Anak Angkat

Demi Kamu



Demi Kamu

0"Celine, aku mohon jangan tinggalkan aku, kau tadi sudah berjanji, tidak akan meninggalkanku walau apapun yang terjadi," Arthur memohon di hadapan Celine.     

Celine tak menghiraukan ucapan Arthur. Dia masih menangis sambil duduk di atas lantai dengan wajah putus asa.     

Dia tidak tahu akan bagaimana, hubungannya bersama Arthur.     

Dia ragu untuk  melanjutkan hubungan ini, di sisi lain dia sangat mencintai Arthur, tapi di sisi lain pula dia tidak bisa menerima semua perbuatan Arthur.     

Membunuh orang bukanlah hal yang sepele! Ditambah lagi apabila keluarga Arthur sampai mengambil bayinya dan dijadikan tumbal. Celine tidak bisa membayangkan hal itu, dia sendiri juga bingung.     

"Celline,"  Arthur memeluk tubuh istrinya.     

"Kau harus menepati janjimu, dan tolong jangan tinggalkan aku walau apapun kondisiku," pinta Arthur.     

Celine tak berbicara apapun, dan dia menepis tangan Arthur, dia bergegas ke kamar dan merapikan semua pakaiannya. Mungkin berpisah dengan Arthur adalah jalan terbaik, walau sejujurnya ini terasa berat baginya.     

"Celine, kamu mau ngapain?" tanya Arthur.     

Tak sepatah kata pun yang keluar dari bibir Celine.     

Tangannya masih sibuk memasukkan pakaiannya ke dalam koper sambil menangis.     

Air mata bercucuran membasahi pipi.     

Arthur menarik tangan Celine dengan paksa, agar Celine berhenti merapikan pakaiannya. Dia tidak ingin Celine pergi.     

Dan dengan terpaksa Celine pun menatap Arthur dengan kedua mata yang masih berarir.     

Arthur menyeka air mata Celine.     

"Sudah jangan menangis, Celine ... dan tolong jangan tinggalkan aku. Kau sudah berjanji, Sayang," Arthur memeluk Celine lagi.     

Celine menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Arthur.     

"Aku mohon, Celine, tolong jangan tinggalkan aku," Entah yang ke berapa kalinya Arthur mengulangi kalimat itu.     

Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk membuat Celine tetap berada di sini. Yang ada di dalam pikiran Arthur, terus menahan Celine dengan memerluknya erat agar tidak bisa kemana-mana.     

"Katakan apa yang harus aku lakukan agar kau tetap di sini, Celine?" tanya Arthur.     

Celine menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya. Karna wanita itu memang tidak tahu harus mengatakan apa? Apapun yang dilakukan Arthur tak bisa mengubah kenyataan bahwa dia adalah seorang, Pembunuh!     

"Aku rela jika nyawaku menjadi taruhannya, agar kau tetap di sini, Celine!" ucap Arthur meyakinkan Celine.     

"Aku tidak butuh nyawamu!" sahut Celine.     

"Kalau begitu kau butuh apa? Katakan saja, Celine! Aku akan melakukan apapun demi kamu!" tegasnya, Celine tak menjawab pertanyaan itu, dia juga tak sanggup meninggalkan Arthur.     

Akhirnya Celine pun pasrah, dia menangis sejadi-jadinya dalam pelukan Arthur. Bahkan tangan gadis itu berulang kali memukul pundak Arthur. Untuk melampiaskan rasa kesal, dan rasa kecewanya terhadap Arthur. Ini saja masih tak akan cukup untuk mengurangi segala kesalahn Arthur. Tapi Celine juga tidak tahu harus berbuat apa lagi.     

Sementara Arthur menerimanya dengan pasrah, tak ada sedikitpun perlawanan darinya. Pukulan itu tak berarti apa-apa baginya, dibandingkan harus kehilangan Celine.     

Celine adalah segalanya bagi Arthur, dia yang menjadi semangat hidupnya. Sampai dia sadar jika apa yang telah ia lakukan saat ini salah. Celine mampu mengubah segalanya.     

"Arthur, kenapa kamu melakukan ini? Kenapa aku harus di takdirkan mencintaimu?" Celine mengeluh atas takdir hidupnya. Sekerang tangannya berhenti memukul punggung Arthur.     

Dia merasa Arthur bukanlah jodoh yang tepat, tapi anehnya hatinya yang tak bisa berhenti mencintai pria ini. Meski dia sudah membenci Arthur, tapi perasaannya tak bisa berbohong, dia belum rela meninggalkan Arthur.     

Dia masih ingin bersama Arthur sampai kapanpun.     

Dia tidak yakin setelah ini akan mendapatkan pria seperti Arthur, yang selalu mencintai tanpa pamrih, walau pada kenyataannya Arthur bukanlah pria yang baik bagi orang lain, tapi Arthur selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk Celine.     

Arthur juga segala-galanya bagi Celine, tapi Celine juga tak bisa menerima kenyataan jika Arthur seorang Pembunuh.     

"Celine, kalau kamu pergi, aku tidak yakin akan bisa melanjutkan hidup ini ... mungkin aku akan memilih mati, atau mungkin aku akan menjadi Arthur yang dulu, seorang Pembunuh!" ucap Arthur.     

Ucapan itu mengingatkan Celine pada ucapan David dan Mesya.     

Mereka bicara: jika Celine adalah satu-satunya wanita yang bisa mengubah Arthur menjadi lebih baik. Celine mulai berpikir jika mungkin pertemuannya dengan Arthur bukanlah sesuatu kebetulan, tapi memang sebuah takdir. Arthur sendiri berkata jika cinta telah mengubah segalanya, dan berkat Celine lah, Arthur menjadi manusia yang lebih baik. Walau jauh dari kata sempurna, tapi setidaknya Arthur sudah berusaha menjadi yang terbaik.     

Dia sangat mencintai Arthur, tentu saja dia tidak mau melihat Arthur terus terjebak pada lembah yang kelam.     

Akhirnya Celine bisa meyakinkan dirinya sendiri, untuk tetap bersama Arthur.     

"Baik, Arthur, akan tetap berada di sisimu, tapi dengan satu syarat ...." Ucap Celine.     

"Benarkah?" Arthur tampak antusias, "apa yang harus aku lakukan, Celine?" tanya Arthur.     

Perlahan Celine melepaskan pelukan Arthur.     

"Aku ingin agar kamu tidak lagi berurusan dengan keluargamu lagi. Seterusnya!" Pinta Celine.     

Arthur tediam sesaat, ini terasa berat, tapi menang ini tujuannya bersama Mesya dan David. Hanya saja Arthur belum siap untuk melakukannya sekarang.     

Paling tidak dia harus menyelesaikan urusan keluarganya dulu. Sampai Lizzy kembali menjadi gadis normal, dan Wijaya sudah benar-benar tewas.     

"Kenapa kamu diam? Apa kamu tidak sanggup menuruti permintaanku Arthur?" tanya Celine.     

Arthur langsung mengerjapkan mata seketika.     

"Bukan begitu, Celine! Tapi aku butuh waktu untuk itu," jawab Arthur.     

"Berapa lama aku harus menunggu?" tanya Celine.     

"Tidak lama, hanya sampai Wijaya mati," jawab Arthur.     

"Siapa, Wijaya?"     

"Wijaya, adalah musuh bebuyutan kami. Dan kalau dendam keluarga kami sudah terbalaskan, maka aku akan meninggalkan mereka. Dan bukan hanya aku saja yang akan meninggal keluarga Devies, tapi Kak David, dan Mesya, pun juga akan pergi meninggalkan keluarga Davies," jelas Arthur.     

"Tapi apa kau yakin? Maksudnya, apa kau yakin keluargamu akan membiarkan kalian pergi?" tanya Celine.     

"... entalah, tapi aku yakin mereka akan melepaskan kami. Karna kami sudah membantu mereka untuk memabalaskan dendam. Aku yakin Ayah, dan Ibu, akan memberikan imbalan dengan membiarkan kami hidup bebas," tutur Arthur.     

Celine mengangguk paham. Dia juga berjanji kepada Arthur bahwa dia akan menungu Arthur benar-benar selesai dengan tugasnya. Dia akan menyimpan masalah ini rapat-rapat dari siapapun. Terutama bagi keluarga dari pihak Celine.     

"Celine, nanti aku juga akan berhenti memakan daging manusia. Aku akan menjadi manusia normal," ucap Arthur.     

"Bagaimana kalau sakit?" yang Celine.     

"Sakit itu akan hilang sendiri, jika aku sudah menjadi manusia normal." Jawab Arthur.     

"Bagaiamana caranya?" tanya Celine.     

"Dengan menahan sakit, sampai rasa sakit itu hilang sendiri," jawab Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.