Anak Angkat

Bukan Manusia Biasa



Bukan Manusia Biasa

0Esok harinya Celine terbangun dari tidurnya, dan dia melihat Arthur yang masih terlelap di sampingnya.     

Entah kapan Arthur menyusulnya ke dalam kamar. Seingatnya semalam Arthur langsung pergi setelah mengantarkan Celine dan Langit masuk ke kamar. Entah apa yang dilakukan Arthur di luar kamar. Celine juga tak mempertanyakan kepada Arthur.     

Dia masih ketakutan serta tak tenang karena memikirkan keadaan ayah mertuanya.     

Bahkan Celine juga tidak ingat kalau dia tertidur, kerena semalam kelopak matanya sulit terpejam akibat pikirannya yang tak tenang dan terus mengkhawatirkan keadaan Charles.     

Begitu terbangun hari sudah terang, matahari sudah mulai menyapanya lewat selah gorden jendela.     

Celine melirik kearah Langit. Bayi itu mulai bergerak-gerak dengan bibir yang menguncup-nguncup, seakan sedang mencari sesuatu yang bisa ia hisap.     

"Sayang, kamu haus ya?" Celine meraihnya lalu menyusui Langit.     

Setelah selesai, Celine mengajaknya menuruni tangga. Tanpa membangunkan Arthur terlebih dahulu.     

Di lantai bawah tepatnya di dalam ruang makan, Celine melihat hal yang sangat mengejutkan. Tepat saat itu Celine melihat Charles dengan keadaan tubuhnya yang terlihat segar.     

"Ayah?" ucapnya secara reflek, netranya menajam dan tertuju pada satu arah, yaitu Charles.     

Bagaimana tidak? Pria itu tengah duduk santai di meja makan dan tampak sedang menyeruput minumannya tanpa beban.     

Seperti tidak terjadi apapun. Padahal Celine masih ingat betul bagaimana luka di tubuh Charles, bagaimana darah membanjiri jok mobil. Hingga Celine yang mulai putus asa, dan menebak jika Charles akan tewas pada malam itu juga. Namun nyatanya tidak ... justru Charles telihat baik-baik saja. Bahkan tidak ada satu goresan kecil pun pada tangan atau bagian tubuh Charles lainnya.     

Celine langsung berjalan mendekati sang ayah mertua. Dia hendak memastikan apa yang sedang ia lihat ini tidak salah.     

"Ayah, apa yang terjadi pada, Ayah?" tanya Celine yang dipenuhi dengan rasa penasarannya.     

"Kenapa tubuh Ayah, tidak ada goresan luka sama sekali?" Celine menyentuh bagian tangan Charles.     

"Ini seperti sebuah sihir," gumam Celine yang begitu takjub.     

"Ehm!" Arumi berdeham, sambil berdiri tepat di belakang Celine. Kemudian Celine menengok karena Arumi.     

"Ibu," ucap Celine. "Apa yang terjadi pada, Ayah? Lukanya sudah hilang!" tanya Celine, dan kali ini dia bertanya pada Arumi.     

"Sudahlah, Sayang, jangan dibahas lagi. Dan mulai sekarang kamu harus bisa menjaga dirimu serta cucu kami," tukas Arumi pada Celine.     

"Tapi, bagaimana bisa?" Celine masih bingung. Sementara Arumi hanya menanggapi pertanyaan Celine dengan sebuah senyuman.     

"Celine? Di mana, Arthur? Kenapa tidak dipanggil?" tanya Arumi pada Celine.     

"Dia, masih tidur, Bu," sahut Celine.     

"Ah, begitu ya? Yasudah ayo cepat makan. Langit, biar Ibu yang akan mengajaknya. Kau boleh makan dulu, Sayang," suruh Arumi pada Celine.     

"Tapi, aku belum lapar, Bu," ujar Celine.     

"Begitu ya? Tapi makanannya sudah siap lo," ujar Arumi seraya melihat kearah jajarannya menu sarapan yang tertata rapi dan begitu mewah.     

"Kalian makan duluan saja ya, Bu, aku akan menunggu sampai Arthur bangun," ujar Celine.     

"Ah, yasudah kalau begitu," sahut Arumi yang tidak mau memaksa Celine.     

Sebenarnya Celine masih penasaran dengan kondisi Charles yang sudah sembuh itu, karena ini begitu mustahi.     

Hanya saja dia tidak berani menanyakan kepada Arumi ataupun Charles lagi.     

Mereka terlihat kurang nyaman untuk menceritakan hal ini kepada Celine. Buktinya saja saat Celine bertanya tadi, Arumi seakan mengalihkan topik pembicaraan, dia malah menyuruh Celine makan. Padahal Celine ingin mendengar penjelasan tantang kesembuhan Charles yang secara dadakan itu. Bukan untuk makan!     

Selama berada di rumah ini Celine memang tak jarang menolak ajakan ibu mertuanya untuk makan bersama. Dia selalu saja mencari alasan untuk makan sendirian, atau memilih berdua saja dengan Arthur.     

Kalau pun harus makan bersama dalam satu meja bersama keluarga Davies yang lainnya, dia hanya akan memakan bagian sayurannya saja. Dia tak menyentuh daging sedikit pun. Karena dia tahu jika mereka memakan daging manusia.     

Arthur juga melarang keras Celine untuk turut menyantap daging terkutuk itu, Arthur tidak ingin Celine menjadi manusia berbeda seperti dirinya dan keluarganya.     

"Bu, aku permisi dulu ya?" ucap Celine.     

"Ah, baiklah, Sayang," sahut Arumi. "Jangan lupa untuk segera makan ya, kasihan putramu, dia juga berhak mendapatkan asik yang baik. Jadi makanlah yang banyak dan bergizi!" Pasan Arumi pada Celine.     

"Baik, Bu!" sahut Celine.     

Kemudian Celine kembali menaiki tangga menuju lantai atas, dia hendak menghampiri lagi suaminya yang tengah tertidur.     

Dan saat dia memasuki kamar, Celine mendapat jika Arthur juga sudah terbangun.     

"Sayang, kamu habis dari mana?" tanya Arthur.     

"Aku baru saja dari lantai bawah, tapi aku kembali naik keatas lagi," jawab Celine.     

"Kenapa? Pasti karena tidak nyaman ya?" sindir Arthur. Dan Celine menganggukkan kepalnya.     

"Sini," Arthur menyuruh istrinya untuk duduk di sebelahnya. Mereka duduk berdua di atas ranjang.     

"Aku ingin bicara dengamu Celine,"     

"Aku juga ingin bertanya kepadamu, Arthur!" sahut Celine.     

"Kau ingin bertanya tentang apa, Celine?" tanya Arthur.     

Celine menghela napas sejenak, lalu dia mengatakan apa yang baru saja ia lihat.     

"Arthur, aku tadi melihat Ayah yang sedang duduk di ruang makan," ujar Celine.     

"Lantas?" tanya Arthur.     

"Arthur, Ayah sudah baik-baik saja, bahkan tak ada luka sedikitpun di tubunnya!" ujar Celine lagi.     

Arthur tersenyum tiipis mendengarnya.     

"Aku, 'kan sudah bilang sejak awal, jika Ayah itu memang tidak apa-apa, Celine!" tegas Arthur memperingatkan Celine tentang ucapannya kemarin.     

"Yah, aku tahu, tapi bagaimana bisa, Arthur?"     

"Sudah kubilang, 'kan? Jika kami ini bukan manusia biasa sepertimu. Kami ini tidak akan mudah mati dengan hal yang sepele," jawab Arthur sambil tersenyum selengean dan santai.     

"Ditabrak mobil, kamu bilang hal yang sepele?" ujar Celine.     

"Memang benar, 'kan? Buktinya Ayah tidak apa-apa?" sahut Arthur.     

Celine benar-benar tak habis pikir dengan kenyataan yang baru saja ia lihat. Tangan dan kaki Charles yang hancur bisa sembuh hanya dalam waktu semalam saja. Ini benar-benar sangat aneh, meski Arthur sudah berkata jika keluarganya memang bukan manusia biasa. Akan tetapi, hal ini membuat Celine merasa seperti sedang bermimpi.     

Dia sampai melamun dengan wajah yang pucat menanggapi hal ini.     

"Sayang, kamu sedang memikirkan apa?" tanya Arthur.     

"Ah, tidak, Arthur! Aku hanya masih heran saja dengan apa yang baru saja aku lihat," jawab Celine.     

"Ini hanya masalah kecil, kamu harus terbiasa menghadapinya. Karena masih banyak hal yang besar dari keluarga ini, dan yang tidak kamu ketahui," ujar Arthur.     

Celine masih terdiam, rasanya dia ingin segera meninggalkan rumah ini dan kembali ke rumah mereka sendiri.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.