Anak Angkat

Menagih Janji



Menagih Janji

0Hari ini tepatnya, Mesya dan David, akan menagih janji kepada orang tuanya.     

Dalam meja makan itu, mereka tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.     

Berkali-kali David dan Mesya saling memandang. Mereka tak sabar untuk mengatakannya sekarang.     

"Kak David, apa aku katakan sekrang?" bisik Mesya.     

"Sebentar lagi, Mesya. Tunggu sampai yang lain selesai makan," ucap David.     

"Baiklah," Mesya kembali menyantap makanan yang ada di hadapannya.     

Seperti biasa makanan miliknya selalu mnggunakn kotak nasi dari restoran favoritnya. Dan tentunya Mesya juga masih tidak tahu kalau dalam kotak makan itu adalah jadi masakan sang ibu. Bukan masakan dari restoran favoritnya.     

"Lizzy, apa kau mau tambah lagi, Sayang?" tanya Arumi pada Lizzy.     

"Aku, sudah kenyang, Bu," jawab Lizzy.     

"Ah, baiklah," Arumi mengangguk, dan kembali fokus pada piringannya sendiri.     

Namun dia tersentak saat Mesya berkata,     

"Kenapa, makanannya agak asin ya?" gumam Mesya seraya mengungah makanan itu.     

"Benarkah?" Arumi mengangkat wajahnya lalu dengan reflek melirik kearah Mesya. "Perasaan Ibu, tadi tidak menambahkan garam terlalu banyak?" Arumi tampak heran.     

Dan ucapan sang Ibu membuat Mesya syok, pikirannya langsung tak tenang. Arumi menjawab seakan-akan dia yang memasak makan dalam kotak ini. Padahal yang Mesya tahu makanan ini, dibelikan oleh Arumi dari restoran, bukan masakan yang dibuat oleh Arumi sendiri.     

Dari situ Arumi mulai curiga.     

"Kenapa Ibu, berkata begitu? Bukankah makanan ini adalah makanan yang dibeli dari restoran?" tanya Mesya pada ibunya.     

Arumi langsung panik, dia sudah salah bicara, dan hal itu, tentu saja dapat memancing kecurigaan Mesya terhadapnya. "Ah, tadi, Ibu salah bicara, Sayang," tukas Arumi. Tapi Mesya sudah terlanjur curiga.     

"Jangan bilang kalau makanan ini, Ibu yang memaskanya?" desak Mesya.     

Dengan segera Arumi menyangkal tuduhan Mesya.     

"Tentu saja bukan Ibu yang memasaknya! Kau tahu, 'kan jika bungkus dari makanan itu saja, kotak dari restoran yang sangat kau gemari itu, Sayang!" ucap Arumi.     

Tapi Mesya tidak percaya begitu saja.     

"Bungkus ya?" Mesya segera meninggalkan ruang makan.     

Mesya berjalan ke dapur, dan memeriksa semua lemari dan tempat-tempat penyimpanan barang yang ada di dalam dapur.     

Dia berpikir jika memang ini masakan sang Ibu, maka dia akan menemukan kotak nasi yang sama di dalam dapur, atau mungkin di tempat lain. Dan bisa saja Arumi yang memang sengaja memesan kotak kusus dari restoran itu, dan mengisinya dengan hasil makasakanya sendiri.     

Karna selama ini Mesya mulai curiga dengan ibunya. Karna rasa makanan yang katanya dipesan dari restoran itu sangat mirip dengan masakan sang Ibu. Bagaiamna pun dulu sebelum dia mengetahui jika keluarganya adalah para kanibal, Mesya juga sering memakan daging hasil olahan ibunya, karna dia yang terus-menerus dipaksa oleh Arumi.     

Dan kini kecurigaannya bahwa selama ini Arumi menipunya kian bertambah.     

Mesya memang tak pernah menyentuh barang-barang di dapur, bahkan dia juga hampir tak pernah menginjakkan kaki memasuki dapur. Arumi yang selalu melarangnya.     

Dia tak mengizinkan Mesya untuk belajar memasak atau sekedar berbenah saja.     

Dan mungkin ini alasan Arumi melarangnya, karna Arumi tidak ingin Mesya menemukan barang-barang yang mencurigakan.     

***     

Hampir semua sudut dapur sudah ia priksa, tinggal sebuah rak berukuran sedang, yang hampir mirip dengan lemari, Mesya mendekat serta membuka tutupnya.     

Dan setalah mengetahui isi di dalamnya, seketika Mesya pun terkejut. Dia menemukan setumpuk kotak nasi dengan logo restoran yang sama.     

Mesya benar-benar tak menyangka jika dugaannya tak meleset, dan selama ini ibunya sudah membohonginya. Makanan yang ia makan setiap hari itu, bukan makanan dari restoran, tapi makanan yang di masak sendiri oleh Arumi.     

Mesya murka, dan dia membanting tumpukan kotak nasi itu dengan     

kasar     

Bruak!     

Arumi dan yang lainnya sampai tersentak. Mereka berkumpul di dalam dapur.     

"Jadi ini yang Ibu, lakukan setiap hari?!" teriak Mesya.     

"Sayang, jang—"     

"Ibu, aku sudah melakukan segalanya untukmu! Bahkan aku rela, harus menikah dengan pria yang tidak kucintai, demi keluarga ini! Tapi kenapa Ibu malah menipuku?! Kenapa Ibu, malah memberiku makanan yang paling kubenci?!" tanya Mesya dengan raut penuh amarah.     

"Sayang, kau harus tenang dulu, Ibu melakukan ini demi kebaikanmu!" ujar Arumi.     

"Kebaikanku, Ibu, bilang?!" Mesya menunjuk kearah Arumi, "ini kebaikan untuk, Ibu! Bukan untukku!" tegasnya.     

"Sayang—"     

"Jangan memanggilku dengan sebuat itu, Ibu! Aku benar-benar sangat benci! Aku kecewa dengan, Ibu!" Mesya berbicara dengan nada tinggi.     

Mesya segera menggengam tangan David.     

"Baik, aku akan memaafkan kebohongan Ibu! Tapi tolong tepati janji kalian, biarkan aku dan Kak David, pergi sekarang!" pinta Mesya.     

Seketika Arumi menggelengkan kepalanya dengan cepat, pertanda bahwa dia tidak mau menuruti permintaan Mesya.     

Memang Arumi sebelumnya sudah berjanji kepada Mesya dan David. Bahwa dia akan merestui hubungan mereka, dan akan membiarkan mereka hidup bebas dari bayang-bayang kelurga Davies. Tapi tetap saja Arumi belum bisa rela. Dan bahkan berencana untuk membuat Mesya dan David tetap berada di rumah ini.     

Dia ingin rumahnya ramai dengan kehadiran anak-anaknya.     

"Jangan tinggal Ibu, Nak! Ibu belum siap untuk kehilangan kalian ...." Pinta Arumi dengan wajah yang nemelas.     

"Tapi, Ibu, sudah berjanji!" tukas Mesya.     

"Apa yang di katakan, Mesya, itu benar, Bu! Kalian sudah berjanji untuk melepaskan kami! Jadi biarkan kami pergi! Kami juga berhak hidup bahagia!" imbuh David.     

"Tapi, jangan sekarang, David!" pinta Arumi.     

"Kalau begitu kapan? Kami sudah menunggu cukup lama, Bu! Bahkan kami sudah menuruti segala perintah Ibu!" ucap Mesya.     

Arumi tak bisa berkata-kata lagi, Charles mendekati istrinya dan berusaha menenangkan Arumi.     

"Sabar, Sayang," bisik Charles di telinga Arumi.     

"Charles, bagaimana aku bisa tenang? Anak-anakku akan pergi!" ucap Arumi. Wanita itu tampak frustasi.     

Tapi Charles berbisik lagi pada Arumi.     

"Kita biar aku mereka pergi selanjutnya kita menyusun rencana, untuk membuat mereka agar kembali kepada kita lagi," bisiknya.     

Arumi sedikit tenang mendengar ucapan Charles. Mungkin memang benar dia harus melakukan itu. Karna jika dia tidak mengizinkan Mesya dan David pergi sekarang, maka kedua anak mereka itu akan menganggap jika Arumi adalah sosok Ibu yang kejam, dan tidak bisa dipercaya.     

Lain halnya apa bila dia mengizinkan mereka pergi sekarang, dan membiarkan mereka tenang untuk bebarapa waktu. Setelah itu dia bisa kembali menyusun rencana untuk membuat kedua anaknya itu kembali ke keluarga ini. Entah dengan cara apapun, mungkin bisa dengan ancaman yang membuat mereka benar-benar tak bisa terlepas dari keluarga ini.     

"Baiklah, Ibu akan mengizinkan kalian pergi sekarang, David, Mesya," ucap Arumi.     

"Benarkah?!" Mesya sangat bahagia mendengarnya.     

"Kalian, akan meninggalkanku?" Lizzy terlihat bersedih mendengarnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.