Anak Angkat

Seorang Kakak Yang Baik



Seorang Kakak Yang Baik

0David bergegas memasukkan seluruh makanan di dalam sebuah kotak, dan membawanya masuk ke dalam mobil.     

Dia lewat pintu belakang menuju garasi. Hal ini sengaja dilakukan agar tidak di ketahui oleh kedua orang tuanya.     

Karna bisa berbahaya kalau mereka sampai tahu. Pasti berbagai pertanyaan akan menyerang David secara beruntun.     

Perlahan David menyalakan mesin mobilnya, dan berlalu pergi.     

Arumi dan yang lainnya mendengar mesin mobil David yang menyala dan keluar gerbang.     

"Itu bukanya David ya?" ujar Arumi.     

"Ah, biarkan saja, Sayang!" ujar Charles.     

'Kak David, akan pergi kemana? Tumben sekali?" bicara Mesya di dalam hati.     

"Sayang, apa kau jadi menginap di sini?" tanya Arumi kepada Mesya.     

"Aku sebenarnya ingin menginap di sini, Bu. Tapi aku tidak tega melihat, Kak Satria, sendirian," jawab Mesya.     

"Tidak usah memikirkanku, Mesya! Aku tidak masalah jika kau berada di rumah ini," tukas Satria.     

'Memang ini rumahku, Kak! Dan aku pasti akan kembali di sini lagi. Bahkan aku akan meninggalkanmu, setelah mendapatkan Lizzy,' batin Mesya.     

"Ayo, kita pulang saja, Kak. Lagi pula aku tidak mau kalau sampai, Kak Satria, mendapatkan ocehan dari Ayah," ujar Mesya.     

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa, yang penting kamu bahagia, soal Ayah, biar aku yang menghadapinya," ujar Satria.     

"Tidak usah, aku akan pulang bersama, Kak Satria, saja," ujar Mesya.     

"Ya sudah, terserah kamu saja, Mesya!" ucap Satria.     

Beberapa saat kemudian mereka pun pergi meninggalkan kediaman keluarga Davies.     

Kini saatnya Arumi mengekspresikan kebahagiaannya.     

"Ah, Charles, akhirnya penantian kita bertahun-tahun ada hasinya juga!" ujar Arumi dengan raut bahagia.     

"Apa kau sudah menerima kitab itu, Sayang?"     

"Iya, Charles, kitab itu sudah ada padaku! Dan sebentar lagi kita akan menghabisi, Wijaya!" ujar Arumi dengan yakin.     

"Ah, kau benar, Sayang! Dan apa yang akan kita lakukan terhadap kitab itu?" tanya Charles. Sejujurnya Charles memang tidak begitu paham dengan ritual keluarganya, Arumi lah yang paling paham, karna memang sejak kecil dia sudah di ajarkan melakukan ritual-ritual sesat dari keluarganya.     

"Charles, kita akan membuka bab paling akhir dalam kitab itu, konon kata mendiang Ayahku dulu, dalam kitab itu tertulis tata cara membuat keluarga kita tidak akan mati selamanya walau di bunuh oleh sesama penganut sekte ini, kita yang paling kuat. Dan sebagai penyempurna maka kita harus mengorbankan seorang bayi, yang mengalir dari kita dalam bayi itu, yang artinya bayi itu adalah cucu, atau cicut kita," tutur Arumi menjelaskan kepada Charles.     

"Lalu bagaimana, Sayang! Kita belum punya cucu! David, belum juga menikah! Apa lagi Arthur!" tanya Charles.     

"Ah, itu urusan nanti saja! Yang terpenting kita sudah mendaptakan kitab itu, dan selanjutnya kita akan merebut Lizzy. Dan ketika jiwanya sudah kembali, maka kita sudah siap melakukan perang! Keluarga kita banyak, dan tak mungkin Wijaya akan menang, kita akan memgahabisinya dengan cara yang kejam!" Arumi berbicara dengan sorot mata tajam, serta senyuman tipis yang menunjukkan kebahagiaan yang bersatu padu dengan dendam.     

***     

Sementara itu David tengah melesat dengan mobilnya menuju rumah Arthur.     

Memang sebelumnya hubungan David dan Arthur tidak begitu baik, tapi setelah David mengetahui jika Arthur sudah menikah dan sekrang dia merahasiakan pernikahannya demi anak dan istrinya, membuat David menjadi peduli kepada adiknya itu.     

David merasa bersyukur, karna Arthur bisa bertemu dengan Celine, dan kini bisa berubah menjadi pria yang bertanggung jawab, dan tak lagi egois seperti dulu.     

Walau jika dipikir lagi, apa yang pernah Arthur lakukan dulu terhadapnya sangatlah menyebalkan. Bahkan sangat fatal karna nyaris merenggut nyawa Mesya, tapi David tidak peduli, dan yang terpenting saat ini Arthur sudah menunjukkan sisi baiknya.     

Ada banyak mengalami perubahan yang mengacu pada kebaikan. Dan ini semua karna cinta, mengubah sikapnya yang tamak dan kejam, menjadi luluh lantah dan lembut bagaikan kapas.     

***     

Cekit!     

Mobil pun berhenti tepat di depan rumah Celine dan Arthur. Dengan cekatan David keluar dari dalam mobil, tak lupa membawa serta makanan untuk Arthur.     

David menekan bel pintu.     

Tapi tak ada yang menyahutinya, dia langsung membukanya, dan ternyata pintunya tidak terkunci.     

"Arthur! Di mana kau?!" teriak David.     

Tak ada yang menyahutinya, dan terdengar tangisan Celine, yang berada di dalam kamar.     

Tanpa berpikir panjang David pun menyerobot masuk.     

Ceklek!     

"Kak David!" ucap Celine kaget. David melirik ke arah Arthur yang sedang terbaring menggigil dengan wajah yang pucat.     

Ini adalah hal yang wajar dialami dalam keluarganya.     

Jika mereka tidak mengonsumsi daging manusia atau tidak meminum darah manusia, maka keadaan tubuh mereka akan melemah, seperti yang dialami Arthur saat ini.     

Apa bila dia tak memakan daging manusia sama sekali, maka sakitnya akan bertambah parah, dan tubuhnya semakin melemas. Dan Arthur akan menjadi manusia biasa, dia bisa di bunuh lelah siapa pun sebagaimana manusia pada umumnya.     

"Kak! Tolong, Kak! Arthur sakit, Kak!" ujar Celine kepada David, wanita itu tampak sangat khawatir terhadap suaminya.     

"Celine, bisa kau keluar sebentar?" tanya David.     

"Ke-kenapa? Bagimana dengan, Arthur?"     

"Kau harus berbicara empat mata, tolong keluarlah sebentar," pinta David.     

"Tapi—"     

"Ayolah," sergah David, tapi dengan suara yang rendah.     

Akhirnya Celine pun menuruti permintaan David, walaupun terasa berat saat meninggalkan Arthur. Tapi dia yakin jika David, bisa menolong suaminya, walau Celine tak tahu apa yang akan dilakukan David kepada Arthur. Tapi dia tetap harus menghargai permintaan David, sebagai Kakak Ipar.     

"Baiklah, aku akan keluar, tapi aku mohon setelah ini Kak David, harus membawa Arthur ke rumah sakit," pinta Celine.     

"Baiklah," sahut David.     

Setelah Celine keluar dari kamar David pun mengeluarkan kotak makanan yang ada di dalam paper bag.     

"Ayo buka mulutmu! Aku akan menyuapimu!" sergah David.     

"Tap-tapi, aku bisa makan sendiri ...," Arthur pura-pura kuat di hadapan David.     

"Diam, dan turuti ucapanku!" printah David.     

Dan akhirnya Arthur pun menuruti ucapan sang kakak, dia memabuka mulutnya, serta menerima suapan demi suapan dari tangan David.     

Sebenarnya Arthur merasa risih dengan perlakuan David, karna seumur hidup baru kali ini dia makan disuapin oleh kakaknya sendiri.     

Biasanya dia selalu bertengkar dengan David, bahkan Arthur merasa jika salama ini dia dan David itu terlalu kekanak-kanakan.     

Dan kali ini David menujukkan sifat dewasanya di hadapan Arthur.     

David melakukan sebagaimana seorang kakak memperhatian adiknya yang tengah sakit.     

Meski merasa tak nyaman tapi Arthur tetap menerima suapan demi suapan, hingga tubuhnya merasa lebih baik. Dari sebelumnya.     

"Ini suapan yang terakhir, bagaimana perasaanmu? Apa sudah lebih baik?" tanya David.     

Lalu Arthur menganggukkan kepalanya. "Iya, aku baik-baik saja, terima kasih ya," ucap Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.