Anak Angkat

Sabar



Sabar

0Setelah mendengar jika istrinya Athur baru saja melahirkan, Arumi, Charles dan juga Lizzy, segera bergegas untuk datang ke rumah sakit.     

Mereka ingin memberika ucapan 'selamat' kepada Arthur, walau di balik semua itu mereka masih menyimpan keinginan untuk menjadikan putra pertama Arthur itu sebagai tumbal.     

Tapi Arumi dan Charles, tidak mau Arthur curiga, dan mereka berencana untuk tetap berpura-pura baik, dan menyanyangi cucu mereka sebagaimana mustinya.     

Hingga saatnya tiba mereka akan mengambil cucu itu secara paksa, atau mungkin akan mengambilnya dengan cara menculiknya.     

Arumi dan Charles akan datang dan seolah-olah kedatangan mereka itu sebagai kejutan yang membahagiakan.     

"Bu, apa aku sudah cantik?" Lizzy bertanya seraya menunjukkan tatanan rambutnya yang dikepang dua.     

"Iya, Sayang, kau sangat cantik," puji Arumi.     

"Apa bajuku juga bagus?" Sekali lagi gadis itu bertanya.     

"Tentu saja, bajumu juga bagus, kau sangat sempurna, hanya saja ...."     

"Hanya saja apa, Bu?" tanya Lizzy.     

Arumi memegang pundak Lizzy.     

"Sayang, kau itu sudah dewasa, kau itu tidak boleh bertingkah seakan-akan, kau itu masih anak-anak," ucap Arumi.     

Lizzy tertegun, dia masih belum paham betul dengan ucapan sang ibu.     

Dia tidak tahu mengapa semua orang menganggapnya sudah dewasa, dan mereka seakan memaksanya untuk bersikap lebih dewasa.     

Padahal Lizzy, merasa bahwa dirinya itu masih kecil. Dan apa yang selalu ia lakukan itu sangat wajar, selayaknya apa yang dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.     

"Yasudah, tidak ada waktu lagi ayo kita segera menemui Arthur dan istrinya, nanti mereka keburu pergi dari rumah sakit!" ujar Charles.     

Kemudian Arumi dan Lizzy, bergegas memasuki mobil.     

Seperti biasa Charles yang menyetir mobilnya.     

Mereka memang tak pernah memperkerjakan seorang sopir untuk keluarga mereka.     

Karna Charles merasa lebih nyaman menyetir sendiri ketimbang mempercayakan orang untuk mengantar jemput anak-anak dan istrinya. Sebenarnya uang mereka tidak akan habis hanya untuk membayar 100 Sopir sekaligus.     

Hanya saja mereka tidak mau jika ada orang yang mengerti lebih jauh tentang keluarga mereka.     

"Ibu, Ayah, aku tidak sabar ingin bertemu dengan keponakanku!" ucap Lizzy sangat antusias.     

"Sabar, Nak! Sebentar lagi juga sampai," ucap Charles.     

"Lizzy, kau masih ingat kata-kata Ibu yang tadi, 'kan?" tanya Arumi.     

"Memangnya kata-kata Ibu yang mana?" Lizzy terlihat sangat polos.     

"Kata-kata Ibu, yang mengatakan agar kamu bisa bersikap lebih dewasa, dan tidak bertingkah seperti anak kecil!" tegas Arumi.     

Lizzy menganggukkan kepalanya.     

"Sayang, kau jangan terluka keras kepada anak kita, Sayang," ucap Charles.     

"Aku tahu, Charles, tapi dia harus mulai beradaptasi, karna kalau tingkahnya masih seperti anak kecil dia akan lebih sering mendapatkan perlakuan buruk, Charles," ucap Arumi.     

"Iya, Sayang, aku tahu. Tapi kita harus pelan-pelang meberitahunya tidak boleh terlalu kasar.     

Charles dan Arumi masih mendiskusikan Lizzy di dalam mobil itu, dan Lizzy masih kebingungan akan apa yang dibicarakan oleh orang tuanya,"     

Lalu gadis itu pun menimbrung pembicaraan kedua orang tuanya.     

"Ayah, dan Ibu, selalu membicarakan aku yang seperti anak kecil, bukankan aku ini memang masih kecil ya?" tanya Lizzy.     

Arumi dan Charles terdiam sesaat dan dengan kompak memandang kearah Lizzy.     

"Lizzy," Arumi menatap putrinya dalam-dalam.     

"Kau tidak boleh menganggap dirimu masih kecil, Lizzy. Lihatlah dirimu ... kau itu sudah dewasa!" tegas Arumi.     

"Tapi—"     

"Kau ini sudah dewasa! Dan kau tidak boleh bertingkah seperti anak kecil!" Arumi berbicara sedikit sinis.     

"Sayang ...," Charles mencoba untuk menahan sang istri, agar tidak berbicara kasar kepada Lizzy. "Cobalah sedikit bersabar, Arumi," ucap Charles.     

Gadis itu ketakutan melihat sang ibu yang sedang marah.     

"Aku bukannya tidak mau bersikap seperti gadis dewasa, Ibu. Tapi aku ... aku tidak tahu bagaimana caranya?" Masih dengan nada polos Lizzy bertanya lagi, "apa, Ibu, mau mengajariku bagaimana caranya?"     

Arumi menggelengkan kepalanya.     

"Astaga!" Dia menguspa-usap keningnya dengan kasar. Wanita itu semakin frustasi.     

"Semua ini gara-gara, Wijaya! Kalau saja Wijaya tidak menculik dan tidak memberikan jiwa putriku kepada Iblis, maka putriku tidak akan sebodoh ini!" oceh Arumi yang benar-benar sangat kesal dengan keadaan.     

Arumi marah dan berteriak-teriak di dalam mobil itu.     

"Wijaya Sialan! Kau sudah mati saja masih juga membuatku sulit!" Arumi memekik di dalam mobil hingga membuat Lizzy semakin ketakutan.     

Charles sampai menghentikan mobilnya untuk menenangkan sang istri.     

Selama ini hanya dirinya saja yang bisa menenangkan Arumi saat wanita itu murka, dan apabila Arumi tidak segera ditenangkan maka keadaan akan semakin lebih parah lagi.     

Arumi bisa berbuat lebih nekat. Dan mungkin bisa melakukan kekerasan pada Lizzy. Apalagi keadaan saat ini benar-benar sangat mendukungnya untuk memelihara emosi.     

Arumi masih cukup bersedih karma ditinggalkan oleh Mesya, dan David. Walau wanita itu selalu terlihat sabar dan tak mudah marah, tapi apabila dia sedang dalam masa kesulitan seperti ini, tindakan kasar yang berakibat fatal bisa saja muncul.     

Dan Charles hanya takut jika terjadi apa-apa pada Lizzy akibat ulah sang Ibu.     

"Sayang, sudahlah jangan diperpanjang. Lupakan Lizzy, aku yakin dia akan berubah dengan sendirinya, dia hanya butuh waktu." Pungkas Charles seraya mengusap-usap pundak Arumi.     

"Kita pasang wajah yang ceria dan bahagia, untuk menemui Arthur dan keluarganya," ucap Charles.     

Arumi menganggukkan kepalanya, dan Charles memeluk sang istri sesaat, kebetulan mereka duduk bersebelahan, sementara Lizzy berada di kursi belakang.     

"Terima kasih, Sayang, kau selalu saja bisa membuatku tenang," ucap Arumi.     

"Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan, apa kau sudah siap dengan hadiahmu?" tanya Charles.     

"Ah, hadiah ya?" Arumi sedikit terkejut, dan dua baru mengingat tentang hadiah.     

Setidaknya dia harus membawakan hadiah untuk cucu barunya.     

dengan begitu Arthur akan percaya kepadanya, jika dia dan Charles, benar-benar sangat menyayangi cucu barunya, serta tidak memiliki niat buruk pada bayi itu.     

"Charles, kita harus membelikan hadiah!" ucap Arumi.     

"Baiklah, aku akan meminta tolong kepada anak buahku," ucap Charles.     

***     

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di rumah sakit, dan tepat di depan pintu masuk rumah sakit, sudah ada dua pria bertubuh besar menunggu mereka.     

"Ini pesanan Anda, Tuan," Salah satu pria itu menyodorkan boneka beruang berukuran besar kepada Charles.     

Dan pria satunya lagi memberikan sebuah kotak berukuran besar yang sudah di tutup dengan sampul kado, berisi peralatan bayi secara lengkap.     

"Yang itu, sekalian bantu kami membawanya masuk ke dalam," perintah Arumi.     

Dan dua pria itu mengikuti arahan dari Arumi. Mereka berjalan masuk ke rumah sakit.     

Lizzy hanya diam dan mengikuti kedua orang tuanya di belakang. Dia tak berani berbicara sedikit pun karna takut salah, dan akan dibilang mirip anak kecil lagi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.