Anak Angkat

Sandera



Sandera

0"Hey! Lepaskan, Mesya!" teriak David.     

"Haha! Aku tidak akan melepaskan, Gadis Jalang ini!" sahut Wijaya.     

Semantara itu Arthur berusaha untuk menyerangnya dari belakang.     

Tapi Satria melihatnya, pemuda itu tak tinggal diam, dia melayangkan sebuah tendangan ke arah Arthur.     

Duak!     

Tendangan itu tak meleset, tepat mengenai bagian dada, Arthur. Sehingga membuat pemuda itu terjatuh.     

"Jangan berani-berani menyentuh, Ayahku!" hardik Satria kepada Arthur. Dia tak membiarkan Arthur begitu saja, dia kembali menyerangnya. Melihat hal itu Arthur berusaha untuk bangkit.     

"Kau pikir aku juga akan membiarkanmu tetap hidup?" tantang Arthur.     

"Silakan kalian berdua berkelahi, aku tidak peduli, tapi gadis ini sudah pasti akan mati di tanganku," ucap Wijaya menggertak.     

Sekitia Arthur pun terdiam, dia tidak jadi meneyerang Satria. Begitu pula dengan Satria, dia juga tidak ingin jika sang Ayah membunuh Mesya. Bagaiamana pun Mesya itu masih istrinya.     

Masih ada rasa cinta dan belas kasihan untuk Mesya hanya saja Satria tetap tak bisa membela Mesya seakarang.     

"Hay, Tua Bangka! Lepaskan adikku!" teriak Arthur.     

"Aku akan melepaskannya, jika kalian mau menukarnya dengan Kitab Kuno!" pinta Wijaya.     

"Dasar, Sialan! Aku tidak akan memberikan kitab itu kepadamu!" teriak Arumi.     

"Wah! Kalau begitu, artinya kau sudah siap kehilangan, gadis ini ya!" ujar Wijaya.     

Arumi dan Charles pun mulai panik.     

"Bagaimana ini, Sayang? Aku tidak mau kehilangan Mesya," ucap Arumi sambil menangis dalam pelukan Charles.     

"Sayang biarkan saja dia membunuh Mesya. Kita relakan saja, lagi pula putri kita sudah kembali," tanggap Charles.     

"Iya, tapi—"     

"Ssst, jangan terlihat panik, nanti Wijaya akan semakin senang kalau milihatmu panik begini," bisik Charles di telinga Arumi.     

Dan Arumi pun kembali diam, dia menuruti arahan sang suami, walau sebenarnya dia itu sangat mengkhawatirkan keselamatan Mesya.     

Charles pun berjalan mendekati Wijaya.     

"Kau, mendekat selangkah lagi maka leher putrimu akan putus!" Wijaya menghardik lagi.     

"Jangan mengancamku, Wijaya! Karna ancamanmu itu tidak berarti, bagiku!" ujar Charles seraya menyeringai.     

"Hay, Charles! Ternyata kau ini Ayah yang buruk ya? Bahkan putrimu di ambang kematian saja kau masih sanggup tenang?" Wijaya bercanda heran.     

"Kau itu sudah gila ya? Kau pikir dengan menyandra gadis itu aku akan lemah?" Charles menyeringai, "kau itu bodoh, Wijaya! Mau dibunuh atau tidak, Mesya itu bukan putri kandungku! Jadi tak ada urusannya denganku!" pungkas Charles.     

Mendengar ucapan Charles benar-benar membuat hati Mesya hancur berkeping-keping.     

Ternyata benar dugaannya, sekarang kehadirannya sudah tidak di inginkan dalam keluarga ini.     

Saat dia di sandra saja, Charles dan Arumi tidak peduli, bahkan baru saja Arumi mengatakan kepadanya, bahwa dia akan tetap menyayangi Mesya apapun yang terjadi. Dan dia akan tetap menganggap Mesya sebagai putrinya.     

Tapi pada kenyataannya ucapaan itu hanya omong kosong saja.     

Bukan hanya Mesya yang merasa kesal dan kecewa atas ucapan Charles, tetapi juga Wijaya. Karna dia merasa usahanya ini hanyalah sia-sia.     

Dia berharap akan mendaptkan apa yang dia mau setelah menyandra Mesya. Tapi ternyata tidak! Karna Charles sudah tidak peduli terhadap Mesya.     

Dia meliat kearah Mesya yang sedang menangis.     

"Dasar, Gadis Yang Tidak Berguna! Kenapa kau malah menangis? Kau pasti sedang kecewa dengan ucapan Ayah-mu yang tidak tahu diri itu ya?" ledek Wijaya terhadap Mesya.     

"Dengar, Mesya! Kalau aku jadi dirimu, lebih baik mati saja. Lagi pula kau hidup untuk siapa? Untuk keluargamu yang tak peduli denganmu itu?" Wijaya menjambak sedikit rambut Mesya ke belakang.     

Hingga kepala gadis itu sedikit mendongak keatas.     

"Kau, sudah bekerja keras, hingga menjual diri untuk menikah dengan orang yang tak kau cintai! Tapi kau, tak mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatanmu itu, kalau aku jadi kau! Lebih baik aku mati, atau bila perlu biar mereka yang mati!" Wijaya menaruh pisau itu pada tangan Mesya.     

"Kau bisa menggunakan pisau ini untuk menyerang mereka, atau kalau kau tidak mau membununya, kau juga bisa menggunakan pisau ini untuk bunuh diri," bisik Wijaya di telinga Mesya. Pria itu berusaha mempengaruhi pikiran Mesya, agar Mesya berbuat buruk saat ini juga.     

Wijaya tidak mau membunuh Mesya sekarang, karna dia ingin mempermainkan pikiran gadis itu.     

Sebenarnya Wijaya bisa membunuh Mesya dengan mudah, hanya saja dia tidak ingin, jika Mesya mati tanpa neninggalkan sesuatu yang berkesan.     

Perlahan Mesya meraih pisau itu, dia mengangkatnya dan hendak menusuk perutnya sendiri.     

Gadis itu tampak putus asa.     

Dia tak memiliki semangat hidup lagi.     

Keluarga yang selama ini menyayanginya sudah tidak lagi membutuhkannya.     

Dan sepertinya kebebasan yang dijanjikan oleh Arumi itu hanyalah kebohongan saja.     

"Kalian, sudah mengecewakanku! Kalian hanya menyayangiku karna butuh sesuatu, aku hanya boneka, dan sekarang aku sudah tidak di butuhkan lagi. Oleh sebab itu mungkin akan lebih baik jika aku mati saja!" ucap Mesya. Derai air mata membasahi pipi, semua mematung melihat kearahnya.     

Mesya melihat kearah David, pria itu begitu panik, ada guratan kesedihan dalam ekspresinya.     

Dan David juga sudah melangkahkan kakinya hendak menghampiri, tapi Mesya segera menghentikannya.     

"Berhenti, Kak David!" teriaknya.     

"Mesya, tolong jangan lakukan itu! Kau yang bilang ingin hidup bebas bersamaku!" teriak David, dia berusaha untuk menghentikan Mesya.     

David mengkhawatirkan keadaan Mesya, dia takut jika Mesya benar-benar akan bunuh diri seperti pada waktu itu.     

"Mesya jangan bodoh!" teriaknya lagi.     

Mesya melirik kearah David, dengan sebuah senyuman yang mengisyaratkan sesuatu.     

David dapat menangkapnya, dia tahu jika Mesya sedang merencanakan sesuatu, entah apa itu, yang jelas sudah pasti, percobaan bunuh diri ini bagian dari akting.     

Akhirnya David berhenti sejenak, dan Meaya melanjutkan aksinya.     

Seolah-olah dia akan melakuan percobaan bunuh diri sungguhan.     

Dia mengangkat pisau itu lebih tanggi dan ....     

Jlub!     

"Akh!" teriak Wijaya.     

Ternyata Mesya bukan menghunjamkan pisau itu ke tubuhnya sendiri, melainkan ke tubuh Wijaya.     

Selanjutnya dia menendang tubuh prai itu hingga terjatuh.     

Satria, dan David, dengan kompak menghentikannya.     

"Mesya! Jangan bunuh Ayahku!" teriak Satria.     

"Mesya! Biarkan dia hidup dulu! Kita masih membutuhkannya!" teriak David.     

Kedua pria itu menarik paksa tangan Mesya agar menjauh. Mesya pun terpaksa menjauh, hampir saja dia kalap dan hendak menghabisi pria itu.     

Mesya tidak seperti dirinya sendiri, kedua matanya memancarkan amarah yang terlihat sedang dikendalikan oleh kekuatan tertentu.     

"Sayang, aku tidak percaya Mesya, bisa melakukan itu? Dan kau liat sorot mata gadis itu bukan seperti manusia, melainkan seperti seorang, Iblis!" ucap Charles.     

"Tentu saja, Charles! Aku sudah mengubahnya menjadi, Iblis! Setiap daging hasil olahanku yang ia makan setiap hari, berhasil membuat tubuhnya, secara perlahan menyatu dengan Iblis," jelas Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.