Anak Angkat

Membahagiakan Celine



Membahagiakan Celine

0Masih berdiri di atas balkon. Mesya menghubungi David.     

Sambil menunggu panggilan itu tersambung, Mesya mengedarkan pandangannya kearah rumah Arthur dan Celine.     

Tampak pasangan suami istri itu tengah beradu argumen di halaman rumah. Padahal malam sudah cukup larut. Tampak Arthur yang membawa sebuah koper, dan memaksa Celine untuk masuk ke dalam mobil.     

"Kita akan pergi kemana, Arthur?"     

"Celine! Kita harus mencari tempat tinggal baru! Kau tahu, 'kan jika Mesya sudah mengetahui keberadaan kita?!" ujar Arthur.     

"Memangnya kenapa kalau Mesya tahu? Dia juga tidak berbuat jahat kepadaku, justeru sebaliknya dia sangat baik kepadaku!" ujar Celine.     

"Celine, bisa saja jika Mesya itu hanya pura-pura baik kepadamu! Dan sebenarnya dia itu sedang merencanakan hal buruk untuk kita!" tukas Arthur.     

"Arthur, kamu itu jangan berperasangka buruk, terhadap Mesya! Lagi pula kalian itu saudara! Karna aku paham betul jika Mesya itu anak yang baik?" ujar Celine.     

"Celine! Kamu itu tidak tahu apa-apa tentang keluargaku! Jadi tolong jangan—"     

"Iya, aku memang tidak tahu apa-apa tentang keluargamu, Arthur! Dan aku juga tidak tahu seberapa pentingnya aku di matamu, hingga kau tak mau memberi tahu kebetadaanku terhadap keluargamu! Apa itu karna ku tidak cukup pantas menjadi bagian dari keluargamu?!" ucap Celine dengan kedua bola mata yang berkaca.     

Dan Arthur menjadi serba salah, dia ingin mengatakan alasannya kepada Celine, tapi dia takut nanti Celine akan meninggalkannya. Tapi kalau dia tidak menjelaskan kepada Celine, wanita itu akan semakin curiga kepadanya dan berpikiran yang negative.     

"Celine, aku melalukan ini karna aku sangat peduli denganmu," ucap Arthur.     

"Peduli macam apa, Arthur? Kalau begini kau itu membuatku berpikiran yang macam-macam, Arthur!"     

"Sudah lah, Celine! Jangan membuatku Marah! Kau harus menuruti perintah suamimu!"     

"Tidak, Arthur! Aku tidak mau pindah!"     

"Kau itu keras kepala ya!"     

Plak!     

Arthur yang sedang emosi, dengan reflek menampar wajah istrinya.     

Dari atas balkon itu Mesya menyaksikan apa yang dilakukan Arthur terhadap Celine. Dia segera mengurungkan niatnya untuk menelepon David, dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku.     

"Kak Arthur, menampar Kak Celine? Aku tidak boleh tinggal diam, dan aku harus menghentikannya!" ucap Mesya.     

Gadis itu segera turun dari lantai atas, dan keluar dari dalam rumahnya dengan berlari tergesa-gesa.     

Mesya sangat takut jika Arthur sampai gelap mata dan akan melakukan hal yang lebih buruk lagi terhadap Celine. Seperti yang dilakukan Arthur pada korban-korbannya. Bagaimana pun Mesya tidak bisa begitu yakin jika Arthur itu benar-benar sudah berubah.     

"Hentikan!" teriak Mesya.     

Seketika pasangan yang sedang bertengkar itu berhenti sejenak. Dengan kompak netra mereka mengarah kepada Mesya.     

"Mau apa kau datang kemari?!" bentak Arthur kepada Mesya.     

"Kalian yang kenapa? Apa, Kak Arthur tidak tahu kalau ini sudah malam? Suara kalian itu terlalu berisik hingga sampai di rumahku!" ujar Mesya.     

"Kami bertengkar juga gara-gara kau, Mesya!" ujar Arthur.     

"Ah, benarkah? Tapi apa hubunganya?!" tanya Mesya dengan ucapan menantang.     

"Kau jangan pura-pura tidak tahu, Mesya!" ujar Arthur.     

"Aku memang tidak tahu apa-apa tentang kesalahanku, Kak! Hingga membuat kalian bertengkar!" ujar Mesya seraya menggelengkan kepalanya berdecak heran.     

Celine pun turut angkat bicara.     

"Mesya! Arthur masih mengira jika kamu memiliki niat buruk terhadap kami!" tukas Celine. Wanita itu masih memegangi pipinya sambil menangis, tamparan Arthur masih terasa perih.     

"Celine, jangan menangis! Tolong maafkan aku," tukas Arthur memohon.     

Mesya benar-benar tak percaya jika Arthur sampai memohon kepada Celine agar tidak menangis.     

Hanya saja tamparan Arthur tadi membuat Mesya merasa tak lagi bisa percaya sepenuhnya dengan Arthur, bahwa dia akan benar-benar menjaga Celine. Mesya takut jika Arthur gelap mata dan akan memperlakukan Celine, seperti para korban yang lainnya. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, sepertinya tidak mungkin ... karna dari kedua sorot mata Arthur memancarkan cinta terhadap Celine. Tidak mungkin Arthur akan membunuh Celine, walau sekesal apa pun terhadap Celine.     

Mesya berjalan mendekati Arthur.     

"Pasti, Kak Arthur, masih berpikir jika aku memilki niat jahat kepada kalian, 'kan?!" tanya Mesya dengan nada tinggi.     

"Berapa kali aku harus menjelaskan kepadamu, Kak! Bahwa aku tidak akan melaporkan ini kepada Ibu dan Ayah! Karna aku memang peduli dengan kalian! Aku ini bukan orang yang jahat sepertimu, Kak Arthur! Aku ini masih punya hati nurani!" pungkas Mesya.     

"Kalau, Kakak, menyakiti Kak Celine, seperti tadi! Maka aku benar-benar tidak akan tinggal diam! Aku akan memberitahu Kak David untuk menghabisimu, Kak!" ancam Mesya.     

Mesya menghampiri Celine, lalu mengajaknya masuk ke dalam kamar. Mesya juga membantu Celine membawa koper dan barang-barangnya.     

Mesya membiarkan Celine istirahat di dalam kamar.     

Setelah itu Mesya kembali mengajak Arthur berbicara empat mata.     

Mereka berbicara di ruang tamu setelah keadaan sedikit tenang.     

"Apa yang membuatmu sampai tak percaya kepadaku, Kak?" tanya Masya.     

Arthur masih diam tak bergeming.     

"Apa kau masih berpikir jika aku akan membalas dendam kepadamu? Berapa kali aku harus bilang? Bahwa aku sudah membuang perasan benciku! Dan aku hanya ingin kedamaian, Kak. Aku, Kak Arthur, dan Kak David. Kita bersaudara! Dan sekarang kita sama-sama sudah menemukan alasan untuk keluar dari keluarga Davies, Kak Arthur dengan Kak Celine. Sedangkan aku dengan Kak David. Kita bisa hidup bahagia dengan jalan masing-masing. Tapi kita masih harus berjuang untuk menempuh jalan terjal hingga sampai di titik kemenangan. Oleh karna itu, Kak Arthur. Ayo kita berjuang sama-sama. Aku tahu kau sudah tidak membutuhkan keluarga Davies, 'kan? Karna kau lebih nyaman bersama, Kak Celine!" pungkas Mesya.     

Arthur masih terdiam mematung.     

Apa yang diucapkan oleh Mesya itu memang benar. Dia sudah tidak butuh keluarga Davies.     

Bahkan dia sudah tak berminat menjadi satu-satunya orang yang menguasai Kitab Kuno itu dan menjadi yang paling kuat.     

Sekarang yang ia butuh hanyalah Celine. Dan Celine yang sudah mengajarkan Arthur tentang banyak hal. Dan tentunya, dia pula yang mulai menuntun Arthur di jalan yang benar.     

Arthur sedikit mengenal Tuhan, setelah menikah dengan Celine.     

Dia menikah di sebuah gereja, dan di saksikan oleh keluarga dan teman-teman Celine. Mereka tampak bersuka cita menyambut pernikahan Celine.     

Beberapa dari kerabat Celine menangis, karna enyaksikan acara sakral itu.     

Arthur mulai sadar, jika pernikahannya ini tidak main-main. Bahkan para keluarga sampai menangis saat merelakan Celine bersamanya.     

Arthur sadar bahwa Celine itu sangat berharga di dalam keluarganya, dan dia juga tidak mau mengecewakan keluarga Celine, karna sudah menyerahkan Celine kepadanya.     

Itu artinya Arthur harus menjaganya dengan baik. Serta membuat Celine bahagia bersamanya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.