Anak Angkat

Lepaskan Dia!



Lepaskan Dia!

0Saat yang di tunggu telah tiba. Bentuk bulan yang bulat sempurna, dengan kilauan cahaya berwarna emas. Menunjukkan bahwa ini adalah saatnya bagi mereka untuk melakukan ritual pengembalian jiwa Lizzy.     

Arumi  dan Charles telah mempersiapkan  segalanya.     

Mereka akan menggunakan Satria sebagai tumbal malam itu juga.     

Tak sabar Arumi akan menyaksikan ekspresi Wijaya yang menagis histeris saat melihat anak tersayangnya akan mati.     

Ini akan menjadi pandangan terindah sepanjang sejarah bagi Arumi.     

***     

Sementara itu di dalam gudang, David sedang berusaha untuk  membuka pintu gudang itu.     

Dibantu oleh Mesya, susah payah mereka mendobrak pintu itu.     

Tapi tenaga mereka tidaklah cukup, karna pintu gudang sangatlah tebal dan kuat. Dan sepertinya di balik pintu gudang itu juga terdapat sesuatu yang cukup berat untuk menahan pintu. Meja dan kursi serta beberapa benda lain sengaja di taruh oleh Charles, agar Mesya dan David tidak bisa keluar dari dalam gudang itu.     

Dan bertepatan di saat itu juga Arthur memasuki ruang belakang, dia sedang mencari benda tajam untuk digunakan dalam upacara. Dan tepat di saat itu juga, dia mendengar suara yang bergemuruh dari dalam  gudang. Suara Mesya dan David yang sedang menggedor pintu.     

Arthur penasaran, dan dia juga mulai menduga jika kedua saudaranya sedang berada di dalam.     

Karna sejak  tadi dia tak melihat kedua saudaranya itu di luar rumah. Padahal malam ini adalah malam yang penting bagi keluarga mereka.     

"Apa Ayah, dan Ibu, sedang menghukum Mesya, dan Kak David?" gumam Arthur.     

"Tapi apa salah mereka? Kenapa sampai dihukum terlebih ini adalah acara yang sangat penting," perasaan  Arthur yang sejak tadi sudah penasaran kian menjadi dan dia segera mendekati kamar itu.     

"Kak David! Mesya!" penggilnya seraya mendekatkan mulutnya dengan sisi pintu.     

Mendengar suara Arthur, Mesya dan David terdiam sesaat dan mendengarkan secara seksama, untuk memastikan jika suara yang mereka dengar benar-benar suara Arthur.     

"Arthur! Apakah kau benar-benar Arthur?" tanya David.     

"Iya, ini aku, Arthur!" jawab Arthur, "kalian sedang apa di situ?" tanya Arthur.     

"Kak Arthur! Tolong lepaskan  kami!" pinta Mesya.     

"Iya, kalian sedang apa di situ? Acara sebentar lagi dimulai?!"  Arthur bertanya lagi.     

"Ayo lepaskan kami secepatnya, Kak!" pinta Mesya,"tidak ada banyak waktu untuk menjelaskan!" ujarnya.     

"Arthur, cepat buka pintunya!" teriak David.     

Arthur tersentak dan dia segera membuka pintu itu untuk melepaskan David dan Mesya.     

Tangannya dengan sigap membuang benda-benda yang ada di depan pintu lalu menyuruh David dan Mesya untuk mendobrak pintunya sekarang.     

Dan ....     

Brak!     

Akhirnya pintu gudang itu berhasil terbuka, Mesya dan David segera keluar.     

"Kalian tidak apa-apa?" tanya Arthur.     

Mesya dan David menggelengkan kepalnya dengan kompak.     

"Arthur, kamu cepat pergi temui Ayah dan Ibu, karna kita akan melakukan rencana selanjutnya!" sergah David.     

"Apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Arthur.     

"Kami akan menyelamatkan, Kak Satria! Dak akan menggantikan dengan, Tuan Wijaya!" jawab Mesya.     

"Tapi apa alasan kalian?" tanya Arthur.     

"Kak Satria itu—" Mesya hendak menjelaskaknya pada Arthur.     

Tapi David segera menghentikannya.     

"Arthur! Tidak ada waktu untuk menjelaskan dengan detail! Ayo cepat katakan pada Ayah dan Ibu!" suruh David, dan akhirnya Arthur pun menuruti perintah sang Kakak.     

***     

Arthur kembali ke luar rumah dan menyusul ayah dan ibunya.     

"Arthur! Kau itu lama sekali? Di mana tombaknya?" tanya Charles.     

Bahkan Arthur sampai lupa kalau tadi dia diperintahkan sang ayah agar mengambil benda untuk ritual persembahan, karna dia terlalu fokus membebaskan Mesya dan David.     

"Maafkan aku, Ayah, aku—"     

"Dasar, Anak Bodoh! Ayo cepat ambil benda itu sekarang!" perintah Charles     

"Ba-baik, Ayah!" jawab Arthur.     

Dia kembali masuk ke dalam untuk mengambil benda yang diminta ayahnya.     

Tapi Charles menghentikan langkah putranya. Dia mulai mencurigai sesuatu.     

"Jangan bilang kalau kau baru saja melepaskan David, dan Mesya!?" tanya Charles. Sikap Arthur yang terlihat anehlah yang membuat Charles curiga. Melihatnya membuat Arumi juga turut geram.     

Seketika Arthur, terdiam dengan raut wajah yang panik.     

"Dan tak berselang lama, Mesya dan David sudah membawa Wijaya keluar dari dalam kamar rahasia.     

"Hey! Apa yang kalian lakukan?!" teriak Wijaya.     

Arumi pun turut emosi melihat kedua anaknya membawa Wijaya yang tak berdaya keluar ruang rahasia, dan masih dengan rantai yang melilit tubuhnya. Walau pada akhirnya dia juga akan mengeluarkan Wijaya, untuk menyaksikan Satria yang akan di bunuh. Tapi melihat kedua anaknya melakukan tanpa seizinnya ... terlebih dahulu, membuat Arumi yakin,jika ada maksud lain yang telah disusun oleh David dan Mesya, begitu pula dengan Arthur.     

"Bu, tolong lepaskan, Kak Satria! Biarkan orang ini yang menjadi tumbal!" ucap Mesya.     

"Apa maksudnya?! Satria, itu tetap akan menjadi tumbal! Dan orang yang kalian pegang itu hanya akan menjadi saksi? Jadi tolong jangan membuat masalah lagi!" teriak Arumi.     

"Aku akan tetap membuat masalah jika, Ibu, masih berniat menjadikan Kak Satria, untuk tumbal!" sahut Mesya.     

"Hay, jangan macam-macam! Charles! Ayo beri pelajaran kepada, Anak-anak Nakal, ini!" sergah Arumi.     

"Baik, Sayang!" sahut Charles.     

Tapi saat Charles hendak mendekati Mesya dan David, Arthur menghalanginya.     

"Jangan, Ayah! Biarkan saja, Satria, hidup dan kita bunuh, Wijaya, saja!" ujar Arthur.     

Dan dia memegang tangan sang Ayah dengan erat.     

"Ah, kalian ini bikin pusing saja! Ini hari yang kutunggu! Tapi kenapa kalian malah mengacaukannya!" teriak Arumi.     

"Maafkan aku, Bu!" ucap Arthur.     

Mesya kembali angkat bicara.     

"Bu, bulan purnama akan segera usai! Kalau kalian tidak segera melakukan ritual itu, maka kesempatan untuk mengembalikan jiwa Lizzy akan gagal, dan kalian harus mengulanginya di bulan berikutnya!" ucap Mesya.     

"Benar, Ibu! Ayo bebaskan Satria dan ganti dengan orang ini, atau kalian akan gagal melakukan ritualnya!" imbuh David.     

"Dasar, Anak-anak Bodoh! Kalian malah kompak melawanku!" teriak Arumi.     

"Kalian itu tidak tahu, jika aku menanti saat-saat, Wijaya, menangis karna kehilangan orang yang ia cintai di hadapannya langsung!" ucap Arumi dengan emosi yang meledak-ledak.     

"Jadi, Ibu, masih berpikir, Tuan Wijaya, akan menangis karna di tinggal oleh Kak Satria?" Mesya bertanya sambil mengernyitkan dahinya, "tidak, Bu! Dia itu pria kejam! Dia tidak akan peduli dengan nasib orang lain, termaksud putranya sendiri!" ujar Mesya.     

Mendengar ucapan Mesya emosi Wijaya melonjak.     

"Dasar, Anak Sialan ...," umpatnya dengan suara yang lemah. Dia benar-benar sudah tak berdaya.     

"Diam, Tuan Wijaya!" bentak Mesya. "Kau jangan ikut bicara!"     

Sementara itu Satria masih tediam di atas tempat khusus, dan dia hanya bisa pasrah. Mati atau tidak dia hari ini, tidak menjadi masalah baginya ....     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.