Anak Angkat

Salah Sasaran



Salah Sasaran

0Hampir tak ada sisa waktu bagi Risa untuk terus menguntit keluarga Arthur.     

Dia terus mencari tahu dengan segala cara, sampai mereka benar-benar lengah, kemudian dia akan menyusup kembali dan mencelakai Celine.     

"Nah, dia sekarang akan pergi ya?" ujar Risa. Netranya masih mengarah pada Celine yang sedang mendorong kereta bayinya. Sementara Risa masih menunggu di dalam mobil sambil memantau Celine dari kejauhan.     

"Mungkin wanita itu akan pergi jalan-jalan bersama bayinya, yah, ini adalah kesempatan yang sangat bagus," Risa menyeringai.     

Dia kembali menjalankan mobilnya, bahkan kali ini dia meningkatkan kecepatan laju mobilnya.     

Tentu saja rencana utamanya adalah menabrak Celine bersama putranya hingga tewas.     

"Katakan selamat tinggal pada dunia, Celine! Haha haha haha!" tukas Risa sambil tertawa dengan lantang.     

Risa yakin jika usahanya kali ini akan berhasil.     

Tapi sayang ketika mobil itu handak membentur pada tubuh Celine, tiba-tiba seseorang mendorong Celine hingga terjatuh, serta mendorong kereta bayinya sampai tergelincir menjauh.     

"Langit!" teriak Celine pada bayi dalam kereta itu.     

Kemudian mobil yang dikendarai oleh Risa menabrak tubuh si Pria yang menolong Celine.     

BRUAK!     

Celine berteriak histeris saat melihat pria yang menolongnya itu adalah Charles.     

"Ayah!" Celine berlari menghampiri Charles. "Ayah, tidak apa-apa?!" tanya Celine yang begitu panik. Terlebih tubuh Charles di penuhi luka serta darah, benar-benar dangat menyeramkan bahkan Celine tidak yakin jika Charles masih bisa bertahan.     

"Celine, ambil putramu ...!" suruh Charles, seraya menunjuk kearah kereta bayi yang sedang melaju kian menjauh.     

"Astaga, Langit!" Celine panik, dia bingung harus menolong siapa dulu?     

Anaknya dalam bahaya sedangkan sang mertua juga tengah meregang nyawa.     

"Tunggu apa lagi, cepat selamatkan, Langit!" sergah Charles.     

Akhinya dengan berat hari Celine berlari mengejar kereta bayinya itu, yang terus melaju akibat permukaan jalan yang menurun.     

Dalam hatinya masih memikirkan nasib sang mertua.     

Sementara itu Risa segera memutar balik mobilnya, dan di saat itu pula Charles melihat dengan teliti nomor plat mobilnya.     

"Aku pastikan pemilik mobil itu akan berakhir di meja makan kami," ucap Charles penuh yakin.     

Setelah mendapatkan kereta bayi milik putranya, Celine kembali menghampiri Charles.     

"Syukurlah, Nak, kamu tidak apa-apa," ujar Celine seraya menagis sesenggukan.     

Dia memang dapat bernafas lega karena anaknya selamat, tapi dia tidak bisa tenang karena memikirkan keadaan Charles.     

Luka-luka di tubuh Charles sangatlah parah, bahkan ada beberapa bagian tubuh yang sampai hancur.     

Kaki kanan dan tangan kiri Charles sudah tak berbentuk lagi, gepeng karena terlimdas ban mobil.     

"Ayah! Bertahan ya, aku akan memanggil ambulan!" kata Celine seraya meraih ponselnya.     

Charles mencegahnya dengan tangan kanannya.     

"Jangan!" ujarnya.     

"Tapi, Ayah—"     

"Saya bilang jangan, ya jangan!Lebih baik kamu telepon Arthur saja!" suruh Charles.     

Akhirnya Celine mau menuruti perintah Charles. Meski dia merasa ragu, karena kondisi ayah mertuanya yang sangat parah ini.     

Celine takut terjadi hal buruk, apa bila dia tidak menelepon ambulans. Hanya saja ini sudah menjadi perintah Charles, bahkan Celine berpikir mungkin Charles tidak mau menelepon pihak rumah sakit karena dia merasa percuma dan hidupnya sudah tidak lama lagi.     

***     

Setelah menghubungi Arthur, tak lama pria itu datang.     

Dia segera menghampiri Celine dan memeluknya.     

"Celine, kamu tidak apa-apa?" tanya Arthur yang panik.     

"Aku tidak apa-apa, Arthur! Tapi, Ayah—"     

"Sudah, Ayah itu tidak apa-apa yang penting kamu dan Langit selamat!" ujar Arthur.     

Dia mengusap rambut sang Istri.     

Celine tidak habis pikir dengan sikap Arthur yang terlalu santai, padahal ayahnya tengah meregang nyawa.     

"Lepas, Arthur! Ayo tolong Ayah! Bagaimana kalau Ayah sampai meninggal? Aku bisa dihantui dengan perasaan bersalah!l, Arthur!" ujar Celine. "Ayah, begini karena menolongku, Arthur!" Celine menangis kencang.     

"Sudah tidak apa-apa," Arthur masih tampak santai kemudian dia membantu ayahnya masuk ke dalam mobil.     

Celine masih ketakutan, dan tengah memeluk anaknya di dalam mobil yang sama.     

Baru pertama kali ini Celine mendapatkan pengalaman yang sangat menyeramkan seperti ini.     

Charles tak berbicara sedikit, matanya terpejam, darah terus menetes, keadaan begitu mengkhawatirkan.     

Tapi anehnya Arthur seakan tak mengkhawatirkan ayahnya sama sekali. Justru berkali-kali Arthur terus bertanya tentang keadaan Celine dan Langit, padahal jelas-jelas mereka baik-baik saja di bandingkan Charles.     

Tubuh Celine melemaskan, dia tidak bisa membayangkan kalau sampai Charles meninggal di dalam mobil ini. Dia belum siap dihantui rasa bersalah dan hutang budi, karena membuat Charles tewas saat menyelamatkannya.     

"Astaga, kalau sampai Ayah meninggal bagiamna?"     

Sesampainya di rumah, Arthur mengantarkan Celine masuk ke kamarnya. Dan lagi-lagi dia malah mengabaikan Charles.     

"Ayo, cepat masuk ke kamar dan beristirahat!" suruh Arthur.     

"Bagaimana dengan, Ayah?" tanya Celine.     

"Ayah, tidak apa-apa, Celine," ujar Arthur. "Aku justeru malah mengkhawatirkanmu." Kata Arthur.     

Celine sampai berhenti sejenak dan menatap Arthur dengan ekspresi yang marah.     

"Kamu, ini sudah gila ya, Arthur?!" ujar Celine. "Ayah itu sedang meregang nyawa!" imbuhnya dengan penuh kemarahan.     

"Sett ... jangan berteriak-teriak, Celine. Langit sedang tidur, nanti dia akan terbangun," bisik Arthur.     

Kemudian dia menjelaskan kepada Celine tentang ayahnya dengan sabar.     

"Celine, Ayah itu baik-baik saja, meski saat ini beliau seperti orang yang sedang meregang nyawa, tapi beliau baik-baik saja," kata Arthur. "Percayalah, Celine,"     

"Tapi bagaimana bisa, Arthur! Ayah—"     

"Besok Ayah akan kembali normal!" ujar Arthur memotong kalimat Celine.     

"Tapi—"     

"Kami bukan manusia normal sepertimu. Kami berbeda! Hanya ditabrak mobil saja tidak berati apa-apa bagi kami!" tegas Arthur.     

Akhirnya Celine kembali tenang, dan dia mau menuruti Arthur untuk masuk ke kamar dan beristirahat di sana. Walau sejujurnya dia masih meragukan apa yang telah diucapkan oleh Arthur barusan.     

Rasanya tidak mungkin jika Charles akan baik-baik saja dengan luka separah itu.     

Tetapi Celine tidak mau berdebat dengan Arthur, sehinga dia memilih untuk menuruti perintah suaminya.     

"Keluarga ini benar-benar membuatku bingung," ujar Celine seraya menaruh putranya di atas kasur.     

"Sayang, Ibu tidak bisa membayangkan jika tadi Ibu tidak dapat menyelamatkanmu, Sayang," tukas Celine seraya mengusap-usap rambut putranya.     

"Sekarang Ibu malah sedang memikirkan nasib kakekmu, Nak! Ibu takut jika terjadi apa-apa dengannya, Langit,"     

"Semua gara-gara menyelamatkan kita!"     

"Kalau saja, kita tidak dalam bahaya, mungkin saat ini kakekmu baik-baik saja!" bicara Celine pada putra kecilnya.     

Kemudian Celine memeluk Langit dengan erat, dan menyusuinya dengan perasaan yang digelayuti ketakutan.     

Tetapi Celine terus berusaha untuk tetap tenang, dan mencoba mempercayai ucapan dari Arthur.     

Bahwa Charles baik-baik saja.     

"Yah, aku harus percaya ucapan suamiku, bahwa Ayah mertuaku akan baik-baik saja. Mereka ini, 'kan bukan manusia biasa? Mereka memiliki kekuatan,"     

"Percayalah, Celine! Semua akan baik-baik saja, tenangkan hatimu," bicara Celine pada dirinya sendiri.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.