia suka!" ujar David.     

"Bagaimana kami bisa tenang! Akhir-akhir ini Arthur itu banyak berubah! Bahkan dia hampir tak pernah pulang!" ujar Charles.     

"Apa dia sedang membunuh orang?" tukas Mesya menimbrung pembicaraan mereka.     

Arumi menyahuti pertanyaan Mesya.     

"Kalau pun dia sedang mendapatkan buruan, harusnya dia mengajak kami. Karna kami selalu melakukan hal itu bersama-sama," ujar Arumi.     

Mesya pun memilih diam, percuma saja dia turut berbicara, toh di keluarga ini dia satu-satunya orang yang paling tidak tahu-menahu urusan keluarganya. Entah apa yang sedang terjadi pada Arthur. Tapi ini memang terlihat sangat aneh. Mesya menangkap sikap Arthur yang berbeda. Sejujurnya dalam hatinya pun bertanya-tanya, tapi dia menahannya.     

"Bu, Ayah! Lupakan saja anak itu. Nanti kalau dia sudah lelah juga akan kembali lagi seperti dulu. Kalian masih ingat, 'kan jika Arthur pernah mengalami kecelakaan dan hilang sampai berhari-hari. Dia memang suka membuat kita merasa kehilangan. Dan kupikir Arthur itu ingin agar kita semua menjadi lebih memperhatikannya, dengan cara membuat masalah seperti ini. Aku rasa kejadian ini pun tak jauh berbeda dengan kejadian saat Arthur menghilang dalam kecelakaan pada waktu itu," pungkas David.     

"Benarkah?" Arumi masih tampak ragu dengan ucapan David.     

"Percayalah, Bu! Tidak perlu memikirkan anak itu! Lebih baik kita fokus pada hal yang jauh lebih penting dari ini." Pungkas David.     

'Kak David, seperti sedang membela, Kak Arthur? Ini juga terasa mustahil. Mereka itu, 'kan tidak pernah akur?' batin Mesya bertanya-tanya.     

"Sayang, apa yang diucapkan oleh David itu benar. Lupakan Arthur, dan ayo fokus pada hal yang jauh lebih penting. Misalnya mencari jodoh untuk David!" ucap Charles.     

'Ah, sial! Kenapa aku jadi kena!' umpat David di dalam hati.     

"Ah, kau benar, Charles! Mungkin kita memang harus segera mencarikan jodoh untuknya. Kita harus memiliki cucu, sebelum Wijaya mendahuluinya!" tukas Arumi.     

"Yah, dan kau, David!" Charles menunjuk kearah David. "Jangan buang-buang waktu untuk hal yang tidak penting! Cepat cari pasanganmu!" perintah Charles.     

"Baik, Ayah," jawab David.     

David kembali dilema dengan semua ini.     

Dia harus mencari wanita yang akan dijadikannya istri. Ini bukan hal yang mudah, tapi dia juga tidak bisa memberitahu masalah Arthur kepada orang tuanya. Padahal dengan membongkar rahasia Arthur dan Celine, maka David bisa terbebas dari kewajibannya.     

"David! Jangan hanya berkata 'iya' tapi kau harus segera mendapatkan wanita itu! Kami tidak bisa terlalu lama menunggu!" pesan Charles.     

"Iya, Ayah, aku akan berusaha!" jawab David.     

Kemudain Arumi mendekati Mesya.     

"Bagaimana denganmu, Mesya? Apa kau sudah mendapatkan informasi baru. Dan kapan kau akan mendapatkan kitab itu?" tanya Arumi.     

"Maafkan aku, Bu! Saat ini aku sedang berusaha. Tuan Wijaya, sangat membatasi kegiatanku. Bahkan dia hampir tak memberiku ruang gerak. Tapi aku berjanji secepatnya aku akan mendaptkan kitab itu dan segera membebaskan Lizzy. Aku sedang memahami tata letak ruangan di rumah Tuan Wijaya," tutur Mesya.     

"Baiklah, Ibu akan berusaha untuk bersabar, kau tetap harus berhati-hati!" pesan Arumi.     

"Baik, Ibu," jawab Mesya.     

"Ibu, akan memberimu waktu untuk mengobrol bersama David, Ibu tahu kalian saling merindukan, jadi kami akan meninggalkan kalian berdua saja," tukas Arumi.     

"Terima kasih Ibu," ucap Mesya seraya tersenyum bahagia.     

Arumi begitu pengertian, dan nampaknya dia benar-benar akan menepati janjinya, bahwa akan menyetujui hubungan Mesya dengan David. Yang terpenting bagi Arumi saat ini, dendamnya terhadap Wijaya bisa segera terbalas.     

Setelah itu Arumi dan juga Charles berlalu meninghalkan ruang makan.     

David mengajak Mesya pergi ke taman belakang rumah, untuk mengobrol dan melepas rasa rindunya.     

Mereka duduk di sebuah bangku besi dengan pemandangan taman yang begitu asri.     

"Mesya, bagaimana kabarmu?"     

"Aku baik-baik saja, Kak,"     

"Bagaimana dengan Satria, apa dia memperlakukanmu dengan baik?"     

"Iya, sangat baik malahan," jawab Mesya dengan jujur.     

Dan raut cemburu terpancar di wajah David.     

"Apa kau mulai menyukainya?" tanya David.     

"Kenapa, Kak David, bertanya begitu? Apa Kakak, cemburu?"     

"Kau tidak perlu menanyakan itu, Mesya. Tidak kujawab pun kau sudah tahu." Jawab David.     

Mesya menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu harus berkata apa?     

Dia sendiri tidak memahami tentang perasannya terhadap Satria, antara cinta dan rasa kasihan berpadu menjadi satu.     

Dan yang lebih mengusik pikirannya adalah perasaan bersalahnya kepada Satria.     

Dia tak bisa membayangkan betapa kecewanya Satria, saat mengetahui, bahwa selama ini Mesya hanya bersandiwara atas perasannya.     

"Kak David, tolong jangan membahas ini. Aku semakin dilema. Kau tak paham bagaimana posisiku saat ini, Kak. Tapi aku sangat paham jika saat ini kau sedang cemburu. Hanya saja aku tak bisa berbuat apa-apa, Kak! Aku tidak tahu caranya agar hatimu tenang. Sekarang aku sudah menjadi milik orang, walau sebenarnya hatiku masih untukmu. Tapi satu hal yang perlu kau tahu ... Seberat apapun hatiku bergejolak, aku pastikan hanya dirimu ... rumah yang akan kujadikan tempat untuk pulang!" pungkas Mesya.     

David terdiam sesaat mendengar ucapan Mesya. Dia paham jika saat ini Mesya dalam posisi yang sulit.     

Bahkan Mesya juga sudah berkali-kali menerangkan perasaannya kepada David, tapi David tetap tak bisa menahan rasa cemburunya, sehingga membuatnya lebih sering memarahi Mesya.     

Berkali-kali David, terus berusaha untuk tetap berpikir jernih dan mencoba yakin jika Mesya akan kembali padanya. Tapi tetap saja perasan cemburu itu terus mengelayuti pikirannya, walau sekuat apapun dia menyangkal.     

"Kak, tolong mengerti aku," lirih Mesya.     

David menganggukkan kepalanya.     

"Aku akan berusaha, Mesya. Dan maafkan aku yang tak bisa mengontrol rasa cemburuku ini," ucap David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.