Anak Angkat

Risa Mencari Perhatian



Risa Mencari Perhatian

0"Benarkah begitu?" tanya Arumi, "Celine menantuku itu mengira jika kamu memiliki hubungan dengan Arthur?"     

Risa mengangguk smbil tersenyum. "Iya, Bu, begitulah yang dituduhkan pada saya," jawab Risa.     

"Begitu ya? Tapi kamu tidak ada hubungan apa-apa, 'kan dengan dia?" tanya Arumi lagi.     

"Tidak ada sama sekali, Bu Arumi, sungguh!" jawab Risa.     

"Ah, bagus, memang ada baiknya kita sebagai wanita, kadang kala harus menahan perasaan kita," kata Arumi dengan nada yang menyindir.     

Risa menanggapi ucapan Arumi dengan anggukkan paham, padahal dia tidak begitu paham dengan apa yang sudah di katakan oleh Arumi.     

'Bu Arumi, kenapa berkata seperti itu? Apa dia tahu jika aku menyukai Pak Arthur?' bicara Risa di dalam hati.     

Kemudian Arumi melanjutkan ucapanya lagi.     

"Dan saya ini tipe orang yang sangat menjaga keluarga saya, Bu Risa, sekarang Celine sudah menjadi keluarga kami, itu artinya dia juga ada dalam pengawasan kami." Pungkas Arumi.     

"Benar, Bu Arumi, memang harusnya seperti itu, 'kan?" kata Risa.     

"Nah, sekarang Bu Risa juga sudah paham, 'kan?" Arumi bertanya balik pada Risa.     

"Em ... saya," Risa binggung untuk menjawab pertanyaan Arumi, sebenarnya Risa itu tidak paham dengan apa yang di ucapkan oleh Arumi, hanya saja dia tidak mau bertanya lebih jelas lagi, karena malah takut salah bicara.     

Apalagi Arumi orangnya terlihat sangat misterius, dan dia dari kalangan atas, tentu Risa tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Arumi terhadapnya.     

Risa tidak paham dengan keluarga kalangan atas seperti Arumi.     

Dan Risa juga tetap harus menjaga sikapnya agar tetap terlihat baik di hadapan Arumi, supaya wanita itu tetap menyukainya.     

Risa masih memiliki rencana untuk mendekati Arumi dan merebut hati wanita itu agar lebih menyukai dirinya dibandingkan Celine.     

"Bu Risa, kenapa melamun?" tanya Arumi.     

"Eh, maaf, Bu Arumi, saya masih memikir perasaan tidak enak saya terhadap Bu Celine, saya benar-benar takut jika Bu Celine, masih mengira saya ada hubungan sepesial dengan Pak Arthur," ujar Risa berbohong, "tentu hal itu bisa merusak citra saya, Bu," ujar Risa dengan raut wajah yang dibuat seolah-olah tengah bersedih.     

"Oh, tenang saja, Bu Risa, saya nanti akan berbicara dengan menantu saya agar tidak berpikiran buruk terhadap saya," ujar Arumi menenangkan Risa.     

"Terima kasih banyak, Bu Arumi, Anda memang benar-benat pengertian dan sangat baik hati," puji Risa.     

"Baiklah, Bu Risa, kalau begitu saya permisi dulu, saya harus menemui cucu saya," ujar Arumi.     

"Semoga Anda betah dan menikmati pesta ini, jangan sungkan ya," ucap Arumi seraya menepuk-nepuk pelan pundak Risa.     

Risa kembali menganggukkan kepalanya dengan senyuman terpaksanya. Dia tidak tahu entah mengapa merasa tidak nyaman setelah Arumi mengucapkan kelimat itu.     

Terlihat ada sesuatu yang Arumi sembunyikan dan entah apa itu, yang jelas membuat Risa sedikit terganggu.     

Dia takut jika ucapan yang terdengar aneh itu ada hal buruk yang direncanakan oleh Arumi kepadanya.     

Tapi Risa mencoba menepis pikiran itu. Dia tidak mau terbebani dengan pemikiran buruk yang belum jelas kebenarannya.     

"Ah, aku ini terlalu berlebihan saja, kenapa aku harus takut? Dia memang orang kaya, tapi dia belum tentu secerdik aku, 'kan?" gumam Risa.     

Setelah itu dia melihat Arthur dari kejauhan yang sedang asik berbicara dengan para tamu, terutama tamu dari sekolah "Pelangi Senja" termasuk rekan kerja Risa.     

"Ya ampun, kenapa Arthur begitu tampan? Aku sudah tidak sabar lagi untuk segera memilikinya," gumamnya lagi sambil tersenyum penuh harap.     

Dan ini adalah kesempatan bagus bagi Risa untuk mendetekati Arthur, apalagi teman-teman yang lainnya juga sedang mengobrol bersama dengan Arthur.     

Risa berjalan mendekat, tak lupa dia merapikan tatanan rambutnya sambil berjalan. Tentu saja dia ingin selalu terlihat sempurna di depan Arthur.     

"Hay, Pak Arthur," sapa Risa dengan ramah. Sementara Arthur hanya menjawabnya dengan anggukkan kepala dan senyuman terpaksa.     

"Wah, senang sekali ya kita semua bisa berkumpul di sini!" ucap Risa seraya melirik kearah teman-temannya yang lain.     

"Eh, Bu Risa, kemana saja kok baru muncul?" tanya salah seorang Guru yang bernama Mirna.     

"Bu Mirna, saya tadi baru saja mengobrol dengan, Nyonya Besar di rumah ini, yaitu Bu Arumi," jawab Risa dengan bangga.     

"Wah, senang sekali ya bisa bertemu dengan Nyonya Besar di rumah ini, apa lagi bisa mengobrol dengan akrab. Jujur sampai sekarang saya masih terkejut dan seakan tidak menyangka jika Pak Arthur, adalah putra kedua dari keluarga Davies," ucap Mirna.     

"Saya pun juga begitu, Bu Mirna," sahut Risa. "Dan tahu tidak, ternyata Bu Arumi si Nyonya Besar di rumah ini orangnya sangat ramah loh," ujar Risa agak sedikit pamer, dia merasa bangga karena bisa mengobrol begitu akrab dengan Arumi. Dan hal ini tentu saja momen yang sangat langka, dan hanya dia saja yang bisa melakukannya, teman-teman yang lainnya belum mendapatkan kesempatan itu.     

Arthur hanya berekspresi kaku melihat tingkah Risa. Terlihat sekali jika wanita ini sedang mencari perhatainanya.     

Bahkan dia sampai harus sok akrab dan mengobrol bersama dengan Arumi.     

Tentu saja Arthur menyayangkan hal ini, Risa sama sekali tidak tahu siapa Arumi. Yang gadis itu tahu Arumi adalah wanita anggun, dari kalangan kelas atas yang sangat ramah dan mudah membaur dengan siapapun. Sama sekali Risa tidak tahu jika Arumi adalah wanita yang berbahaya, sikap lembutnya menutupi sikap buasnya.     

'Apa yang wanita itu inginkan? Kenapa harus mengobrol dengan Ibu segala?' bicara Arthur di dalam hati.     

'Rasanya aku benar-benar tak tahan membiarkannya hidup lebih lama lagi!' Tak sadar kedua tangan Arthur mengepal dengan gigi yang gemertak.     

Sorot matanya begitu sinis memandang Risa. Sementara gadis itu masih bertingkah ceria di depan teman-temannya.     

"Eh, apa kalian sudah bertemu dengan mantan rekan kerja kalian?" tanya Risa pada teman yang lainnya, dan sesaat gadis itu melirik kearah Arthur.     

"Maksudnya?" tanya Mirna.     

"Bu Celine, istrinya Pak Arthur! Dia mantan Guru di 'Pelangi Senja' kan?" ucap Risa.     

Lalu yang lainnya menganggukkan kepalanya.     

Tapi Mirna merasa tidak enak dengan Arthur. Tentu saja takut membuat Arthur tersinggung, dengan yaaang Risa ini.     

Arthur sudah menangkap ekspresi takut Mirna kepadanya, begitu pula ekspresi ketakutan teman-temannya yang lain.     

"Tidak apa-apa kok, Teman-teman, sekalian! Kalian boleh membahas tentang Celine, mantan rekan kerja kalain yang sekarang sudah menjadi istri saya!" ujar Arthur dengan santai, "kalau ada pertanyaan, saya bisa menjawab!" kata Arthur dengan penuh yakin.     

Risa terlihat sedikit kesal karena dia tak berhasil membuat Arthur menjadi malu, dan malah terlihat sekali jika Arthur bangga dengan setatus hubungannya bersama Celine.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.