Anak Angkat

Arti Bahagia



Arti Bahagia

0Selama tinggal di kota ini David memang belum sempat menemui Salsa. Dia mengetahui jika Salsa memiliki kedai di tempat ini sejak dulu, saat ia sedang ditugaskan oleh keluarganya untuk urusan bisnis. Bahkan saat itu dia masih mempekerjakan wanita yang bernama Selena, hingga akhirnya Selena tewas karena keserakahannya sendiri.     

Selain itu Selena juga pernah melabrak Salsa, karena mengira jika Salsa dan David itu memiliki hubungan sepesial.     

Sebenarnya beberapa hari yang lalu David, sempat melihat Salsa yang tengah berjualan di kedai ini. Hanya saja David tak sempat menyapa. Meski begitu dia senang karena Salsa belum pindah dari tempat jualanya, justeru sekarang kedai ini semakin ramai saja. Walau tempatnya tak semewah restoran.     

"Sudah, pelukannya! Apa kalian tidak capek menangis sambil berdiri begitu?" sindir David.     

Tapi kedua wanita itu tidak peduli.     

Mereka masih ingin melepaskan rindu. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu.     

Dan tak lama datang sesosok pria tampan dengan perawakan tinggi besar menghampiri mereka.     

Dia tampak heran melihat Salsa yang sedang berpelukan dengan seorang wanita.     

"Sayang, mereka itu siapa?" tanya Pria itu kepada Salsa.     

Kemudian Salsa menoleh kearah pria itu.     

"Delon, sini, Sayang!" panggil Salsa, lalu pria itu mendekat.     

"Hei, kenalkan ini, sumiku!" ujar Salsa seraya menggengam tangan si pria, kemudian dia merangkul suaminya dengan ekspresi bangga.     

"Kak Salsa, sudah menikah?" tanya Mesya. Dia agak kaget mendengarnya.     

"Iya, dan ini suamiku. Namanya, Delon," ujar Salsa.     

Mesya langsung mengulurkan tangan kearah pria itu, dan di lanjutkan oleh David.     

"Halo, salam kenal, aku Delon, suaminya, Salsa," ujarnya.     

"Eh, yasudah ayo duduk. Aku akan membuatkan kalian makanan yang enak," ujar Salsa. Kemudian mereka semua pun duduk.     

David dan Mesya mulai mengobrol dan bertanya-tanya kepada Delon.     

"Kak Delon, sudah lama ya menikah dengan, Kak Salsa?" tanya Mesya.     

"Emm ... kami baru menikah selama dua bulan," jawab Delon.     

"Wah ternyata hampir sama dengan kami, kami juga belum lama ini menikah. Yah, kurang lebihnya baru dua bulan," ujar Mesya.     

Lalu Salsa pun menimbrung pembicaraan mereka, seraya meletakkan Empat gelas es teh manis di atas meja.     

"Apa! Kalian sudah menikah?" tanya Salsa dengan ekspresi kagetnya. Kemudian wanita itu pun ikut duduk.     

"Aku tidak salah dengar, 'kan?" tanya Salsa lagi untuk memastikan.     

"Tidak, Salsa! Kamu tidak salah dengar, kami benar-benar sudah menikah!" tegas David.     

"Oh, Astaga! Ternyata jodoh itu benar-benar tak terduga ya? Seperti aku, dan, Delon!" ujar Salsa seraya menoleh kearah Delon.     

"Benar, 'kan, Sayang?"     

Delon pun menganggukkan kepalanya.     

"Iya, jadi aku dan Salsa, itu sebelumnya sudah pernah bertemu. Dulu saat masih kecil Salsa pernah berkunjung ke rumah neneknya, dan di sana kami saling berkenalan. Setelah itu kami berpisah hingga bertahun-tahun, karena Salsa tinggal di Jakarta. Dan hal yang tak terduga, ternyata kami di pertemuan kembali. Saat aku sedang mengantarkan ibuku membeli makanan di kedai ini. Yah, awalnya aku sangat kaget. Tapi setelahnya kami malah semakin akrab hingga akhirnya menikah. " Tutur Delon, menjelaskan dengan detail perjalanan cintanya dengan Salsa. Mesya dan David tampak sangat khusuk mendengarkan cerita Delon.     

Salsa pun tersenyum seraya mengusap rambut suaminya.     

"Aku sangat beruntung, bisa bertemu dengan Delon, yah setidaknya aku tidak perlu mengejar-ngejarnya!" ujar Salsa dengan nada bercanda.     

David pun merasa tersinggung. "Apa kamu menyindirku?" tanya David pada Salsa.     

"Haha! David, David! Aku ini hanya bercanda! Tolong tangan diamabil hati!" ucap Salsa.     

"Kalau cerita kalian bagaimana?" tanya Salsa pada Mesya dan David.     

"Maksudnya" tanya David yang masih kurang paham. "Bagaimana kalian akhirnya bisa menikah, dan bisa berada di tempat ini?" ucap Salsa memperjelas maksud pertanyaannya.     

Belum sempat David dan Mesya menjawab pertanyaan Salsa, tiba-tiba Delon memotong pembicaraan mereka.     

"Sayang, aku lapar ... tadi kamu bilang akan membuatkan kami makanan, kan?" rengek Delon pada Salsa. Rupanya Delon itu sosok pria yang sangat manja pada Salsa.     

"Ah, astaga! Kau benar, Sayang!" Salsa pun kembali berdiri hendak menyiapkan soto hangat untuk suami dan kedua sahabatnya itu.     

"Kak Salsa, santai saja. Kita mengobrol dulu tidak apa-apa. Aku tidak terlalu lapar, kok," ujar Mesya.     

"Ah, kamu tidak terlalu lapar, tapi suamiku ini sudah kelaparan!" sahut Salsa.     

"Haha! Begitu ya?" Mesya pun malah menertawakannaya. "Apa aku boleh membantu, Kak Salsa?" tanya Mesya.     

"Ah, tidak usah! Kalian itu tamu. Maka aku yang akan menjamu kalain dengan baik!" sahut Salsa. "Kau tunggu sebentara ya. Nanti kita mengobrol lagi sambil makan!" ujar Salsa.     

Kemudian wanita itu pun langsung pergi ke bagian dapur.     

Pertemuan mereka sudah seperti mimpi. Mereka bertemu di saat yang tepat. Dan dalam suasana yang baik pula.     

Salsa sudah hidup hahagia dengan pasangannya, begitu pun dengan Mesya, dia juga sudah hidup bahagia dengan David.     

Sudah tidak tampak sedikitpun raut cemburuan, atau raut wajah murung kerena cinta Salsa yang tak terbalas.     

Perasaan cintanya terhadap David, sudah luntur seiring berajalnanya waktu.     

Padahal dulu saat masih duduk di bangku SMA, Salsa begitu menyukai David.     

Bahkan dia sampai rela dihina sebagai Wanita Murahan, karena terus mengejar pria yang tak pernah mencintainya.     

Dan kini dia sudah mendapatkan pria yang benar-benar mencintainya dengan tulus, dan pria yang membuat perasaan Salsa terhadap David hilang untuk selama-lamanya.     

"Hai, ini dia! Makanan sudah siap!" ujar Salsa.     

"Wah, sepertinya sangat enak!" tanggap Mesya yang antusias.     

"Tentu saja enak! Kedai Soto ini sudah cukup terkenal di daerah ini lo!" ujar David.     

"Yang benar?!" tanya Mesya.     

"Ya benarlah! Memangnya kamu tidak melihat pelanggan sampai mengantri begitu? Sementara Penjualnya malah asyik mengobrol dengan kita!" ledek David.     

"Tenang saja, kami memiiki satu Pekerja untuk membantu kami melayani para, Pembeli," sambung Delon.     

Hari itu terasa berarti bagi Mesya dan yang lainnya. Terutama bagi David.     

Semenjak meninggalkan keluarga Davies, Devid juga terlihat berbeda.     

Dia menjadi sosok yang ceria dan sedikit humoris. Tidak seperti David yang dulu. Selalu murung diam, dan terkesan dingin.     

Kini sudah tidak ada kekangan yang membuat David terbebani.     

Meski hidup mereka tidak semewah saat berada di kediaman Keluarga Davies, tapi sekarang mereka merasa lebih tenang, serta jauh lebih bahagia di bandingkan dulu.     

Memang uang dan kemewahan, tidak menjamin kebahagiaan bagi David dan Mesya.     

Justeru mereka merasakan indahnya perjuangan memulai usaha dari nol. Secara bersama-sama dan saling memahami.     

Kini mereka dapat merasakan arti perjuangan hidup. Serta arti sebuah senyum yang tulus dari perjalanan yang telah mereka lewati.     

"Eh, kalian mau tambah lagi enggak?" tanya Salsa.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.