Anak Angkat

Kedatangan Sang Mertua



Kedatangan Sang Mertua

0Arumi dan Charles merasa heran dengan kepergian Celine serta Arthur yang secara tiba-tiba itu.     

Bahkan kedua orang itu pergi tanpa pamit sama sekali. Yang tentu saja hal ini membuat Arumi merasa tersinggung.     

"Charles, ayo kita datangi saja rumah mereka! Aku tidak terima mereka meninggalkan kita begitu saja!" ujar Arumi. "Aku ingin dengar apa alasan mereka, yang tiba-tiba pergi dari rumah kita!" imbuhnya yang penuh amarah.     

"Sayang, kau boleh marah atas perbuat mereka di depanku. Tapi ingat ya, kau tidak boleh marah di depan mereka," ujar Charles.     

"Iya, tapi aku kesal, Charles! Mereka itu tidak menghargaiku!" sahut Arumi.     

"Aku tahu Sayang, tapi kau harus menahan amarahmu demi kebaikan," Charles mengusap-usap pundak istrinya.     

Berharap sang istri bisa tenang.     

"Bagaimana pun juga, kita ini harus bersikap baik, Sayang, kalau kita marah dan memaki mereka! Maka mereka akan semakin menjauh dari kita!" ujar Charles. "Ingat, Arumi, kita masih membutuhkan bayi mereka,"     

Kalimat Charles yang trakhir itulah, yang mampu membuat Arumi sedikit tenang.     

Emosinya mendadak redam.     

Karena memang itulah tujuan utama mereka mendekati Celine dan Arthur.     

Apalagi bulan purnama juga sebentar lagi akan tiba.     

"Kau benar, Charles. Aku harus lebih tenang lagi saat berhadapan dengan kedua, Anak Nakal, itu," ujar Arumi     

"Huft ... hanya saja, aku masih tidak habis  pikir kenapa putra kita yang selalu aku banggakan itu bisa berubah? Padahal Arthur, adalah satu-satunya anak kita yang paling ambisius, dan ingin mewarisi kekuatan yang kita miliki," pungkas Arumi.     

"Iya, Sayang, kau benar. Aku juga merasakan perbedaan yang sangat mencolok dari sifat, Arthur,"   imbuh Charles.     

"Aku yakin, Charles, semua itu karena  Celine. Wanita lemah itu nyatanya telah berhasil mengubah sifat alami dari putra kita!" ujar Arumi.     

"Aku juga sudah tahu dengan hal itu, tapi seperti yang kubilang tadi, Arumi kau masih tetap harus menjaga sikapmu. Kau harus tetap sabar, agar wanita itu tidak menjauh dari kita!" kata Charles.     

"Iya, Charles! Aku tahu. Begitu aku sudah mengambil putra mereka, maka  aku akan menghabisi wanita itu secara tragis!" ujar Arumi penuh ambisi. Kini bibirnya menyeringai dengan sorot mata yang penuh dendam.     

*****     

Kemudian mereka melanjutkan makan siang.     

Meja makan terlihat sangat sepi, biasanya selalu ramai. Sekarang tak ada lagi Arthur, David, dan juga Mesya.     

Mereka sudah pergi. Terkadang hal inilah yang membuat Arumi merasa bersedih.     

Bahkan keberadaan Lizzy, tak mengubah keadaan ruang makan menjadi semakin ramai.     

Kerena Lizzy lebih sering terdiam. Bahkan wajah gadis itu selalu murung.     

Alih-alih bahagia dengan kehidupan barunya bersama kedua orang tuanya, tapi Lizzy malah merasa kesepian hidup seperti ini.     

Dan keadaan di dalam rumah ini, tidaklah baik, ibunya juga jarang mengajak Lizzy berbicara.     

Sementara Lizzy sendiri, takut ibunya akan marah apabila salah berprilaku. Sehinga sebisa mungkin Lizzy terus menjaga sikapnya.     

Kepergian Arthur, dan David, serta Mesya, membuat Lizzy semakin kehilangan percaya diri.     

"Lizzy, kenapa kamu diam  saja? Ayo habiskan manakananmu!" suruh Arumi.     

"Baik, Ibu," sahut Lizzy.     

"Nak, kenapa akhir-akhir ini, kau lebih sering terdiam?" tanya Charles.     

"Lizzy ... hanya, tidak mau     

... salah bicara, Ayah," sahut Lizzy dengan penuh keraguan. Dan tentunya dengan rasa takut kepada sang Ibu.     

"Lizzy, kau boleh berbicara sesuka hatimu, tapi tolonglah, tetap bersikap dewasa seperti usiamu!" bentak Arumi.     

"Baiklah, Bu," sahut Lizzy seraya menundukkan kepalnya.     

Kemudian Charles berbisik di telinga Arumi.     

"Sayang, kau tidak boleh kasar terhadap  putri kita ini. Dia itu masih tahap adaptasi, Sayang," lirih Charles.     

"Tapi aku tidak suka dengan sikapnya, Charles!" sahut Arumi dengan ketus.     

Sedangkan Lizzy masih menundukkan kepalanya.     

"Iya, aku tahu! Tapi ini adalah tugasmu, Sayang, kau yang harusnya mengubah dia menjadi gadis sebagaimana mestinya. Kau harus tetap sabar, bagaiamana pun dia adalah putri tercinta kita," tutur Charles.     

Kemudian Arumi melirik kearah putrinya yang masih menundukkan kepalanya, Lizzy seakan tak kuat walau sekedar mengangkat kepalanya  sendiri.     

Arumi memikirkan baik-baik apa yang dikatakan oleh Charles tadi.     

Bagaiamana pun, selama bertahun-tahun dia selalu memikirkan Lizzy, bahkan tak jarang Arumi menangis kerena teringat dengan putrinya yang menghilang.     

Bahkan mengira jika Lizzy sudah mati. Dan saat Arumi baru mengetahui sebuah kenyataan bahwa putrinya masih hidup, Atumi merasa sangat bahagia sekali. Tapi ternyata kebahagian itu tak berlangsung lama. Sikap Arumi berubah saat mengetahui kekurangan Lizzy. Bahkan Arumi mulai membenci Lizzy. Padahal Lizzy itu tidak  salah apa-apa! Semua ini gara-gara Wijaya yang dulu sudah memberikan jiwa Lizzy kepada Iblis. Sehingga Lizzy tidak tumbuh dewasa dengan sempurna, melainkan hanya fisiknya saja yang terlihat dewasa, tapi sikap dan pikirannya tidak.     

Oleh karena itulah, harusnya Arumi lebih memikirkan kesembuhan Lizzy, dia harus mendampingi Lizzy, hingga Lizzy tumbuh dewasa dengan baik.     

Bukan malah mengabaikannya seperti ini.     

Dan benar apa kata Charles, bahwa dia harus mendukung Lizzy agar semua bisa beberubah sebagai mana mestinya.     

Kemudian dia mendekati Lizzy.     

"Lizzy, Sayang," tanya Arumi.     

"Ayo angkat wajahmu, Nak! Jangan takut. Kenapa kau tidak mau menatap wajah, Ibu?" tanya Arumi seraya memegang wajah Lizzy.     

"Ibu, sebenarnya aku ...." Dengan pelan Lizzy mengangkat wajahnya.     

"Ibu, apa Ibu, tidak akan memarahiku lagi?" tanya Lizzy.     

"Tentu saja tidak, Sayang," jawab Arumi. "Mulai sekarang, Ibu, berjanji tidak akan memarahimu," ujar Arumi seraya tersenyum, dia mengelus rambut Lizzy.     

Meski sang Ibu sudah bersikap sangat baik kepadanya, tapi Lizzy mesin merasa takut.     

"Seperti yang Ibu bilang kepadamu, Nak? Kau harus berprilaku sesuai dengan umurmu. Jangan bertingkah seperti anak kecil, dan Ibu juga tahu itu hal yang sulit. Tapi dengan sabar Ibu akan membantumu," ujar Arumi.     

"Apa kau mengerti?" tanya Arumi sekali lagi.     

"Iya, aku mengerti, Bu," Lizzy menganggukkan kepalaya.     

Kemudian mereka kembali fokus pada piring masing-masing, melanjutkan makan siang mereka.     

Setelah itu Arumi dan Charles bergegas menuju rumah Arthur dan Celine.     

Tak lupa mereka membawa beberapa buah tangan yang akan mereka berikan kepada Langit.     

*****     

Tok! Tok! Tok!     

Charles mengetuk pintu rumah Arthur.     

"Apa mereka tidak ada di rumah?" ujar Charles.     

"Entalah, coba ketuk pintunya lagi, Sayang," suruh Arumi.     

Tok tok!     

Ceklek!     

Celine membuka pintunya, dan kedua matanya membulat sempurna saat melihat kehadiran sang mertua.     

"Ayah, Ibu, kalian mau apa?" tanya Celine dengan raut wajah yang ketakutan.     

"Tentu saja kami datang untuk menengok, cucu, dan anak-anak, kami," sahut Arumi seraya tersenyum ramah.     

"Ibumu benar, Nak, apa kau tidak ingin membiarkan kami masuk?" ujar Charles.     

Dan dengan terpaksa Celine mempersilakan mereka masuk.     

Sebenarnya dia sangat takut kepada dua orang yang ada di hadapannya ini. Terlebih Arthur sedang tidak ada di rumah.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.