Anak Angkat

Para Pria Suruhan



Para Pria Suruhan

0Risa tengah mengemasi barang-barangnya. Dia hendak meninggalkan rumah ini untuk sementara waktu.     

Kejadian kemarin membuat Risa merasa ketakutan. Dan tidak nyaman untuk tetap tinggal di rumah itu.     

Walau dia yakin jika orang yang telah ia tabrak kemarin sudah mati, tetapi Risa masih tetep takut kalau ada yang melihatnya dan mencatat nomor plat mobilnya.     

Setidaknya dia sudah berusaha menangkal segala kemungkinan buruk.     

Selesai mengemasi barang-barangnya, Risa langsung mendorong koper itu keluar rumah. Lalu ia memasukkannya ke dalam mobil.     

"Kenapa sih, membunuh wanita itu sulit sekali?" ujaranya dengan raut wajah yang kesal.     

"Padahal keberhasilanku sudah ada di depan mata! Tapi malah ada pahlawan kesiangan yang menyelamatkan, Wanita Jalang, itu!"     

"Aku harap, pria yang sok baik hati itu sudah mati saat itu juga!"     

"Yah, memang sudah mati, 'kan? Aku yakin dia sudah mati! Lagi pula mana mungkin dia masih hidup dalam keadaan luka separah itu!"     

"Ayolah, Risa! Jangan berpikiran yang tidak-tidak! Pasti dia memang sudah mati!"     

Risa terus bermonolog sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.     

"Aku akan mencari tempat yang aman untuk sementara waktu," gumamnya lagi.     

Kemudian di pertengahan jalan ada seorang yang menghentikan laju mobilnya. Seorang pria bertubuh besar dan berkepala plontos, tengah berdiri tepat di tengah jalan sambil melambaikan tangannya.     

"Kenapa pria bertubuh kekar itu berdiri di tengah jalan?"     

"Apa dia itu sudah bosan hidup?"     

Risa merasa terganggu, tapi dia tahu jika pria itu memiliki niat buruk kepadanya.     

"Baiklah, aku akan menabraknya saja!" Risa menyipitkan matanya dengan senyuman penuh ambisi.     

Risa menekan tombol klakson sebagai peringatan agar pria itu mau menyingkir. Apabila tidak mau menyingkirkan maka Risa akan menabraknya sungguhan.     

Dan semakin mobil itu mendekat, si pria bertubuh kekar yang berdiri di tengah jalan itu langsung menyingkirkan.     

Dia menyerah, kerena usahanya untuk menghentikan mobil Risa gagal. Justeru kalau dia tidak menyingkir, malah nyawanya yang akan menjadi gantinya.     

Risa merasa menang karena telah berhasil membuat pria itu menyingkir darinya.     

"Entah apa tujuan, si Pria Bodoh, itu menghalauku. Tapi yang perlu ia ketahui, bahwa ia tidak akan bisa berbuat macam-macam kepadaku!" ucap Risa penuh percaya diri.     

Dia mengira jika si Pria yang telah menghalaunya tadi tidak akan mengejarnya. Tapi ternyata dia salah, si pria tadi malah mengejarnya dengan mobil. Dan dia memiliki beberapa teman di dalam mobil itu.     

TIN!     

Mobil yang di kendarai oleh si pria, mengejar Risa, dan sempat menekan tombol klakson.     

Bahkan salah satu dari mereka membuka jendela mobil lalu menatap Risa dengan senyuman meledek.     

"Sialan apa yang mereka inginkan?" ujar Risa, netranya kembali fokus kearah stir.     

Dia menambah kecepatan lagi, suasana jalanan yang sepi membuat Risa tak merasa ragu untuk mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.     

Akan tetapi salah satu dari pria itu kembali membuka jendela mobil, lalu mengeluarkan kepalanya dari dalam, dia menyodorkan sebuah senjata api.     

Benda itu bukan hanya ia gunakan untuk menggertak Risa, melainkan memang ia gunakan untuk menembak bagian ban mobil milik Risa.     

DUAR!     

Satu peluru menembus satu ban, dan Risa mulai kehilangan keseimbangan.     

Akhirnya dengan terpaksa Risa pun turun dari mobil itu.     

Kemudian mobil yang mengejar Risa pun juga turut berhenti.     

"Akhirnya, kau menyerah juga, Nona Cantik!" ujat salah seorang pria.     

Risa merasa panik, dia tidak tahu apa tujuan para pria ini sehingga sampai mengejarnya bahkan sampai nembak ban mobilnya.     

"Apa yang kalian inginkan dariku?!" tanya Risa dengan nada tinggi kepada para pria itu.     

"Ayo, ikut kami!" salah seorang pria langsung menarik tangan Risa dan membawanya masuk ke dalam mobil.     

"Hei, apa yang kalian inginkan?!" teriak Risa. Wanita itu terus meronta agar bisa terlepas dari para pria yang telah menangkapnya ini.     

"Tolong, lepaskan aku! Tolong!" pinta Risa.     

"Cepat, masuk dan diam saja! Jangan membuat masalah!" bentak salah seorang pria lagi.     

Akan tetapi Risa masih tak mau menyerah, dan dia masih terus melakukan perlawanan agar bisa terlepas.     

Sehingga membuat para pria itu marah, kemudian memukul kepala Risa.     

Duak!     

"Akh" teriak Risa, sebelum akhirnya pingsan.     

Mereka membawa Risa pergi ke suatu tempat yang jauh dari keramaian kota.     

***     

Beberapa saat kemudian Risa terbangun di sebuah ruangan yang begitu asing baginya. Ruangan yang sangat gelap dan kotor, mirip gudang.     

"Ini ruangan apa?" Risa terlihat bingung.     

"Kakiku, tanganku, kenapa terikat?"     

Lalu Risa mengingat-ingat kembali pristiwa yang baru saja ia alami sebelumnya.     

"Oh, iya! Tadi ada sekumpulan pria berbadan besar yang telah menghentikan mobilku!" ujar Risa.     

"Tapi, apa tujuan mereka?"     

Tak lama salah seorang dari pria yang menculiknya tadi keluar.     

"Selamat malam, Bu Rilsa," sapa pria itu.     

"Bahkan kau mengenal namaku?" tanya Risa.     

"Tentu saja aku mengenalmu!" sahut si Pria. "Memang ini pekerjaan kami!" imbuhnya.     

"Lepaskan, aku!" pekik Risa.     

"Maaf, kau harus menunggu sampai Bos kami tiba, Nona!" ujarnya lagi.     

"Bos? Siapa Bos-mu?" tanya Risa yang sangat penasaran.     

"Nanti kau juga akan tahu sendiri, dia adalah orang yang sudah kau tabrak kemarin," jawab si Pria.     

Risa sangat kaget saat mendengar jika mereka adalah suruhan dari orang yang telah ia tabrak kemarin.     

"Tapi bagaimana bisa?" Kedua mata Risa membulat sempurna.     

Dia tak menyangka jika pria yang kemarin ia tabrak, ternyata masih hidup, padahal dia masih ingat betul dengan luka yang menganganga dan darah yang bercucuran.     

Rasanya tidak mungkin jika pria yang tengah meregang nyawa kemarin, masih bisa menyuruh orang untuk menangkapnya seperti ini.     

Dan kalau pun Celine yang telah menyuruh para Pria Besar ini, rasanya juga tidak mungkin. Kerena Risa sempat melihat saat dia memutar balik mobilnya, Celine tengah mengejar kereta bayinya yang sedang menggelincir.     

"Tidak mungkin jika yang menyuruhmu itu, Celine, 'kan?" tanya Risa.     

"Celine? Siapa dia? Aku tidak kenal!" sahut si Pria. "Tapi percayalah, jika yang menyuruh kami itu adalah pria, bukan wanita! Dan dia akan segera datang kemari!"     

"Pria? Apa itu, Arthur?"     

"Sudahlah! Aku tidak ada waktu untuk menjelaskan semuanya kepadamu! Kau lihat saja mereka nanti!" tegas pria itu.     

Kemudian si pria pergi meninggal ruangan. Dan kini tinggalan Risa yang masih terdiam sendirian di sana.     

Dengan pikiran yang terus bertanya-tanya.     

Tak lama terdengar suara langkah kaki yang memasuki ruangan.     

"Apa jangan-jangan dia orang yang menyuruh para Preman, tadi?" ujar Risa.     

Dia semakin deg-degan dan tubuhnya terasa panas dengan pikiran yang tak tenang.     

Ceklek!     

Orang itu membuka pintu ruangan.     

"Hai, Bu Guru Risa!"     

"Masih ingat dengan saya?"     

"Pak Charles ...?"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.