Anak Angkat

Pengagum Arthur part2



Pengagum Arthur part2

0Esok harinya Risa dengan sejuta ide-idenya, kembali menyusun rencana untuk mendekati Arthur.     

Dia datang kesekolah paling pagi, dan dan duduk tapat di depan pintu masuk koridor.     

Risa sudah hafal jika Arthur itu sering datang ke sekolah paling pagi.     

Ini adalah kesempatan yang baik untuk mendekati Arthur.     

Dan benar saja, tak berselang lama terlihat mobil sedan warna hitam memasuki gerbang sekolah.     

Risa begitu gembira, dia tahu itu mobilnya Arthur, dia segera berdiri dan memasang senyuman ramah untuk menyambut kedatangan Arthur.     

"Selamat pagi, Pak Arthur," sapa Risa.     

"Bu Risa? Tumben datang pagi sekali?" Arthur tampak heran.     

"Iya, Pak! Kebetulan orang tua saya sedang pergi keluar kota, jadi saya takut di rumah sendirian, akhirnya saya berangkat ke sekolah pagi-pagi begini," jawab Risa sambil malu-malu.     

Mendadak tatapan Arthur menjadi kaku, dia mulai kesal dengan wanita ini, karna terlihat sekali jika wanita ini memiliki maksud tertentu. Tapi dia masih bisa menahanya.     

"Lalu mengapa, Bu Risa, tidak segera masuk ke dalam ruangan saja?" tanya Arthur.     

"Nah, itu dia Pak Arthur... saya juga takut kalau masuk ke ruangan sendirian, apa lagi di sekolah ini belum ada siapa-siapa, saya sudah mendengar cerita kelam di sekolah ini. Tentang Kepala Sekolah yang meninggal karna kecelakaan, hingga seorang guru yang bernama Nada, dan yang mayatnya di temukan dalam ruangan dengan keadaan yang mengenaskan,"  ucap Risa secara detail. Padahal Risa sama sekali tidak takut akan hal itu. Ini sebuah alasan agar Arthur lebih bersimpati terhadapnya. Dan dia memasang raut ketakutan palsu di wajahnya.     

Yang lebih parahnya lagi ... Risa tidak tahu jika dalang dari cerita yang menyeramkan itu adalah Arthur. Arthur lah yang membuat mereka tewas.     

Mendengar penjelasan Risa, membuat Arthur sedikit terpancing.     

Peristiwa itu seakan menggugah hasratnya untuk membunuh orang, dan yang menjadi mangsa utamanya, adalah perempuan yang ada di hadapannya ini, yaitu: Risa.     

"Bu Risa, bagaimana pendapat Anda tentang Pembunuh Berantai?" tanya Arthur dengan senyuman khasnya. Sebuah senyuman yang sudah cukup lama tak menghiasai wajahnya.     

Risa terdiam sesat, dan dia cukup terkejut melihat ekspresi Arthur itu. Dia merasa aneh, karna baru kali ini dia melihat Arthur tersenyum dengan raut wajah yang berbeda.     

Arthur yang selama ini dia kenal sangat rupawan, terlihat pendiam, senyuman penuh karismatik, dan sangat sopan.     

Tidak seperti ini, Risa sedikit takut.     

"Pak Arthur, kenapa bertanya seperti itu?" ucap Risa.     

"Maaf, Bu Risa, saya ini hanya ingin tahun saja tentang pendapat Anda," jawab Arthur.     

"Itu terdengar menyeramkan, Pak Arthur! Awalnya saya takut bekerja di sekolah ini, tapi setelah bertemu dengan Pak Arthur, saya merasa tidak peduli dengan semuanya," tutur Risa.     

"Bu Risa, berbicara begitu, seolah-olah Anda itu sangat mengagumi saya," Arthur kembali memasang senyum khasnya.     

"Pak Arthur, jangan tersenyum seperti itu, entah mengapa, mendadak bulu kuduk saya sampai meremang," ucap Risa dengan jujur, dia juga memasang senyuman paksa.     

"Jawab pertanyaan saya, apa benar, Bu Risa, menyukai saya?" tanya Arthur.     

Sekarang Risa terdiam sambil menundukkan kepalanya, wanita itu tersipu malu. Bibirnya mesam-mesem, dengan bola maya berbinar.     

Arthur menyeringai, melihat ekspresi Risa. Seperti mendapatkan permainan baru.     

"Bu Risa, kalau dekat-dekat dengan saya itu taruhannya nyawa lo," ucap Arthur seraya tersenyum penuh arti.     

"Saya tidak tahu apa yang, Pak Arthur, maksud. Apa Anda sedang menakut-nakuti saya?" tanya Risa.     

"Saya berkata apa adanya lo, Bu Risa," jawab Arthur, dengan tertawa slengean.     

Karna ekspresi Arthur yang terlihat tidak serius, membuat Risa merasa jika Arthur sedang bercanda kepadanya. Sehinga Risa menanggapinya dengan santai     

"Asal, Pak Arthur, tahu saja ya! Walau pun nyawa saya yang akan menjadi taruhanya, saya siap selama saya bisa memiliki, Anda!" ucap Risa dengan suara penuh percaya diri.     

Sebuah jawaban yang sangat mengejutkan, Arthur menyeringai.     

Keinginan untuk membunuh orang semakin bergejolak dan hal itu semua karna Risa.     

Sementara Risa menganggap jika ini adalah trik Arthur, agar dia menjauhinya, karna terlihat sekali jika Arthur itu selalu menghindar darinya. Dan itu semua karna Arthur yang masih menjaga perasaan istrinya yang sedang hamil. Tapi Risa tak peduli akan hal itu, dan dia senang sekali bisa mengobrol dan bercanda bersama Arthur seperti saat ini.     

Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Risa.     

"Pak Arthur, katanya Anda sudah tahu tentang perasaan saya ... apa boleh jika saya mendeskripsikan Anda, secara terang-terangan?" tanya Risa sambil tersenyum dan memancarkan tatapan nakalnya.     

"Bu Risa, ini wanita yang sangat nekat ternaya," ucap Arthur.     

"Saya ini, kalau sudah suka dengan orang tidak gampang menyerah lo, Pak!" jawab Risa seolah menantang.     

Arthur menyeringai lagi, mendengar pernyataan Risa. Benar-benar wanita ini sepertinya menanti untuk mati.     

Tapi mendadak dia terdiam lagi, dia teringat dengan Celine yang tengah hamil, dan teringat dengan Mesya, dan David, yang selama ini selalu membantunya.     

Mereka bertiga sudah bersepakat untuk berhenti menjadi penganut aliran sesat, dan menjalani hidup normal.     

Sekarang Wijaya sudah berhasil mereka lumpuhkan, tinggal menunggu upacara pengembalian jiwa Lizzy, setelah itu mereka akan membunuhmu  Wijaya.     

Dengan begitu dendam keluarga akan terbalaskan, dan Arthur bisa hidup dengan tenang bersama Celine.     

Dia yakin kalau pun suatu saat nanti keluarganya akan tahu jika dia sudah memiliki anak dan istri, pasti keluarganya tidak akan mengganggu kehidupannya lagi karna mereka sudah berhasil menghabisi Wijaya.     

Arthur juga ingin menjadi sosok Ayah yang baik bagi anaknya kelak.     

Dai tidak mau mengajarkan anaknya dengan warisan leluhur. Dia ingin menjalani kehidupan normal layaknya manusia pada umumnya.     

Itu artinya dia harus bisa menahan diri, dia tidak boleh membunuh orang.     

Baginya, Risa saat ini adalah sebuah godaan.     

"Pak Arthur, kenapa diam saja?" tanya Risa.     

Arthur tersentak dan mengerjapkan matanya dengan cepat.     

"Maaf, hari ini saya sedang sibuk, saya harus segera masuk ke ruangan saya!" ucap Arthur dengan nada bicara sedikit ketus, lalu dia berjalan cepat menuju ruangannya.     

Risa tampak heran dengan ekspresi Arthur yang berubah dengan cepat, padahal baru saja Arthur bersikap ramah kepadanya, bahkan sempat mengajaknya bercanda, tapi mendadak dia kembali bersikap dingin.     

"Sebenarnya ada apa dengan, Pak Arthur? Kenapa mendadak dia bersikap sangat dingin kepadaku?" Risa terdiam sambil menggaruk kepalanya.     

Dan tak berselang lama, para siswa mulai berdatangan dan suasana sekolah kembali ramai.     

Dengan terpaksa Risa memasuki ruangannya, dan menunda sesaat keinginannya mendekati Arthur.     

Dia harus bersiap untuk memberikan materi hari ini kepada para muridnya.     

"Baiklah, Pak Arthur, tunggu saya ... karna saya yakin, Anda, akan jatuh cinta kepada saya," ucap Risa.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.