Anak Angkat

Kembalinya Jiwa Lizzy



Kembalinya Jiwa Lizzy

0Setelah mengantarkan Satria, Mesya kembali masuk ke dalam gerbang, dan berkumpul dengan keluarga yang lainnya.     

Upacara sudah dimulai, Arumi sedang duduk sambil memejamkan mata, begitu pula dengan yang lainnya.     

Mereka tampak khusuk dengan mulut komat-kamit, membaca sebuah mantra khusus.     

Entah mantra apa yang mereka bacakan, yang jelas mereka sangat kompak. Dan hanya Mesya yang tidak mengikuti apa yang mereka lakukan.     

Karna hanya Mesya yang paling tidak tahu tata cara dalam mengikuti upacara ini.     

Dia seakan menjadi saksi saja.     

Pandangan Mesya berpindah kearah Lizzy, dan gadis itu hanya terdiam dengan tatapan kosong tak tahu apa-apa. Seperti yang sudah biasa ia lihat sebelumnya, Lizzy bak sebuah patung hidup yang tidak bisa apa-apa.     

Beberapa saat kemudian, Arumi membuka mata dan berdiri, diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya, kecuali Mesya.     

Wanita itu meraih sebuah tombak, dan berjalan menghampiri Wijaya.     

Arumi mentap Wijaya dengan tajam, sorot matanya bagaikan seekor elang yang siap menerkam mangsa.     

Dan pria itu kembali meronta-ronta, untuk pertama kalinya pria itu memohon ampun kepada Arumi.     

"Arumi! Tolong jangan lakukan itu! Aku mohon ...." Pinta Wijaya.     

"Aku, minta maaf atas perbuatanku, Arumi ... aku minta maaf ... aku rela menjadi budakmu, tapi tolong jangan menjadikanku sebagai tumbal," Wijaya terus merengek dan meminta ampun.     

Tapi Arumi tidak peduli dengan rengekan sang paman. Tak ada sedikit pun belas kasihan.     

Sikap manusiawinya sudah lenyap, karna tertutup dengan dendam yang membara.     

Mungkin kalau bukam kara Lizzy, Arumi akan membunuh Wijaya dengan cara yang lebih kejam lagi. Mungkin juga Arumi sudah menguliti tubuh Wijaya hidup-hidup, atau bahkan memotong-motong tubuhnya lalu dijadikan santapan bagi keluarganya.     

Melihat Wijaya yang menangis di hadapannya, Arumi tampak senang, ini adalah impiannya, dia bisa membuat Wijaya yang dulu selalu menindasnya, kini bertekuk lutut di hadapannya.     

"Aku senang melihatmu menjadi, Pecundang, Paman! Tapi sayang aku tidak bisa membiarkanmu hidup labih lama lagi," tukas Arumi dengan seringai.     

Arumi mengangkat lagi gagang tombak di tangannya, dan menghujamkan ujung tombak itu tapat di jantung Wijaya.     

Jlub!     

Tombak itu memisahkan roh dari jasad Wijaya, dalam sekejap mata.     

Pria itu mati dengan kedua mata yang melotot tajam, dan mulut yang menganga.     

Tapi di saat itu juga bulan seakan redup dalam pandangan mereka, dan tubuh Lizzy mengalami kejang-kejang hebat. David dan Arthur menghampiri adiknya. Mereka berusaha menenangkan Lizzy.     

"Lizzy! Lizzy! Sadarlah!" ucap David, seraya menepuk-nepuk wajah adiknya.     

Saat itu juga terdengar suara petir yang bergemuruh. Dan hujan lebat mendadak turun mengguyur mereka.     

Hujan juga membasahi jasad Wijaya, yang semakin lama semakin membiru.     

Arumi sangat puas dengan keadaan ini. Wanita itu tertawa dengan lantang, akhirnya musuh bebuyutanya telah tewas, tuntas sudah dendamnya.     

"Ayah! Ibu! aku sudah membalaskan dendam untuk kalian! Dan sekarang kalian bisa beristirahat dengan tenang!" ucap Arumi dengan tangisan bahagia.     

***     

Setelah kejang-kejang selama beberapa saat, Lizzy pun kembali terdiam, dan kedua matanya mengernyit.     

Lizzy membuka katup matanya, tapi gadis itu tampak kebingungan.     

Lizzy seperti orang yang linglung, dan seperti orang yang mengalami koma yang cukup lama serta amnesia.     

"Kalian siapa?" tanya Lizzy.     

David dan Arthur saling memandang, kemudian mereka berdua mengajak Lizzy masuk ke dalam rumah.     

Lizzy duduk di atas sofa dengan raut wajah yang tampak kebingungan. Sedangkan Arumi memasuki rumah paling trakhir, dia ingin memastikan bahwa Wijaya benar-benar mati. Tak lupa dia memotong-motong tubuh sang paman dengan brutal, walau sejujurnya Arumi kurang puas saat melakukanya. Karna yang dia inginkan memotong-motong tubuh pamanya dalam keadaan hidup-hidup, tidak dalam keadaan mati seperti ini.     

Tapi Arumi masih sangat bersyukur, setidaknya jiwa putrinya sudah kembali.     

***     

"Lizzy, apa kau ingat aku?" tanya David.     

Tapi Lizzy tak menjawanya dia masih terdiam dengan raut wajah yang kebingungan.     

"Lizzy, aku ini Arthur, apa kau juga lupa?" tanya Arthur. Tanggapan Lizzy tak berubah, gadis itu masih terdiam dengan raut wajah yang bingung.     

Cukup lama David dan Arthur menunggu sebuah kalimat yang keluar dari mulut Lizzy.     

Dan akhir Lizzy bicara juga, dia berkata, "Kak David, dan Kak Arthur?" Lizzy betanya. "Tapi, kenapa kalian sudah dewasa?"     

Lizzy menggelengkan kepalanya, karna tak percaya dang pengakuan pria yang ada di hadapannya ini. "Tidak mungkin! Kalian bukan, Kak Arthur, dan Kak David! Kalian orang asing! Pasti kalian akan menculikku, 'kan?!" tuduhnya pada David, dan Arthur. Gadis itu malah semakin ketakutan.     

Rupanya Lizzy masih berpikir jika dia itu masih kecil. Dan David serta Arthur, itu adalah orang asing yang memiki niat buruk kepadanya.     

"Lizzy, aku Arthur!" ucap Arthur seraya memegang tangan adiknya, begitu pula David, dia juga memegang tangan Lizzy yang satunya lagi.     

"Aku, David, Lizzy! Apa kau lupa?!"     

Meski kedua kakaknya terus berusaha meyakinkannya, tapi Lizzy masih tak percaya, dia berusaha untuk menghindar.     

Bahkan dia memberontak dan menjatuhkan beberpa guci serta benda-benda yang ada di dalam rumah itu.     

Melihatnya Charles pun segera mendekat, dan dia mencoba menenangkan Lizzy.     

"Hey, Nak! Kau jangan takut!" Charles memeluk Lizzy. "Ini, Ayah, Nak!" ucapnya.     

Lizzy terdiam sesaat sambil memandangi wajah Charles.     

"Ayah?" Lizzy mengingat-ingat lagi, dan wajah Charles memang tak asing baginya.     

Bibir gadis itu tersenyum.     

"Kau benar-benar ayahku?" Lizzy bertanya dengan raut wajah yang masih ragu-ragu.     

"Iya, Nak! Ini Ayah, apa kau sudah ingat?"     

"...." Lizzy terdiam lagi.     

Lalu Arumi segera mendekat dan memeluk Lizzy.     

"Lizzy, ini Ibu, Sayang," ucapnya sambil menangis.     

Berbeda dari anggota keluarga yang lainnya, menerima pelukan Arumi, Lizzy langsung mengenalinya.     

Dia juga membalas pelukkan Arumi, sambil menghirup aroma tubuh Arumi yang sangat ia kenal dan sangat ia rindukan.     

"Ini benar-benar ibuku," ucapnya yakin.     

"Kau mengenal, Ibu, Sayang?" tanya Arumi memastikan, bahkan dia sampai melepaskan pelukannya dari Lizzy.     

"Tentu saja aku kenal, ini adalah ibuku. Arumi Ayuni Subroto!" ucap Lizzy menyebut nama Arumi dengan lengkap.     

"Bahkan kau masih hafal dengan nama lengkap ibumu ini, Sayang?"     

Lizzy menganggukkan kepalanya. Dia mengingat Arumi, karna dari dulu hingga sekarang wajah Arumi tak berubah sedikitpun, dia masih terlihat cantik dan muda, bahkan bentuk tubuhnya juga tak berubah. Begitu pula dengan Charles, pria itu juga hampir tak mengalami perubahan. Sehingga Lizzy juga masih mengingat jika pria itu Ayahnya, walaupun sedikit ragu.     

Lain halnya dengan David, dan Arthur, mereka benar-benar berubah. Dulu mereka masih anak-anak sepertinya, tapi sekarang sudah menjadi pria-pria dewasa yang sangat tampan.     

Perubahan mencolok itu yang membuat Lizzy tak mengenali kedua kakaknya.     

"Sayang, Ibu sangat bahagia akhirnya kau kembali, Sayang!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.