Anak Angkat

Hukuman Untuk Risa



Hukuman Untuk Risa

0Risa benar-benar kaget saat melihat yang datang adalah Charles.     

Dan dia juga tidak tahu jika pria yang ia tabrak kemarin adalah Charles. Risa tidak melihat dengan teliti, karena saat kejadian wajah dan tubuh Charles dipenuhi dengan luka dan darah.     

"Bu, apa sudah ingat?" sindir Charles.     

"Pak Charles, apa yang Anda lakukan di sini?" tanya Risa.     

"Saya akan memberikan sesuatu yang pantas untuk, Bu Risa," jawab Charles seraya tersenyum.     

"Apa, maksud, Anda? Bukan saya pelakunya?" Risa mencoba menyangkal.     

"Ah, begitu ya?" Charles tersenyum dengan kedua mata yang menajam.     

"Yah, baiklah, Bu Risa, tunggu sebentar ya! Saya tidak bisa melukai Anda sekarang, karena ada orang yang jauh lebih pantas untuk melakukannya," kata Charles.     

Risa tak tahu apa yang dimaksud oleh Charles.     

'Apa orang yang dimaksud oleh, Pak Charles, itu adalah, Celine?' bicara Risa di dalam hati.     

Dan tak lama terdengar kembali langkah kaki yang menuju ruangan itu.     

Sepertinya bukan hanya satu orang saja.     

Dan benar ... ternyata mereka adalah Arumi dan juga Arthur.     

Saat memasuki ruangan, dan melihat di dalam ruangan itu ada Risa, Arthur tampak sangat terkejut.     

"Kamu?!" bentak Arthur seraya menunjuk kearah Risa.     

Nyali Risa mendadak menciut.     

"Jadi ini yang, Ayah, bilang kejutannya?" tanya Arthur kepada Charles.     

"Iya Nak! Benar!" jawab Arthur.     

"Halo, Bu Risa," sapa Arumi dengan ramah.     

"Sejak awal saya bertemu dengan, Anda, saya sudah tahu kalau Anda itu menyukai putra saya, tapi putra saya sayangnya sudah memiliki istri, jadi saya pura-pura tidak tahu saja," tutur Arumi dan nada bicaranya juga masih sangat lemah.     

Tidak telihat jika dia sedang marah atapun kesal.     

Dan tindakan Arumi berhasil membuat Risa menundukkan kepalanya, dia merasa malu.     

Rupanya dugaannya benar, dan Arumi sudah tahu bahwa sejak awal dia ingin mendapatkan Arthur.     

Pupus sudah bagi Risa untuk membuat Arumi menaruh simpati kepadanya.     

"Ah, tidak apa-apa, Bu Risa, cinta itu kadang datang di saat yang tidak tepat. Tapi cinta itu adalah hal yang lumrah, hanya saja apa yang Anda lakukan itu tidak benar," ucap Arumi lagi.     

Kemudian Arumi mereba lembut, bagian atas rambut Risa.     

"Saya bisa memaklumi perasaan, Bu Risa, terhadap putra saya, Arthur. Tapi karena Anda, sudah memiliki niat buruk terhadap Celine, dan cucu saya, maka saya tidak akan memaafkan, Anda," ujar Arumi.     

"Apa Ayah, dan Ibu, sudah tahu jika wanita ini memiliki niat buruk terhadap, Celine?" tanya Arthur.     

"Tentu saja Ayah tahu! Bahkan dialah orangnya yang ingin membunuh menantu dan cucuku. Untunglah aku datang tepat waktu!" ujar Charles.     

"Kau, adalah Pahlawan bagi wanita yang lemah, Sayang," puji Arumi. "Aku sangat bangga terhadapmu, Charles," imbuhnya.     

Seketika kedua mata Risa membulat sempurna saat mendengar jika Charles yang telah menyelamatkan Celine.     

Hal yang tak bisa ia cerna dengan akal sehat. Bahkan pria yang kemarin tengah meregang nyawa itu kini sudah tampak bugar, tanpa ada luka sedikitpun.     

"Jadi, kau pelakunya?!" pakik Arthur seraya menunjuk-nunjuk kearah Risa.     

"Dengar, Risa! Aku memberimu kesempatan untuk tetap hidup, karena aku ingin menepati janjiku kepada, Celine. Karena dia melarangku untuk membunuh orang! Meski seorang, Wanita Jalang, sepertimu sekalipun! Dan aku sudah memberimu kesempatan berkali-kali! Tapi kau tidak memanfaatkan kesempatanmu untuk hidup dengan baik! Kau masih mengusik kehidupan, Celine! Bahkan kau juga ingin membunuhnya!" teriak Arthur memaki Risa habis-habisan. "Kali ini tiada maaf bagimu, Risa! Aku akan menghabisimu tanpa penangguhan lagi!" tegas Arthur. Dan kali ini Arthur meraih sebuah kapak besar yang akan ia gunakan untuk menebas kepala Risa.     

Tapi Charles menghentikannya.     

"Nak, lakukan dengan penuh penghayatan, supaya lebih estetika," ujar Charles.     

'Estetika? Apa maksudnya?' bicara Risa di dalam hati.     

Risa benar-benar takut menghadapi situasi ini. Dia tidak menyangka jika keluarga Davies adalah orang-orang yang sangat menyeramkan.     

Bahkan mereka tak segan membunuh orang.     

Melihat Arthur yang hampir saja menbas lehernya dengan kapak, membuat jantung Risa seakan terlepas dari dalam dada.     

Rupanya dia benar-benar sudah menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan oleh Arthur.     

Awalnya Risa mengira jika Arthur hanya menggertaknya dengan kata-kata yang akan membunuhnya. Rupanya apa yang diucapkan Arthur itu benar adanya.     

Mereka terlihat seperti orang-orang yang benar-benar sudah mahir membunuh.     

Tidak seperti dia yang masih amatiran. Buktinya senyuman Arumi itu terlihat sangat berbeda.     

Seperti senyuman palsu yang menyimpan sebuah rahasia.     

"Kalian ingin melihatku membunuhnya dengan cara yang lebih estetika ya?" ujar Arthur dengan senyuman selengean yang menjadi ciri khasnya.     

"Baiklah, aku akan melakukan itu, Ayah, Ibu," ujarnya lagi.     

Dan Arthur mulai mengangkat kapaknya. Dia hendak mendaratkan benda tajam itu ke bagian kepala Risa. Wanita itu tak berani memandangnya, dia memejamkan matanya. Dan dia hanya bisa pasrah tanpa bisa melawan.     

Crok!     

Kapak itu malah mendarat di tembok. Risa kembali membuka matanya.     

Dia merasa lega, dan kali ini dia benar- benar yakin jika Arthur dan yang lainnya itu hanya menggertak saja.     

Ini mungkin sudah menjadi rencana mereka untuk menakut-nakuti Risa, agar Risa merasa kapok dan tidak lagi berani mengusik Celine.     

Setidaknya itulah yang ada di dalam pikiran Risa.     

Setelah keadaan sedikit tenang. Arthur kembali mengangkat kapaknya. Dan kali ini kapak itu benar-benar mendarat di tubuh Risa, tapi bukan di bagian kepala, melainkan di bagian kaki sebelah kiri Risa.     

Crok!     

"AKHHHH!!" teriak Risa terdengar menggema, gadis itu menggeliat di atas kursi. Darah segar bercucuran.     

Dia tak percaya beberapa jari-jarinya telah terlepas dari kakinya.     

"AKH! KAKIKU!"     

"KAKIKU! KAU BENAR-BENAR KEJAM, ARTHUR!"     

"AH, SAKIT ...!" teriaknya tiada henti.     

Risa menangis histeris, sementara Arthur dan yang lainnya malah menertawakannya.     

Sudah lama Arthur tidak berpesta dengan keluarganya seperti ini.     

Mungkin kalau Risa sudah pergi menjauh maka dia tidak akan melakukan hal ini lagi.     

Dan Arthur pasti akan menuruti perintah Celine untuk tidak membunuh orang lagi.     

Tapi keadaannya yang membuat semua berubah, karena sikap Risa seakan mengundangnya untuk melakukan tindakan yang sengaja ia jauhi.     

"Ayo, Nak! Lakukan yang lebih menyakitkan lagi" suruh Charles. "Benar, Sayang! Ayo lakukan yang lebih kejam lagi! Kami menikmati ekspresi sedihnya itu. Benar- benar sebuah ekspresi yang memiliki nilai seni yang cukup tinggi!" ujar Arumi.     

"Baiklah, Ayah! Ibu! Lihatlah, ini!" triak Arthur searaya mengayunkan kapaknya lagi.     

Crok!     

"AKH!" Risa kemabali meraung kesakitan saat kapak mendarat di kaki yang satunya lagi.     

"HENTIKAN, ARTHUR! AKU MOHON HENTIKAN! AKU MINTA MAAF!" ujar Risa dengan nada tinggi.     

"Kau, ingin memesan di bagian lagi?" ledek Arthur.     

"Tolong hentikan, Arthur ...,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.