Anak Angkat

Meluangkan Waktu



Meluangkan Waktu

0Ketika memasuki kamar, Celine kembali di kejutkan dengan Arthur yang sudah tampak bugar.     

"Arthur! Kau sudah—"     

"Celine! Jangan menangis terus, ingat wanita hamil itu tidak boleh terlalu stres," ujar Arthur     

Lalu dia memeluk istrinya, dan Celine pun hanya pasrah dengan raut wajah yang masih kebingungan.     

"Yasudah ayo ke depan, kita mengobrol bersama, Kak David, kasihan dia sendirian," ujar Arthur.     

"Ah, baiklah,"  jawab Celine.     

Mereka duduk di ruang tamu, dan mengobrol sebentar.     

"Kak David, terima kasih sudah datang dan membantu, Arthur. Aku tidak tahu apa yang kau lakukan kepanya, tapi aku sangat berterima kasih, setidaknya sekarang dia sudah sehat," pungkas Celine.     

"Iya Celine," jawab David, "yasudah kalau begitu aku pulang dulu ya, kalian hati-hati," ucap David.     

"Kenapa, buru-buru? Aku bisa memasak untuk, Kak David, dan kita makan malam bersama!" ucap Celine, dia berusaha untuk menghentikan David, karna jarang sekali dia bisa berkumpul dengan saudara dari pihak Arthur.     

Ini adalah kesempatannya untuk mengenal David lebih dekat, karna bagaiamana pun pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua individu saja melainkan kedua kelurga.     

Tapi Arthur malah dengan sengaja menjauhkannya dari keluarga Davies. Dengan alasan yang tidak ia mengerti.     

"Maaf, Celine! Tapi aku sedang buru-buru. Aku tidak bisa berlama-lama di sini," tukas David.     

"Ah, begitu ya? Yasudahlah kalau memang buru-buru, aku tak bisa memaksa lagi," Celine berbicara dengan raut wajah yang tampak kecewa.     

"Baiklah aku pulang dulu ya, kalian hati-hati," ucap David sekali lagi.     

"Baik, Kak! Lain kali, kalau ada waktu mampir ya," ucap Celine.     

"Iya, Celine" sahut David dan berlalu pergi.     

Tinggallah, Celine dan Arthur di rumah itu. Keadaan kembali sepi.     

Arthur merasa kasian melihat ekspresi kecewa dari istrinya.     

Arthur pun  mendekat dan mengusap rambut Celine.     

Wanita itu menoleh dan bertanya,     

"Arthur, kamu benar-benar tidak apa-apa?" tanya Celine.     

"Iya, Celine! Berapa kali aku harus berkata? Aku ini baik-baik saja!" tegas Arthur.     

"Iya, tapi aku masih tidak tahu dengan kondisimu yang sebenarnya, Arthur!"     

"Sudah jangan pikirkan aku, aku baik-baik saja! Kalau kamu terus memikirkan keadaanku, maka aku akan marah kepadamu, Celine!" ancam Arthur.     

Akhirnya Celine pun memilih untuk diam, karna kalau dia membahasnya terus maka urusan akan bertambah panjang.     

Tak ada pilihan selain menunduk dan pura-pura tidak tahu segalanya.     

Ini demi keutuhan rumah tangganya.     

Yang terpenting selama ini Arthur selalu berbuat baik kepadanya, dan selalu ada untuknya. Tak peduli walau Arthur menyembunyikan seribu rahasia, dan Celine masih memegang teguh ucapan Arthur yang akan menceritakan semuanya di saat yang tepat.     

"Celine, apa kau mau pergi jalan-jalan denganku?" tanya Arthur.     

"Jalan-jalan?" Celine mengernyitkan dahinya, "tentu saja aku mau!" jawabnya dengan semangat.     

"Yasudah! Kalau begitu ayo siap-siap! Aku akan mengajakmu pergi!" ajak Arthur.     

Celine bergegas meninggalkan ruang tamu lalu masuk ke kamar untuk berganti pakaian, kemudian menemui Arthur lagi.     

"Ayo!" Celine menggandeng tangan Arthur.     

"Wah, cepat sekali?"     

"Iyalah, aku, 'kan sudah cantik jadi tidak perlu merias wajah berlama-lama!" jawab Celine dengan penuh  percaya diri.     

"Ah, baiklah kalau begitu, Ny. Arthur, ayo kita berangkat sekarang!"  Arthur berkata dengan nada bercanda.     

Celine pun tersenyum dengan raut wajah yang bahagia.     

"Ternyata suamiku ini bisa juga diajak bercanda," Celine berkelakar.     

"Aku ini juga manusia, memangnya aku ini harus diam saja tanpa ekspresi?"     

"Ah, jangan memperpanjang masalah, Arthur!"     

"Iya, istrku yang cantik, kegalakanmu itu mampu menambah tingkat kecantikanmu berkali-kali lipat, Celine!"     

"Ah, gombal!"  Celine memukul pundak Arthur.     

Mobil mulai melaju meninggalkaan kediaman mereka.     

Arthur berencana akan mengajak Celine untuk makan di tempat yang romantis.     

Celine begitu bahagia, karna Arthur telah meluangkan waktu untuknya. Selama ini Arthur selalu sibuk dengan pekerjaannya di 'Pelangi Senja' dia masih bekerja di sana walau Celine sudah lama keluar dari sekolah itu.     

Dan saat ini hanya itulah sumber mata pencarian bagi Arthur. Dia tetap harus bekerja untuk menghidupi Celine dan calon anaknya.     

Arthur juga sudah tidak mengandalkan uang dari keluarga Davies.     

Tapi mereka masih bersyukur karn selama ini Mesya sudah banyak membantunya. Termasuk membuatnya masih berada di sekolah itu, dan mengelola sekolah 'Pelangi Senja' tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya.     

Cekit!     

Mobil berhenti tepat di dapan sebuah restoran bernuansa klasik nan romantis.     

"Ayo, turun," suruh Arthur, seraya membukakan pintu untuk Celine.     

"Baiklah, terima kasih Arthur,"  Celine keluar seraya memegangi perutnya yang kian membesar.     

"Jadi kau akan mengajakku makan di sini?"     

"Tentu saja? Bagaimana? Apa kau suka?"     

Celine menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Tentu saja aku sangat menyukainya. Sudah lama kita tidak pergi berdua seperti ini," ucap Celine.     

"Maafkan aku ya, Sayang," Arthur mengelus rambut Celine.     

"Iya, tidak apa-apa, yang terpenting hari ini kamu sudah rela meluangkan waktumu dan mengajakku pergi, aku bahagia sekali," ucap Celine.     

"Iya, aku melakukannya, karna aku tahu jika kau mulai bosan tinggal di rumah sendirian. Andai saja, keluargamu tidak tinggal di luar kota, kamu, 'kan bisa menghampiri mereka," pungkas Arthur.     

"Iya sih, tapi mau bagaimana lagi?     

Padahal kalau aku boleh mengenal keluargamu, pasti aku tidak kesepian seperti ini, Arthur! Setidaknya aku bisa membaur bersama mereka," tutur Celine.     

Mendengarnya membuat Arthur merasa tak nyaman.     

"Ah, sudahlah jangan membahas keluargaku, mereka itu tak sebaik yang kau kira, Celine!"     

"Tapi apa alasannya, Arthur?"     

"Ah, sudah lupakan mereka! Dan kita membahas topik lain saja!" Arthur segera menggandeng tangan Celine.     

Saat mereka hendak memasuki restoran, tepat di saat itu pula, Charles, dan Arumi, berada di sebarang jalan. Mereka tak sengaja melihat keberadan Arthur yang tengah membawa wanita hamil.     

Entah apa yang sedang dilakukan Arumi, dan Charles, di tempat ini, yang jelas melihat Arthur, adalah pemandangan yang sangat mengejutkan bagi mereka.     

Sejuta tanya mulai menggelayuti pikiran Arumi dan Charles.     

"Charles, apa benar pemuda itu adalah, Arthur?" tanya Arumi memastikan, seraya menunjuk kearah orang yang ia maksud.     

"Aku rasa kau tidak salah lihat, Sayang, pemuda itu benar-benar, Arthur!" tukas Charles.     

"Kalau begitu ayo kita selidiki dia, Charles!" ajak Arumi.     

"Kau tidak perlu ke sana, Sayang! Biar aku saja yang akan menyelidikinya," tukas     

Charles.     

"Ah baiklah aku akan menunggumu di sini, Charles!"     

"Iya, Celine,"     

Charles keluar dari mobil itu dan masuk ke dalam restoran untuk mengikuti Arthur.     

Charles duduk agak menjauh dari mereka, dengan hati-hati dan waspada, dia melihat gerak-gerik Arthur bersama wanita itu.     

"Mereka terlihat mesra sekali? Apa wanita itu kekasih, Arthur? Tapi kenapa Arthur berpacaran dengan  wanita yang sudah hamil?" Charles tampak heran.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.