Anak Angkat

Makna Kata Dewasa



Makna Kata Dewasa

0Lizzy berjalan gontai memasuki mobil.     

Sementara Charles dan Arumi masing-masing membawa kantung plastik  hitam berisi daging manusia.     

Mereka tampak tertatih berjalan menuju mobil.     

Mereka memasukkan plastik-plastik itu ke dalam bagasi mobil.     

Setelah itu Charles kembali mengemudikan mobilnya. Dan mereka beranjak pulang.     

Sepanjang perjalanan, Lizzy hanya duduk terdiam dengan wajah  yang pucat.     

Kejadian tadi benar-benar mengusik pikirannya.     

Dia tidak tahu harus berbuat apa selanjutnya?     

Dia tetap akan menjadi gadis yang disukai oleh kedua orang tuanya?     

Atau menjadi gadis yang menginginkan kebebasan seperti Mesya?     

Semua terasa membingungkan bagi Lizzy. Dia baru menyadari jika keluarganya sudah membesarkan dirinya dengan cara yang salah. Bahkan dia juga baru tahu jika sejak kecil dia sudah mengonsumsi daging manusia setiap harinya.     

Dulu sebelum Lizzy diculik oleh Wijaya, seingatnya memang dipaksa oleh sang Ibu untuk memakan masakannya.     

Kalau sehari saja ia tidak  memakan daging-daging itu, maka Arumi akan menarik tangannya dengan kasar, dan akan memarahi Lizzy untuk segara menghabiskan makanannya.     

Dan apabila yang tidak memakan Arthur atau David, maka Charles akan membawa mereka masuk ke dalam ruang rahasia. Dan sekeluarnya mereka dari ruang rahasia, maka wajah mereka akan babak belur seperti baru dipukuli.     

Saat itu Lizzy tidak tahu apa yang telah orang tuanya lakukan di dalam sana, sehingga tubuh  para kakak-kakaknya sampai seperti ini.     

Lizzy pernah berinisiatif untuk bertanya kepada David, akan tetapi David tidak menjawabnya. Justru dia maalah menyuruh Lizzy untuk diam saja dan tidak membahas hal ini.     

Dan apa yang dilakukan orang tuanya kepada kakak-kakaknya di dalam ruang rahasia itu masih menjadi teka-teki bagi Lizzy.     

Dia tidak tahu apa-apa akan keluarganya.     

Kerena dia sendiri tidak pernah  di hajar oleh mereka, Lizzy hanya di beri hukuman ringan saja, seperti diocehi, atau berdiri di sudut tembok.  Tidak seperti para anak lelaki yang akan  mendapatkan hukuman berat apa bila tidak menurut.     

***     

Perasan Lizzy mulai bercampur aduk.     

Dia sudah tak sabar untuk segera sampai di rumah dan segera menghubungi Arthur.     

Saat ini hanya Arthur lah satu-satunya saudara yang paling dekat dengannya.     

Lizzy tidak memiliki nomor kontak David atau pun, Mesya.     

Lizzy hanya ingin mengatakan kejadian ini kepada Arthur. Dan ingin mendapatkan solusi yang baik atas segala persoalan yang tengah ia hadapi ini.     

Sekarang yang bisa menenangkan dirinya hanya Arthur, bukan ibunya atau ayahnya. Oleh kerena itulah, timbul niatan Lizzy untuk tinggal bersama kakaknya saja ketimbang tinggal bersama dengan orang tuanya.     

***     

"Sayang, kenapa diam saja? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Arumi pada Lizzy.     

Tapi Lizzy masih diam saja, tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya.     

"Lizzy, Ibu sedang bertanya? Kenapa kamu diam saja?"     

"Ingat, Lizzy, sebelumya kamu yang paling bersemangat untuk ikut bersama kami, lalu kenapa sekarang kamu menjadi diam?" tanya Arumi yang secara beruntun.     

Dan Lizzy pun masih juga tak berkata sedikitpun.     

Kini Arumi mulai kesal.     

"Apa sampai di sini saja keberanianmu?" sendirnya pada Lizzy. "Kau tidak boleh melakukan itu? Bukankah, kau sendiri yang ingin menjadi seperti, Mesya!" tanya Arumi senga raib wajah yang pebuh emosi.     

Mendengar kata 'Mesya' yang telah di sebut, Lizzy pun langsung mengangkat wajahnya.     

"Jangan bawa-bawa, Mesya, Bu! Aku tahu jika apa yang Ibu katakan tentang itu, bohong, 'kan?" sahut Lizzy dengan nada tinggi.     

Arumi cukup kaget mendengar keberanian Lizzy.     

"Bahkan kau berani membentak, Ibumu sendiri, Lizzy!?" hardik Arumi.     

"Maaf, Bu, tapi aku hanya mengatakan apa adanya saja," ujar Lizzy dengan raut wajah ketakutan, tapi Lizzy tetap berusaha memberanikan diri untuk menatap wajah sang Ibu.     

"Bu, aku tahu Ibu, sedang berbohong! Ibu bilang kalau Mesya itu gadis pemberani dan diam-diam dia sering membunuh orang, tapi kenyatannya tidak, 'kan, Bu?"  tanya Lizzy     

Arumi pun langsung mengangkat dagunya lebih tinggi lagi, dia benar-benar sangat marah.     

"Kau berani melawan Ibu, Lizzy?" tanya Arumi.     

"Maaf, Ibu, tapi aku—" Arumi memotong ucapan Lizzy.     

"Sekarang kau sudah terlihat jauh lebih dewasa, ya? Bahkan nada bicaramu juga tidak seperti anak kecil lagi! Tapi sayangnya aku tidak suka dengan, Gadis Pemberontak!" tegas Arumi.     

"Maafkan, aku, Bu ...," Lizzy menundukkan kepalanya.     

Tetapi Arumi sudah terlanjur murka, dia tidak terima dengan perlakuan Lizzy tadi.     

Meski dia sudah pernah berjanji sebelumnya, bahwa dia tidak akan marah lagi kepada Lizzy. Nyatanya hari ini emosinya kembali tersulut.     

Melihat anak dan istrinya yang tangah bersitegang, Charles berusaha menenangkan mereka.     

"Sudahlah ... kalian jangan bertengkar lagi, ini sudah malam. Dan waktunya untuk pulang," kata Charles.     

"Tapi, putrimu ini sudah keterlaluan, Charles!" bentak Arumi.     

"Iya, aku tahu, tapi biarkan saja, Sayang ... dia itu baru saja belajar, mungkin dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi," ujar Charles.     

"Kalau dia membutuhkan waktu untuk beradaptasi, setidaknya dia harus bisa lebih sopan kepada ibunya sendiri, Charles!"     

"Sayang, berapa kali aku bicaara kepadamu, bahwa kau itu harus bersabar, Arumi,"     

"Tapi—"     

Ckit!     

Charles sampai menghentikan mobilnya demi bisa menenangkan hati sang Istri yang tengah emosi.     

"Ayo lah, tunjukan seorang Arumi yang aku kenal, wanita cantik dan anggun serta pandai menjaga sikap," rayu Charles.     

"Charles, selalu saja kau merayuku di saat aku sedang kesal," kata Arumi.     

"Ya karena aku tidak mau melihat istriku yang cantik ini marah-marah. Hal itu bisa mengurangi kecantikannmu, Sayang,"     

"Tapi—"     

"Arumi, biarkan Lizzy beradaptasi dulu, dia itu sedang belajar, Sayang ...."     

Meski sang Istri terus menyangkal ucapan Charles, tapi pria itu tak menyerah untuk membuat Arumi menahan amarahnya.     

***     

Kini Arumi sedikit merasa tenang setelah mendengar wejangan dari Charles. Memang salama ini hanya Charles lah satu-satunya orang yang ucapannya selalu Arumi dengar, bahkan pria itu sudah seperti obat penenang bagi Arumi.     

Kemudian Charles pun kembali melajukan mobilnya.     

Dan kini suasana dalam mobil itu tampak hening. Arumi masih terlihat sinis dan seolah enggan menatap wajah Lizzy.     

Lain halnya dengan gadis itu yang berkali-kali melirik kearah sang Ibu, berharap, ada senyum, atau paling tidak kata-kata lembut Arumi kembali menyapanya.     

Mobil pun berhenti tepat di depan gerbang rumah mereka.     

Arumi memasang wajah kesal di hadapan Lizzy. Dia turun duluan dan membantu Charles membawa kantung-kantung kreseknya.     

Lagi-lagi Lizzy turun paling belakang.     

Dia kembali terabaikan. Padahal belum lama ini dia mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya, terutama dari Arumi. Tetapi kini dia kembali diabaikan lagi.     

Pupus sudah harapan Lizzy untuk menjadi putri kesayangan Arumi.     

Justeru sebaliknya, kini Arumi malah semakin membencinya     

Tetapi Lizzy tidak peduli lagi setelah melihat kejadian tadi. Dia yakin hidupnya akan lebih baik apa bila menjauh dari orang tuanya.     

Lizzy merasa jika mereka hanya memanfaatkan dirinya untuk menjadi gadis penurut yang bisa ia perintah apapun. Termasuk untuk membunuh orang.     

Dia lebih baik pergi meninggalkan tempat ini, dan tinggal bersama Arthur atau David.     

Mungkin di sana dia akan merasa lebih nyaman.     

***     

Sesampainya di dalam kamar, Lizzy mulai membuka ponselnya.     

Dia langsung melakukan panggilan ke nomor Arthur.     

Beberapa detik kemudian panggilan tersambung.     

"Halo, Kak Arthur,"     

[Iya, ada apa, Lizzy?]     

"Kak, aku ingin berbicara suatu hal kepada, Kakak,"     

[Baiklah, katakan saja, Lizzy!]     

"Kak, aku baru saja membunuh orang,"     

[Membunuh, orang?!]     

"Iya, Kak! Aku takut. Ibu dan Ayah, menginginkanku untuk membunuh orang lebih banyak lagi! Bukankah membunuh orang itu salah, ya?"     

Sejenak Arthur terdiam untung beberapa saat.     

"Kak Arthur, kenpa diam? Membunuh orang itu tidak baik, 'kan, Kak?" tanya Lizzy.     

[Eh, tentu saja tidak, Lizzy!] jawab Arthur setengah kaget.     

Pertanyaan Lizzy tadi membuat Arthur merasa menyesal akan perbuatannya yang dulu.     

Bukan hanya hitungan jari orang yang telah ia bunuh, tapi ada banyak sekali.     

Bahkan kalau untuk mengingat satu per satu para korbannya, Arthur sudah tak sanggup. Dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menebus semua perbuatan kejihnya itu.     

Kini Lizzy malah bercerita soal ini, yang tentunya semakin membuka memorinya yang ipenuhi dengan dosa-dosanya.     

"Kak, aku ingin meninggalkan rumah ini, aku ingin ikut, Kak Arthur dan Kak Celine," ujar Lizzy.     

[Apa kamu yakin untuk ikut dengan kami?] tanya Arthur.     

"Tentu saja, Kak! Karena aku memang benar-benar susdah tidak tahan lagi, Kak!"     

[Baiklah, aku akan berusaha mengabulkan permintaanmu. Tapi bersabar dulu ya, Lizzy. Aku juga harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu,] ujar Arthur.     

"Baik, Kak, tolong secepatnya jemput aku, ya, aku tidak tahan lagi," kata Lizzy.     

[Baiklah, Lizzy,]     

Kemudian panggil telepon mereka pun berakhir.     

Lizzy kembali menangis di atas kasurnya.     

Dia tidak tahu mengapa hidup berubah seberat ini.     

Sebenarnya bukan berubah, tapi memang dia yang belum memahaminya sejak awal.     

Dia yang teramat polos membuat orang tuanya dengan mudah menyimpan segalanya.     

Dan kini Lizzy mulai menyadari jika dia benar-benar sudah dewasa.     

Makna kata dewasa bagi Lizzy, adalah mengenali jati dirinya sendiri. Bukan hanya masalah make-up, penampilan, atau prilaku. Tetapi juga rasa percaya diri dan keyakinan akan kebenaran.     

Justeru kalau dia terpengaruh dengan segala printah orang tuanya. Apalagi perintah tentang hal yang salah, dia tidak bisa disebut dewasa.     

Gadis dewasa tidak mudah terpengaruh akan hal yang buruk, dan gadis dewasa harus memiliki pendirian.     

Lizzy sangat menyesal telah mengais kasih sayang dari sang Ibu hanya demi ingin dianggap ada.     

Sebenarnya dia tidak menyadari jika dia hanya dimanfaatkan.     

Mungkin juga tidak bisa dibilang dimanfaatkan, tetapi sebuah keharusan yang mereka inginkan dan sengaja mereka tanamkan di benak Lizzy.     

Lizzy tidak mau menjadi anak yang dianggap ada keberadaannya di rumah ini, akan tetapi menjadi gadis yang jahat.     

Dia tidak mau membunuh orang, apalagi sampai memakan dagingnya.     

Dia merasa jijik, bahkan dia menyesal telah dilahirkam dalam keluarga ini.     

Sebisa mungkin Lizzy ingin menjadi gadis yang kuat, yang bisa dengan tegas meninggalkan kedua orang tuanya itu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.