Anak Angkat

Kejujuran



Kejujuran

0Kini mereka dapat bernafas dengan lega. Akhirnya mereka sampai di rumah tanpa sepengetahuan Wijaya.     

Mereka menaiki tangga pelan-pelan dan memasuki kamar.     

"Untunglah, Ayah tidak mengetahui kepergian kita," tukas Satria.     

"Iya, Kak, sekali lagi terima kasih ya karna sudah mempertemukanku dengan Lizzy," ucap Mesya.     

"Iya, Sayang, harus berapa kali kamu mengucapkan 'terima kasih' kepadaku?"     

"Yah, karna aku memang benar-benar sangat berterima kasih dengan, Kak,  karna Kak Satria itu sangat baik kepadaku,"     

"Wajar saja jika aku baik kepadamu, Mesya. Aku ini, 'kan suamimu,"      

"Iya, Kak, aku tahu dan kamu memang suami yang paling baik di dunia ini," puji Mesya seraya mengusap lembut wajah sang suami.     

Dalam benak gadis itu tak sabar untuk segera menyelamatkan Lizzy.     

Dia berharap agar Satria dan Wijaya kembali melalukan kesibukan mereka, dan dengan begitu Mesya bisa memasuki kediaman Lizzy tanpa sepengetahuan dua pria itu.     

***     

Sementara itu Arumi tengah membaca kitab kunonya di ruang rahasia, dia juga melakukan meditasi untuk menenangkan pikirannya.     

Kemudian mulai mempersiapkan segala keperluannya untuk melakukan ritual penyempurnaannya nanti.     

Ceklek!     

Charles membuka pintu kamar rahasia.     

"Sayang, kau tidak keluar ruangnya ini sejak kemarin? Kau tidak makan? Dan bahkan kau juga tidak menyiapkan makanan untuk kami, Sayang," tanya Charles.     

"Maafkan aku, Charles! Aku akan keluar sekrang juga," sahut Arumi.     

Arumi mulai melakukan tugasnya seperti biasa, yaitu menyiapkan makanan untuk keluarganya.     

Sementara Charles menunggunya di ruang tamu sambil membaca koran.     

Beberapa saat kemudian makanan sudah tersaji di meja makan.     

"David, Charles Sayang, ayo makan," perintah Arumi.     

"Iya, Sayang! Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga," tukas Charles sambil tersenyum manis kepada sang istri.     

Seusai makan siang Arumi merapikan piring-piring yang tersisa. Dan David segera mengambil alih pekerjaan sang Ibu.     

"Ibu, sekarang beristirahatlah, biar aku yang merapikan piring-piring itu," ucap David.     

"Wah, tumben anak laki-laki Ibu, mau mengerjakan semua ini?" sindir Arumi yang tampak keheranan.     

"Memangnya ada yang aneh, jika aku berbuat baik di hadapan, Ibu?" tanya David.     

"Ah, tentu saja, kau tak pernah melakukan sebelumnya! Tapi tidak apa-apa, Ibu sangat senang, dengan begitu, Ibu bisa beristirahat," Arumi berbicara dengan nada bercanda.     

"Iya, Bu. Memang itulah yang kumau, Ibu istirahat saja," ucap David.     

Arumi pun meninggalkan dapur, dan berjalan menuju lantai atas, dia menghampiri sang suami.     

Sedangkan David merapikan piring-piring kotor, dan mengumpulkan sisa daging masakan sang ibu. David memasukkan ke dalam wadah kecil.     

Dia sengaja mengambil alih pekerjaan sang ibu, karna dia ingin mengambil sisa-sisa makanan itu dan hendak ia berikan kepada Arthur.     

***     

Setelah selesai dengan pekerjaannya, David bergegas ke rumah Arthur.     

Dari lantai atas Arumi dan Charles melihat kepergian David, yang mengendarai mobil keluar gerbang.     

"Mau pergi kemana anak itu?" tanya Charles.     

"Aku yakin jika selama ini David, sudah tahu keberadaan Arthur, dan dia sengaja menyembunyikan dari kita," ujar Arumi.     

"Sayang, kenapa kau berbicara begitu? Atas dasar apa?" tanya Charles.     

"Sudah beberapa hari ini daging sisa makan siang selalu hilang, Charles. Aku tahu David itu bukan orang yang rakus, jadi tidak mungkin dia yang menghabiskannya,"     

"Kau ini bicara apa sih, Sayang? Aku tidak mengerti?"     

"Charles, David, mencuri sisa daging masakanku, dan dia memberikanya kepada Arthur. Dia melakuannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan kita! Tapi kau tahu, 'kan? Aku bukannya orang yang mudah dibodohi," pungkas Arumi.     

Dia menceritakan dengan detail, segala kecurigaannya tentang David kepada Charles.     

"Kalau begitu sudah biarkan saja, Sayang, biarkan anak-anak kita melakukan apa yang mereka mau. Yang terpenting kita masih bisa mendapatkan apa yang kita inginkan," tukas Charles.     

"Iya, Charles, aku tahu! Tapi aku merasa tidak dihargai sebagai seorang Ibu. Anak-anak kita berusaha memberontak! Bahkan Arthur, satu-satunya anak yang paling penurut dan sangat bersemangat saat melakukan ritual, tapi kini dia malah membangkang, bahkan rela meninggalkanku demi seorang wanita!" Arumi meneteskan air matanya.     

Charles segera memeluk sang istri lalu menenangkannya.     

"Sayang, sejak kapan istriku yang kejam itu menjadi cengeng? Biarkan saja mereka berbuat seperti itu, pada akhirnya mereka tetap membantu kita, Mesya dengan segala kecerdasan mampu mencuri kitab yang kau cari, David, dengan kegagahannya bisa membantu kita untuk menyerang Wijaya nanti. Dan Arthur ...." Charles tersenyum tipis, "dia sudah memiliki istri yang sedang hamil. Dan kita bisa mengambil bayinya ketika lahir nanti," pungkas Charles.     

Arumi sedikit tenang dengan ucapan sang suami.     

"Iya, Sayang, terima kasih sudah membuatku tenang. Kau memang suami yang paling pengertian. Aku tidak pernah menyesal sedikitpun, sudah mendampingimu selama bertahun-tahun," ucap Arumi.     

"Aku juga marasa sangat beruntung menjadi suamimu, Sayang," ucap Charles.     

Mereka memang pasangan yang ideal. Charles seorang psikopat dan Arumi seorang penganut aliran sesat.     

Mereka saling melengkapi dan saling menyemangati, untuk menggapai sesuatu yang mereka inginkan.     

***     

Sementara itu di kediaman keluarga Diningrat, Nadia tengah mengobrol bersama dengan Mesya.     

"Mesya, sebenarnya ... aku sudah lama ingin menanyakan ini kepadamu,"     

"Kau ingin bertanya apa, Bu Nadia?"     

"Apa benar kau menyukai putraku?"     

"Maksudnya, Kak Satria?" tanya Mesya dan Nadia menganggukkan  kepalanya.     

"Kenapa, Bu Nadia, bertanya seperti itu?" Mesya mulai panik.     

Selama ini dia menujukkan kemesraannya bersama Satria, dan dia tidak tega jika harus mengakui semuanya kepada Nadia, bahwa dia itu hanya pura-pura bahagia saat bersama dengan Satria. Dia tak mencintai Satria.     

Mesya takut jika kejujurannya, membuat Nadia sakit hati.     

Sebagai seorang ibu, pasti Nadia tidak akan rela jika melihat putra satu-satunya dihianati oleh seorang wanita.     

Terlebih Satria itu sangat mencintai Mesya.     

Tapi Mesya tetap harus jujur kepada Nadia.     

Karna Nadia sudah banyak membantunya, cukup Satria yang menelan kekecewaan karna telah ia bohongi, tapi tidak dengan Nadia.     

Dia sudah tahu tujuan Mesya berada di rumah ini. Yang artinya dia pun juga harus tahu segala rahasia Mesya.     

"Mesya ayo jujur saja kepadaku! Aku tidak akan marah walau kenyataannya kamu memang hanya mempermainkan putraku," ucap Nadia.     

'Sepertinya, Bu Nadia, sudah mengetahui tentang perasaanku terhadap, Kak Satria. Mungkin karna dia juga sudah tahu jika kedatanganku kemari hanyalah menjalankan perintah,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Mesya! Kau boleh mengatakan apapun kepadaku, aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku hanya ingin tahu apa benar? Jika kau tidak mencintai putraku sama selali?" Nadia mendesak Mesya agar segera mengatakan sejujurnya.     

"Bu, maafkan aku ...." Mesya menundukkan kepalanya.     

"Iya, aku memang hanya pura-pura menyukai, Kak Satria,"     

Akhirnya Mesya benar-benar mengatakan dengan jujur.     

Sayu kedua netra Nadia, memandang Mesya. Memancarkan guratan kesedihan, atas nasib sang putra.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.