Anak Angkat

Lizzy Yang Kembali



Lizzy Yang Kembali

0Mesya seakan menjadi penonton dalam sebuah pertunjukan.     

Gadis itu merasa terabaikan karna Lizzy telah kembali. Semua keluarnya sedang sibuk memperhatikan Lizzy, kini dia seakan tak ada di rumah ini. Setidaknya itu yang sedang dirasakan oleh Mesya.     

Tapi Mesya juga turut gembira melihat keluarganya yang sedang berbagia.     

Terutama saat ia melihat David. Sejak tadi pria terus tersenyum, karna akhirnya dia bisa memandang dan berdialog lagi dengan adik tercintanya.     

David sudah sejak lama menyimpan kerinduannya pada Lizzy. Bahkan awal pertemuannya dulu, David, sampat menganggap Mesya sebagai Lizzy.     

David sendiri yang berkata bahwa ketika melihat Mesya, dia seperti sedang melihat Lizzy.     

Sehingga David, berusaha untuk membuat Mesya meninggalkan keluarga ini, karna David tidak mau jika Mesya akan bernasib sama dengan Lizzy.     

***     

Selain David, orang yang paling bahagia saat Lizzy kembali adalah, Arumi, wanita itu sejak tadi enggan melepaskan pelukannya dari Lizzy.     

Walau dia Ibu yang sangat kejam, karna tak segan mendidik anaknya dengan kekerasan, tapi di balik sikapnya itu, dia adalah ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya, terutama bagi anak perempuannya. Bahkan dia tak rela jika seseorang menyakiti putra-putrinya. Kalua pun ada dia tidak akan tinggal diam.     

Setelah itu Mesya pun memutuskan untuk meninggalkan ruang tamu, dan hedak masuk ke kamarnya.     

Arumi tak sengaja melihatnya, dengan segera dia menghentikan Mesya.     

"Mesya!" panggilnya.     

Mesya menoleh kearah sang ibu.     

"Iya," jawabnya.     

"Kemari!" Arumi melambaikan tangan kearah Mesya.     

"Ada apa, Bu?" tanya Mesya, dia berjalan mendekati sang ibu.     

"Kau mau kemana?" tanya Arumi.     

"Aku akan kembali kekamarku, Bu. Aku tidak mau mengganggu kebahagiaan kalian," ucap Mesya.     

Arumi pun mendekat pada Mesya     

lalu merangkul pundak Mesya.     

"Apa kau berpikir jika kau itu orang asing di rumah ini?" tanya Arumi.     

Dengan wajah yang memelas, Mesya menganggukkan kepalanya.     

"Sayang," Arumi memeluk Mesya.     

"Kau jangan berpikir seperti itu, karna Ibu itu sangat menyayangimu. Ibu sudah menganggapmu seperti putri kandung sendiri. Jadi kalau tidak boleh berpikiran jika Ibu akan mengabaikanmu," pungkas Arumi. Apa yang diucapkan oleh wanita ini tulus dari hati, dia memang benar-benar sudah menyayangi Mesya.     

Dan dia juga tidak mau kehilangan Mesya.     

"Bu, bagaimana dengan janji, Ibu?" tanya Mesya.     

"Janji? Janji apa?" Arumi bertanya balik pada Mesya.     

Padahal dia sudah tahu apa yang dimaksud oleh putrinya itu.     

"Ibu, bilang akan membebaskan aku dan Kak David, serta akan merestui hubungan kami," jelas Mesya.     

"Oh, Mesya! Tolong janganlah bicara seperti itu, Nak! Ibu belum siap kehilanganmu sekarang, paling tidak tunggu sampai beberapa bulan di rumah ini. Ibu masih ingin menghabiskan waktu bersama kalian," ujar Arumi.     

"Tapi—"     

"Mesya, tolong jangan rusak kebahagiaan kami saat ini, kita bicara lain kali ya, Sayang," Arumi mengusap wajah Mesya dengan lembut.     

Mesya pun menuruti ucapan sang Ibu, mungkin memang dia harus menghabiskan beberapa waktu bersama keluarga ini dulu. Bagaimana pun mereka sudah merawatnya sejak kecil, meski keluarga ini adalah keluarga sesaat, tapi mereka adalah orang-orang yang selalu membantunya, bahkan mereka juga selalu melindungi Mesya dari siapapun yang mengganggunya. Mungkin jika tidak bertemu dengan keluarga ini, Mesya tidak akan pernah merasa menjadi anak emas, dan tidak akan pernah mendapatkan fasilitas mewah seper saat ini. Meski dia harus membayarnya dengan mahal, yaitu dengan nyawa orang-orang yang menjadi korban.     

***     

Lizzy melihat kearah Mesya dengan tatapan heran.     

"Dia itu siapa, Bu?" tanya Lizzy seraya melirik gadis yang ada di hadapannya.     

"Dia itu Mesya, Sayang ... dia ini putri angkat kami, dan dia yang sudah menyelamatkanmu dari Wijaya," jelas Arumi pada Lizzy.     

"Mesya?" Lizzy mengernyitkan dahinya.     

Lalu Mesya mengulurkan tangannya kearah Lizzy.     

"Hai, Lizzy, kenalkan namaku Mesya. Beberapa kali aku pernah menemuimu ketika kau masih berada di salah satu rumah keluarga Diningrat," tukas Mesya.     

Suara Mesya terasa tidak asing di telinga Lizzy.     

Suara Mesya masih terngiang-ngiang, beberapa kali Mesya berbicara bahkan berjanji kepada Lizzy, bahwa Mesya akan membebaskannya. Dan ternyata benar. Mesya benar-benar menyelamatkan Lizzy.     

"Mesya, aku ingat! Aku sangat ingat suaramu saat itu! Kau mengajakku berbicara, dan bahkan kau berjanji akan menyelamatkanku, Mesya ... sekarang kau benar-benar berhasil menyelamatkanku!" Lizzy tersenyum, dan dia memeluk Mesya.     

"Terima kasih, Kak Mesya!" ucapnya     

"Panggil aku, Mesya saya, Lizzy!" ujar Mesya.     

"Tapi kau itu jauh lebih dewasa dariku, Mesya!" protes Lizzy yang masih tak menyadari jika dia juga sudah dewasa.     

"Lizzy, kau juga sudah dewasa, kita ini sepantaran," ujar Mesya     

"Benarkah?" Lizzy memastikan ucapan Mesya dengan melihat tubuhnya sendiri.     

"Lalu bagaimana keadaan Satria? Di mana dia? Aku ingin bertemu?" tanya Lizzy secara beruntun.     

"Maafkan aku, Lizzy. Kak Satria, sudah pergi jauh. Mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi," jawab Mesya.     

"Pergi? Lalu dimana pria jahat itu?" tanya Lizzy, dan pria jahat yang ia maksud itu adalah; Wijaya.     

"Apa yang kau maksud, Tuan Wijaya?" tanya Mesya.     

Lizzy pun mengangguk dengan bersemangat.     

"Iya! Diamana dia?! Bagaimana kalau dia datang dan menculikku lagi?!" Lizzy tiba-tiba bertingkah heboh dan menangis ketakutan.     

Dia memeluk Arumi dengan erat.     

"Ibu, tolong! Tolong aku, Ibu! Jangan biarkan pria itu menculikku lagi! Aku tidak mau!" ucapnya yang semakin ketakutan. Lizzy masih trauma dengan kejadian yang menimpanya.     

"Sayang, kau tidak perlu takut, Sayang! Tua bangka itu tidak akan mungkin menggangumu lagi percayalah dengan ucapan, Ibu!" ucap Arumi mencoba menenangkan Lizzy.     

"Tapi bagaimana kalau dia datang lagi! Aku takut, Ibu!"     

"Lizzy, Wijaya itu sudah mati! Jadi dia tidak akan menggangumu!" tegas Arumi.     

Mendengar jika Wijaya sudah mati, Lizzy tersenyum. Dia tak menyangka jika orang yang paling ia takuti itu benar-benar sudah mati.     

"Benarkah?!" Lizzy bertanya dengan suara tinggi.     

"Iya, Sayang!"     

"Yeah!" Mendengarnya Lizzy sampai lompat-lompat kegirangan saking bahagianya.     

Tingkahnya mirip anak kecil yang baru saja mendapatkan sebuah permen.     

"Asik! Aku tidak akan diculik lagi! Aku tidak akan diserahkan pada Iblis lagi! Mereka tidak akan mengurungku! Dan mereka tidak akan memperlakukanku dengan buruk lagi!" ujar Lizzy.     

Arumi turut tersenyum melihat Lizzy yang bahagia, tapi ada sedikit rasa sakit di hatinya. Gara-gara Wijaya, Lizzy tidak tumbuh dengan benar, dia memang sudah tumbuh menjadi gadis remaja, tapi cara berpikir Lizzy masih seperti anak-anak.     

"Lizzy, sudah jangan lompat-lompat begitu, Nak! Kau ini seorang gadis yang sudah dewasa, tidak baik bertingkah seperti anak kecil!" ucap Arumi menasehati Lizzy.     

'Kasihan, Lizzy. Bahkan dia merasa jika dia masih anak-anak,' batin Mesya.     

"Lizzy, ayo Ibu akan mengantarkanmu ke kamar," ajak Arumi. Dia menarik tangan putrinya .     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.