Anak Angkat

Cucu Pertama Keluarga Davies



Cucu Pertama Keluarga Davies

0"Di mana ruangannya?" tanya Arumi.     

"Di sebelah sama, Nyonya," jawab salah satu anak buah Charles.     

Arumi mengangguk pertanda paham.     

Kemudian dia membuka pintunya, dan tampak di dalam ruangan itu, ada Celine yang tengah duduk sambil menyusui putra mereka.     

Arthur juga ada di samping Celine. Seketika dua orang itu terkejut melihat kehadiran orang tuanya.     

Arthur tampak panik, dia memeluk istri dan anaknya dengan kencang.     

"Arthur, jangan takut, Nak! Jangan takut!" ucap Charles.     

"Kalian mau apa datang kemari?! Pasti kalian akan mengambil putraku ya?!" ujar Arthur.     

Arumi pun tersenyum, dan mendekati putranya, dia mengusap bagian pipi kiri Arthur.     

"Jangan takut, Sayang, Ibu datang kemari ingin menjenguk cucu Ibu! Kau tahu kami ini sudah membelikan hadiyah untuk si kecil yang imut itu lo," tukasnya Arumi menenangkan Arthur.     

Tapi Arthur masih tampak panik, tentu saja dia takut jika orang tuanya datang dan  akan merebut putra mereka saat ini juga.     

"Jangan bilang kalau kalian akan mengambil putraku! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" hardiknya.     

Arumi menggelengkan kepalanya, "Tidak, Sayang! Kami kemari karna kami ingin menengok cucu kami! Kami penasaran, dan sebagai seorang Nenek yang  baik, aku ingin  menggendong cucu pertamaku," pungkas Arumi.     

"Ibu, jangan membohongiku! Aku tahu Ibu itu sedang berbohong, aku yakin setelah ini kalian akan memgambil anakku!" Arthur terus mencoba melindungi putranya.     

Tapi Arumi dan Charles berusaha untuk membuat Arthur percaya.     

Kini Charles angkat bicara,     

"Nak, pasti kamu masih berpikir jika kami akan menggunakan putraku sebagai tumbal, ya?" tanya Charles.     

Arthur tak menjawabnya, tapi dari raut wajahnya, telihat jika apa yang dikatakan oleh Charles itu memang benar. Arthur memang takut jika putranya akan di jadikan tumbal.     

"Tenanglah, Arthur. Dan perlu kamu ketahui, kalau kami tidak akan menjadikan anakmu sebagai tumbal. Kau tahu, 'kan jika kami ini sudah mendapatkan segalanya, kami sudah membalasakan dendam kami. Dan bahkan kami juga sudah melepaskan David  serta Mesya, untuk hidup bebas! Lalu apa lagi yang kamu takutkan? Tentu saja kami tidak akan menjadikan putramu sebagai tumbal, karna sudah tidak ada tujuan lagi untuk semakin membuat kami lebih kuat! Karna musuh kami sudah mati!" tutur Charles menjelaskan tentu saja ucapan pria setengah tua itu tidak melulu benar, dan sebagaian besar adalah dusta.     

"Apa benar yang, Ayah, katakan itu?" tanya Arthur.     

Nampaknya pria itu mulai terpengaruh dengan ucapan Charles.     

"Tentu saja benar!" tegas Charles.     

Selanjutnya Arumi pun kembali menimbrung pembicaraan Arthur dan Charles.     

"Arthur, Ibu sangat kecewa, karna kamu tidak berkata jujur kapada kami, kalau kamu sudah memiliki seorang istri! Apa kamu benar-benar tidak ingin mengenalkan istrimu kepada kami?" tanya Arumi seraya melirik kearah Celine. Sementara Celine. Memilih untuk diam dengan sedikit tersenyum paksa, karena merasa tidak enak dengan Arumi.     

Arthur tak langsung menjawab ucapan Arumi, dia terdiam sebentar untuk meyakinkan dirinya, bahwa apa yang diucapkan oleh kedua orang tuanya ini memang benar.     

Sebenarnya untuk saat ini Arthur masih merasa ragu-ragu dengan pernyataan orang tuanya.     

Memang kalau dipikir-pikir apa yang diucapkan oleh Charles itu benar, karna sekarang mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan.     

Musuh bebuyutan mereka sudah mati, tentu saja sudah tak ada alasan bagi mereka untuk menambah kekuatan, tidak ada yang akan mereka kalahkan lagi.     

Lagi pula beberapa hari yang lalu, Arthur juga sudah sempat memiliki niat untuk berkata jujur kepada orang tuanya, hanya saja dia masih ragu. Dan takut orang tuanya memilki niat jahat kepada putranya.     

Namun kedatangan kedua orang tuanya saat ini, mungkin menjadi titik awalnya bagi Arthur, untuk mengenalkan Celine kepada mereka.     

Sudah sejak lama, Celine mendambakan hal ini. Dia juga ingin mengenal keluarga Davies lebih dalam lagi.     

"Baiklah, aku percaya dengan ucapan Ayah, Dan Ibu. Dan aku minta maaf karna telah menyembunyikan keluarga kecilku dari kalian," tukas Arthur.     

Arumi dan Charles seketika mengulumkan sebuah senyuman kemenangan. Akhirnya Arthur mau mempercayai mereka.     

"Nah, begitu, Sayang ... itulah yang kami tunggu! Apa aku boleh bersalaman dengan menantuku?" tanya Arumi dengan nada bicara seakan meledek Arthur.     

"Tentu saja, Bu. Silakan.     

Arumi tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Celine.     

"Halo, siapa namamu, Sayang?" tanya Arumi.     

Celine juga membalas senyuman sang Ibu Mertua.     

"Nama saya Celine, Bu. Senang dapat bertemu dengan, Ibu," ucap Celine.     

"Aku, juga sangat bahagia bisa bertemu denganmu, Sayang. Kau sangat cantik," puji Arumi.     

"Terima kasih," ucap Celine.     

Celine menunjuk kearah gadis yang ada dua samping Arumi.     

"Apa itu, Lizzy?" tanya Celine seraya menengok Lizzy.     

"Kau sudah tahu namanya?" tanya Arumi yang juga melirik kearah Lizzy.     

Lizzy pun masih diam, dan kali ini dia menundukkan kepalanya.     

"Iya, Bu. Arthur sering berbicara tentang Lizzy, akhir-akhir ini," jawab  Celine.     

Arumi pun menarik tangan Lizzy agak kasar, dan dia berbisik pada gadis itu.     

"Cepat ulurkan tangan dan sebut namamu dengan benar, ingat jangan seperti anak kecil," bisik Arumi.     

Lizzy kembali menganggukkan kepalanya.     

"Baik, Bu," sahutnya.     

Dan perlahan dengan raut wajah yang sedikit ragu-ragu Lizzy mengulurkan tangannya kearah Celine.     

"Halo, Kak Celine, perkenalkan nama saya, Lizzy," ucapnya dengan sedikit malu bercampur takut.     

"Hay, Lizzy, senang bertemu denganmu. Kau tidak perlu malu-malu, aku ini juga kakakmu lo," tukas Celine.     

"Ah, yasudah sekarang semua sudah tenang dan tidak ada lagi salah paham. Kalau begitu, sebagai perayaan atas kelahiran cucu pertama keluarga Davies, aku ingin mengadakan pesta, bagaimana menurut kalian?!" tanya Charles dengan  penuh antusias.     

Arumi kembali ikut berbicara.     

"Kalau Ibu, sangat-sangat setuju, tapi tidak tahu dengan Celine dan Arthur? Kalian setuju, 'kan?" ucap Arumi.     

Kemudian Arthur dan Celine saling memandang, dan Celine pun menganggukkan  kepalanya.  Pertanda dia setuju dengan ajakan ayah mertuanya.     

Melihat Celine menyetujuinya, Arthur pun hanya bisa menurutinya.     

"Baiklah, Ayah, kami setuju,"  jawab Arthur.     

"Ah, baiklah. Kalau begitu kalian harus pulang ke rumah kami! Dan kita akan rayakan pestanya di sana," kata Charles.     

"Baiklah, Ayah. Tapi setelah itu, aku dan Celine akan kembali tinggal di rumah kami sendiri, karna kami ingin hidup mandiri," Arthur bertanya lagi, "bagaiamana, Ayah? Apa boleh?"     

Arumi dan Charles mengangguk secara kompak.     

Kini Arthur dan Celine merasa lega, akhirmya ketakutan mereka telah lenyap.     

Dalam ruangan itu terlihat begitu hangat dan dipenuhi gelak tawa.     

Hanya Lizzy yang masih terdiam, dan selalu menjaga setiap gerakannya.     

Karna Lizzy takut akan dimarahi oleh Arumi seperti tadi.     

"Lizzy, kamu kenapa sejak tadi diam saja?" tanya Arthur yang tiba-tiba mendekatinya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.