Anak Angkat

Jujurlah



Jujurlah

Cekit!     

Mobil berhenti tepat di depan gerbang, Arthur hendak turun dan membuka gerbang rumahnya, agar mobil bisa masuk, tapi Celine sudah membukakan gerbang rumah itu lebih dulu.     

Kreak!     

"Celine! Kenapa malah membukakan gerbang!?" tanya Arthur.     

"Ya supaya kamu bisa masuk ke dalam, Arthur!" sahut Celine.     

"Tapi lain kali tidak usah begitu, Celine! Biar aku saja yang melakukan, perutmu sudah besar, jangan melakukan pekerjaan berat!" oceh Arthur pada Celine.     

"Tapi menarik pintu gerbang itu bukan pekerjaan berat, Arthur!" jawab Celine.     

"Ah kamu itu susah kalau diberitahu!" sengut Arthur. "Awas minggir!" Arthur masuk ke dalam mobil lagi dan membawanya menuju garasi.     

"Arthur, kamu marah?" tanya Celine.     

"Aku tidak marah, Celine! Hanya saja aku kesal denganmu, karna kamu itu tidak bisa mau mendenagarkan ucapanku! Aku itu mengkhawatirkan dirimu, Celine" jelas Arthur.     

"Baiklah, maafkan aku, Arthur ...." Ucap Celine.     

Arthur menggelengkan keplanya seraya menggandeng tangan sang istri, "Ya sudah ayo masuk sekarang!" ajak Arthur.     

Mereka memasuki rumah dengan bergandengan tangan, Arthur menggandeng erat tangan Celine seakan tidak ingin berpisah dengan Celine walau sedetikpun.     

"Arthur, kelihatanya lelah sekali, kamu mau makan apa?" tanya Celine.     

"Apa saja yang kau masak aku pasti akan menghabiskannya," jawab Arthur.     

"Baiklah aku akan membuatkan sup daging untukmu, tunggu sebentar ya," tukas Celine.     

"Baiklah," Arthur menganggukkan kepalanya, seraya merebahkan tubuhnya di atas kursi.     

Celine pun pergi ke dapur untuk membuat masakan yang ia ucapkan tadi.     

Tentu saja sup daging yang dibuatan oleh Celine sangat berbeda dengan sup daging buatan sang Arumi.     

Celine membuatnya dari daging sapi asli, sementara Arumi menggunakan daging manusia.     

Tapi tak masalah bagi Arthur, selama itu masakan Celine dia akan tetap menyukainya, hanya saja masakan Celine tidak bisa memberi kekuatan pada tubuhnya.     

Dan bila dia lama tak mendapatkan asupan masakan dari sang ibu, maka kondisi kesehatannya akan menurun.     

Namun beruntung David, masih sering mengirimkan makanan untuk Arthur, secara diam-diam.     

Itu bisa membuat tubuhnya tetap bugar.     

Sebenarnya walaupun mereka tidak memakan daging manusia, mereka tidak akan mati, hanya sakit selama beberapa hari saja. Dan secara perlahan kekuatan mereka akan hilang dan mereka akan menjadi manusia biasa.     

Tentunya bisa mati selayaknya manusia pada umumnya.     

***     

Tak berselang lama David, datang dan membawakan sebuah paper bag berisi masakan daging buatan ibunya. Kedatangannya mengagetkan Arthur, karna kakaknya datang tanpa mengabarinya dulu.     

"Kak David! Kau datang disaat yang tepat! Sekarang Celine sedang memasak di dapur, aku bisa segera menyimpan makanan itu sekarang," ujar Arthur, dan dengan tergesa-gesa ia meraih makanan itu lalu menyimpannya di dalam gudang. Tempat yang aman memang hanya di gudang, karna dengan begitu Celine tidak akan tahu, dan dia tidak mungkin makan di dalam gudang. Lain halnya apa bila berada dia menyimpannya di dalam kulkas atau tudung nasi yang ada Celine akan penasaran, dan bahkan bisa ikut memakannya.     

Arthur tidak mau anak dan istrinya memakan daging manusia.     

Karna setelah semua masalah selasai, maka Arthur akan melepaskan ajaran sesatnya. David, dan Mesya, berencana akan menjalani hidup baru tanpa embel-embel keluarga Davies.     

Arthur segera membawanya masuk ke salam gudang, lalu menyimpannya di tempat yang kusus ia sediakan di sana.     

Dan tepat saat itu, Celine keluar dari dalam dapur untuk memberitahu suami bahwa makan malam sudah siap.     

Tapi di ruang tamu tidak ada Arthur, dan hanya ada David.     

"Kak David, ada dimana Arthur?" tanya Celine kepada David.     

"Entalah, sepertinya sedang berada di kamar mandi," jawab David berbohong.     

"Oh, begitu ya? Kak David, kenapa datang tidak bilang?" tanya Celine, "kalau tahu begitu aku pasti akan memasak yang lebih banyak lagi untuk, Kakak," ucap Celine.     

"Ah, tidak perlu repot-repot, Celine, aku sudah makan," sahut David.     

"Tidak apa-apa, Kak David, aku akan memesankan masakan dari luar!" ujar Celine penuh semangat. Karna dia ingin makan bersama David untuk pertama kalinya. Niatnya masih sama ... dia ingin agar bisa mengenal David lebih dekat. Karna bagaimana pun juga David adalah kakak iparnya.     

"Eh, tidak usah, Celine! Aku benar-benar sudah kenyang! Lagi pula aku juga buru-buru aku sedang ada urusan, Celine!" ujar David.     

"Lagi-lagi selalu sibuk," Celine memasang wajah yang kecewa, karna David selalu saja tak bisa berlama-lama setiap datang ke rumahnya. Entah alasan David itu benar atau salah, yang jelas Celine merasa kecewa.     

Celine juga masih merasa bingung dengan apa yang di bicarakan David bersama Arthur.     

Mereka selalu berbicara berdua saja, tanpa mengajaknya untuk ikut serta.     

Celine merasa tak berguna, dan seolah dia itu tidak pantas tahu akan urusan suaminya bersama kakak iparnya.     

*****     

David berlalu pergi, dan Celine masih berdiri di ruang tamu dengan raut kesalnya.     

Arthur keluar dari dalam gudang secara mengendap-endap.     

Setelah itu Arthur menghampiri Celine.     

"Sudahlah, Sayang, jangan pikirkan Kak David, dia itu memang sangat sibuk," tukas Arthur, meyakinkan istrinya.     

"Tapi aku kesal, Arthur! Kau dan Kak David, selalu saja mengobrol berdua dan tak pernah mengajakku untuk turut ikut serta, begitu pula saat kau sedang mengobrol bersama Mesya! Kau juga tak pernah mengajakku untuk turut serta, padahal aku ini sudah menjadi bagian dari kalian, 'kan?" keluh Celine.     

Arthur pun terdiam sesaat, karna dia tak tahu harus menjawab apa?     

Dia belum siap menjelaskan sekarang terhadap Celine.     

Rahasia keluarganya sangat kelam, lebih kelam dari penjahat mana pun!     

Dia takut Celine akan syok bila tahu semuanya, bahkan mungkin Celi akan meninggakalannya.     

Celine masih hamil, dan dia takut apabila Celin stres karna mendengar cerita tentang dirinya dan keluarganya, dan hal itu bisa berpengaruh terhadap bayi yang ia kandung. Tantu saja Arthur tidak bisa membayangkan hal itu.     

"Arthur! Kenapa melamun? Ayo katakan semua kepadaku! Jika kau itu memang suamiku!" paksa Celine.     

Arthur memegang kedua pundak Arthur.     

"Celine, berapa kali aku harus bilang, bahwa aku akan menceritakan semuanya, tapi nanti," tukas Arthur.     

"Kenapa harus begitu, Arthur? Kenapa tidak bicara sekarang?" jelas Celine.     

"Karna aku takut kehilangan kamu, Celine" jawab Arthur.     

"Kehilangan?!" Arthur mengernyitkan dahinya.     

"Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu, Arthur! Tapi kamu harus jujur kepadaku!" ucap Celine.     

"Tapi—"     

"Kalau kamu tidak jujur, justru aku benar-benar akan meninggalkanmu, Arthur!" anacam Celine.     

Kali ini dia sudah tak tahan untuk mengobati rasa penasarannya.     

Sudah cukup lama dia hidup bahagia dengan kepura-pura tidak tahu apa-apa. Dan semakin lama hal itu terasa menyakitkan bagi Celine.     

"Celine, aku akan jujur tapi tidak sekarang! Kau mohon mengertilah," pinta Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.