Anak Angkat

Saling Melengkapi



Saling Melengkapi

0Arthur membantu sang istri untuk mengemasi seluruh barang-barang mereka.     

"Celine, lihat pada, Langit, dia sedang menangis! Ayo tenangkan dulu!" suruh Arthur. "Biar aku yang mengemasi barang-barangnya, tinggal sedikit lagi!" ujarnya.     

"Baiklah!" Sahut Celine seraya meraih putranya dan menggendongnya agar terdiam.     

"Sayang, kamu pasti haus ya," Sambil menyusui sang putra, Celine duduk di atas kasur. Netranya memandang Arthur yang tengah sibuk mengemasi barang-barang.     

Dari situ Celine mulai menyadari, apa yang sudah ia lakukan kepada Arthur tadi.     

Padahal suaminya itu tengah berusaha menjadi pasangan yang terbaik bagi Celine. Dan rela melakukan apa pun demi keselamatan keluarga kecilnya.     

Dia memang bukan orang baik sejak lahir. Akan tetapi setidaknya Arthur telah berusaha memperbaiki hidupnya.     

Walau ini terlihat mustahil.     

Sejujurnya Celine juga masih tidak. Yakin, jika Arthur, benar-benar bisa berubah seperti manusia pada umumnya.     

Buktinya saja, dia baru mengungkari janjinya.     

Meski begitu, Celine masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa Arthur benar-benar akan menjadi manusia yang senagaimana mestinya.     

Hanya saja Arthur itu butuh waktu, merubah sesuatu yang menjadi bagian dari hidupnya bukanlah hal yang mudah.     

Membunuh sudah menjadi tradisi dalam keluarga ini.     

Sejak kecil Arthur sudah dilatih untuk melakukan apa yang selalu orang tuanya lakukan.     

Dia tumbuh menjadi pria yang sadis dengan kelakukan aneh. Namun saat bertemu dengan Celine Arthur menjadi pria yang sangat berbeda.     

Celine tahu bahwa di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan Celine pun juga merasa bahwa dia bukanlah wanita yang sempurna. Hanya saja, segala kekurangannya dapat dilengkapi dengan keberadaan Arthur. Begitu pula sebaliknya.     

Tuhan mempertemukan dia dengan Arthur karena sebuah rencana, yang artinya pasti ada sisi baik dalam takdir ini. Yaitu saling melengkapi, hingga mereka terlihat sempurna.     

Dia teringat dengan perkataan David dan Mesya pada waktu itu. Bahwa dialah satu-satunya orang yang bisa mengubah Arthur menjadi lebih baik. Dan hanya dialah satu-satunya orang yang bisa menuntun Arthur pada jalan yang benar.     

Kini Celine merasa yakin dengan dirinya sendiri. Bahwa dia pasti akan berhasil membuat Arthur menjadi manusia normal. Dan meninggalkan keluarganya yang sangat menyeramkan ini.     

Setelah Langit, mulai kenyang dan memejamkan matanya, Celine pun menaruh bayi mungil itu di atas kasur.     

Kemudian Celine menghampiri Arthur.     

"Arthur," Dia memeluk tubuh Arthur dari belakang.     

"Ada apa, Celine?" Arthur berhenti sejenak. Lalu memegang tangan Celine yang sedang melingkar di perutnya.     

"Maafkan aku, ya," ujar Celine pada Arthur.     

"Maaf? kau minta maaf untuk apa?" tanya Arthur. "Kamu itu tidak salah apa-apa, Celine," ujarnya.     

"Aku salah Arthur. Karena aku tadi di sudah membentakmu. Harusnya sebagai istri yang baik aku tidak melalukan itu," ujar Celine.     

Arthur tersenyum mendengar ucapan Celine.     

Ternyata hati Celine itu sangatlah lembut. Walau di luar terlihat sangat kasar. Tapi di dalamnya sangat lembut dan manis.     

Arthur menoleh ke belakang.     

"Celine, kamu tidak salah, dan aku yang salah. Kalau kamu berbicara sekasar tadi pun, adalah hal yang sangat wajar. Karena aku memang keterlaluan!" tutur Arthur.     

Celine tersenyum, dan sorot matanya begitu dalam menatap Arthur.     

"Arthur, aku akan sabar mendampimgimu. Apa pun yang terjadi aku tetap akan menerimamu apa adanya. Tapi dengan catataan kau tetap mau berubah, Arthur," ujar Celine.     

Lalu Arthur pun menggengam kedua tangan Celine dan berbicara dengan sungguh-sungguh.     

"Celine, sejak awal aku memutuskan untuk menikah denganmu. Aku sudah bersungguh-sungguh untuk berubah. Walau aku merasa sangat kesulitan, tapi ... aku tak peduli. Yang terpenting aku bisa melihatmu tersenyum," ucap Arthur.     

Kini Celine yang dibuat meleleh oleh ucapan Arthur.     

Cinta memang bisa mengubah segelanya. Termasuk sifat seseorang.     

Arthur yang dulu tak punya hati dan membunuh orang dengan mudah serta tanpa rasa bersalah, kini menjadi pria yang lembut dan selalu melindunginya. Meski terkadang Arthur melindunginya dengan cara yang salah.     

"Percayalah, aku akan setia menunggumu sampai benar-benar berubah dengan sempurna," ujar Celine. Lalu Arthur pun membalas ucapan Celine.     

"Aku juga berjanji akan berusaha dengan sekuat tenaga, agar aku bisa berubah menjadi manusia normal dengan sempurna," ucap Arthur.     

Keduanya saling tersenyum. Netra mereka saling bertemu. Seperti tengah berjanjian, mereka memejam secara bersamaan dengan wajah yang kian mendekat.     

Bibir saling bertemu, kemudian saling mengecup dan menggulum penuh perasaan.     

Ciuman itu sebagai pembuka saat hasrat keduanya saling memuncak.     

Dan ciuman itu berahir pada sebuah ranjang empuk yang menjadi saksi cinta mereka.     

*****     

Beberapa jam kemudian.     

"Akhirnya, sampai juga di rumah kita sendiri," ujar Celine dengan senyuman lega.     

"Iya, Sayang. Inilah tempat terbaik bagi kita," ujar Arthur.     

"Aku rasa bukan, Arthur," sahut Celine.     

"Maksudnya?" tanya Arthur.     

"Yah, aku merasa kita juga tidak boleh terlalu lama tinggal di sini, Arthur," jawab Celine.     

"Memangnya kenapa?" tanya Arthur. "Bukankah sejak dulu aku sudah mengajakmu untuk pindah? Tapi kamu malah menolaknya, 'kan?"     

"Iya, Arthur. Maaf ... aku memang tidak ingin pindah sejak awal. Kerena aku tidak mau beradaptasi lagi. Dan aku juga mengira jika keluarga Davies itu tidak semenyeramkan ini," tutur Celine. Kemudian Celine kembali melanjutkan ucapannya.     

"Dan, setelah aku tahu semuanya, aku merasa tak nyaman tinggal di rumah ini. Kerena mereka bisa saja datang semau mereka. Terlepas niat mereka baik kepada kita, tapi aku tetap masih takut. Dan aku merasa jika menjauh seperti Mesya, dan Kak David, itu pilihan yang lebih baik," ujar Celine.     

Arthur menghela nafas sesaat. Kemudain dia menganggukkan kepalanya. Pertanda jika dia sudah menyetujui permintaan istrinya.     

"Baiklah, nanti aku akan mencari tempat tinggal baru di luar kota. Bila perlu aku akan bertanya kepada, Kak David, dan Mesya," ujar Arthur.     

"Benarkah?" Celine terlihat begitu antusias mendengarnya.     

"Kau akan mencari tempat tinggal baru untuk kita?" tanya Celine memastikan.     

Arthur tersenyum seraya mengelus rambut istrinya.     

"Iya, Sayang, aku akan melakukan apa pun demi kamu."     

"Terima kasih, Sayang. Aku beruntung memilki suami sepertimu," Celine mengecup wajah Arthur.     

"Justeru aku yang beruntung karena telah mendapatkan istri seperti dirimu, Celine,"     

Rumah ini memang tidak semewah kediaman keluarga Davies.     

Akan tetapi, Celine jauh lebih nyaman tinggal di rumah ini.     

Di banding tinggal di rumah mewah, tapi harus melihat daging manusia di atas meja makan setiap hari.     

Kini Celine, dapat merasakan apa yang di rasakan oleh Mesya selama ini.     

Dia dapat memahami betapa sulitnya menjadi Mesya dulu.     

Pantas saja Mesya selalu bermimpi untuk segera meninggalkan rumah mewah bak istana itu.     

Dan memilih tinggal di luar kota serta memulai hidup baru mereka dari nol.     

Dan mungkin Celine dan Arthur pun juga akan mengikuti jejak Mesya dan David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.