Anak Angkat

Ritual Sesat



Ritual Sesat

0Lizzy masih berada di dalam taman rahasia itu.     

Dia terjebak dan tidak bisa keluar     

"Bagaiamana ini?" Lizzy mencoba mendorong pintu yang ada di hadapannya itu.     

Meski pintunya terlihat sangat reot dan berkarat, nyatanya pintu itu begitu kuat dan dia tidak bisa membukanya.     

"Kenapa pintu jelek ini tidak bisa terbuka?" Lizzy terus menggebrak-gebrakkan tangan ke sisi pintu, tapi tidak berhasil juga.     

"Ah, bagaiamana ini? Aku tidak bisa keluar?" gumam Lizzy dengan tait yang panik.     

"Ponselku?" Lizzy meraba kantung pakaiannya untuk mencari ponsel  tapi dia tak menemukan  apapaun.     

"Astaga! Ponselku masih berada di kamar? Lizzy kenapa kamu bodoh?!" Lizzy menepuk-nepuk keningnya sendiri karena gemas dengan kecerobohannya. Sekarang dia tidak tahu harus berbuat apa lagi agar bisa keluar dari tempat ini.     

"Harusnya tadi aku membawanya! Tetapi malah ketinggalan!"     

"Aduh, bagaiamana ini? Aku tidak bisa menghubungi, Kak Artur!" Lizzy benar-benar semakin panik.     

Kemudain dia teringat kembali dengan obrolan Arumi dan Charles, yang menyebut nama 'Arthur'     

"Ibu tadi berbicara kepada Ayah, agar lebih berhati-hati. Dan Ibu juga bilang kalau Kak Arthur, tidak boleh tahu soal ini?"     

"Apa jangan-jangan orang yang akan mereka jadikan tumbal itu adalah, Kak Arthur?"     

"Atau malah, Kak Celine?"     

"Oh, astaga! Aku tidak Terima jika dugaanku itu memang benar adanya?" Lizzy pun menangis sesenggukan karena mengira jika orang yang akan dijadikan tumbal itu adalah Arthur dan Celine.     

Padahal tujuan orang tuanya bukan Arthur, melainkan anaknya Arthur.     

Tetapi Lizzy sudah terlanjur salah paham. Dan pikirannya semakin kacau. Dia benar-benar tidak rela apabila harus kehilangan dua orang yang sangat ia sayangi itu, Celine dan Arthur, adalah orang yang paling ia percaya untuk saat ini.     

"Baiklah, kalau benar orang yang akan mereka bunuh adalah, Kak Arthur, atau Kak Celine! Maka aku harus bertahan  di tempat ini, sampai Kak Arthur tiba, dan aku akan menyelamatkannya," bicara Lizzy penuh yakin.     

***     

Sementara itu, di kediaman rumah Arthur, tampak Celine yang sedang mengasuh putra mereka.     

Sedangkan Arthur sudah bersiap untuk pergi ke sekolah 'Pelangi Senja'     

"Kau mau kemana malam-malam begini, Arthur?" tanya Celine.     

"Aku ada janji di seoklah!" jawab Arthur.     

"Janji? Apa kau berjanji dengan calon pembeli sekolah itu?"     

"Iya, Celine. Dia memintaku untuk bertemu malam ini,"     

"Ah, tapi kenapa harus malam begini, sih? Apa tidak ada hari esok?" protes Celine     

"Mereka itu orang sibuk Celine. Wajar kalau mereka mengajak bertemunya, sekarang,"     

"Oh, baiklah aku mengerti, Arthur"     

"Yasudah, aku pergi dulu ya?" ujar Arthur seraya mengecup kening sang istri.     

"Iya, Sayang hati-hati ya," sahut Celine seraya tersenyum.     

Arthur menanggapinya dengan anggukkan kepala sambil tersenyum juga.     

Setelah Arthur pergi ke sekolah kini tinggalah Celine bersama dengan putra kecilnya.     

Celine mengajaknya di ruang TV, seraya menyusui bayi.     

"Sayang, kita doakan Ayah supaya kali ini mendapatkan pembeli yang pas, ya! Supaya kita bisa pindah dari tempat ini!" ujar Celine yang mengobrol bersama dangan Langit.     

Saat wanita itu tengah asyik bercengkrama bersama putranya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang bergemuruh.     

Tak berselang lama datang beberapa pria berbadan besar yang menghampirinya.     

Celine tampak terkejut. Apa lagi seingatnya dia sudah mengunci pintu depan rapat-rapat.     

Entah dengan cara apa mereka tiba-tiba bisa masuk ke dalam.     

"Hei! Siapa, kalian?!" teriak Celine.     

Mereka semua tak menjawabnya, dan langsung merebut bayi dalam gendongan Celine secara paksa.     

"Hai! Mau kau apakan bayiku?!" teriak Celine.     

Celine pun tak tinggal diam, Dia berusaha meraih bayi itu. Dia memegang lengan tangan si pria untuk merebut kembali bayinya.     

"Jangan sentuh putraku! Ayo kembalikan!" teriaknya.     

Tapi tubuhnya yang kecil tidak mampu melawan mereka yang bertubuh besar.     

Salah satu dari ketiga pria itu memukul kepala Celine hingga pingsan.     

Setelah itu mereka membawa Langit pergi dari rumah, dan meninggalkan Celine yang tergeletak di atas lantai.     

***     

Di kediaman keluarga Davies.     

"Sayang, di mana putri kita?" tanya Charles.     

"Maksudnya, Lizzy?"     

"Iya, Sayang! Siapa lagi?"     

"Entalah, Charles, sejak pagi aku tidak melihatnya. Aku sibuk menyiapkan keperluan ritual bersamamu, 'kan?"     

"Ah, iya kau benar! Sayang, coba kau priksa di kamarnya! Barang kali dia ada di dalam!" perintah Charles pada Arumi.     

"Baiklah, Charles," Arumi pun berjalan menaiki tangga untuk mengecek kamar Lizzy.     

Dan sesampainya di sana, ternyata Lizzy tidak ada.     

Arumi mulai kebingungan mencari putrinya itu.     

"Masa iya dia pergi dari rumah?" gumam Arumi.     

"Tapi bukankah, selama beberapa hari ini dia baik-baik saja. Aku juga melihat dia tampak ceria! Kami bahkan memperlakukan dirinya jauh lebih baik dari sebelumnya?"     

Arumi masih tak percaya dengan apa yang telah ia lihat, dan Lizzy tidak ada di sana. Kemudian Arumi pun memeriksa bagian toilet.     

"Ah, tidak ada! Di mana anak itu?"     

Dia pun mencoba berteriak memanggil putrinya.     

"Lizzy! Lizzy! Di mana kamu, Sayang?" teriaknya.     

Dirasa teriakan itu hanya sia-sia, akhirnya Arumi pun memutuskan untuk turun dan kembali menemui Charles.     

"Kenapa Sayang? Apa putri kita tidak ada?" tanya Charles.     

"Tidak ada, Charles! Aku sudah mencarinya di kamar! Tapi tidak ada!" jawab Arumi.     

"Ah, sial! Kemanan anak itu?" umpat Charles.     

"Entalah, Charles! Aku tidak tahu apa yang ia mau! Aku sudah memberikan kasih sayang yang berlebih untuknya!" kata Arumi.     

"Ayo kita cari sekarang!" ajak Charles.     

Namun ketika mereka hendak pergi mencari Lizzy, terdengar bel pintu rumah yang berbunyi.     

Sambil berjalan keluar Arumi sekalian membukakan pintu.     

Dan ternyata mereka adalah para pria suruhan Charles.     

Dan mereka juga sudah membawakan bayi yang mereka butuhkan.     

"Selamat malam, Tuan Charles, kami sudah membawakan apa yang Anda inginkan," kata salah satu pria itu.     

"Wah, ini dia yang kita tunggu, Charles!" ucap Arumi dengan mata yang berbinar-binar.     

"Bagus, berikan bayinya padaku, dan kalian boleh pergi! Nanti biar orang kepercayaanku yang akan mentransfer uangnya!" kata Charles pada 3 pria suruhannya itu.     

"Baik, Tuan!" Kemudian mereka pergi.     

Dan kini tinggalah Arumi dan Charles saja.     

"Ini saat yang tepat, Sayang!" ucap Arumi antusias.     

"Kau benar, Sayang! Bulan purnama telah tiba!" kata Charles.     

"Charles!"     

"Iya, ada apa lagi?"     

"Bagaimana dengan putri kita Lizzy?"     

"Ah, lupakan dia!"     

"Tapi—"     

"Arumi, tidak ada waktu lagi! Kita sudah menunggunya sejak lama, 'kan?"     

"Ah, kau benar, Charles!" jawab Arumi. "Aku juga sudah tidak sabar lagi, untuk merasakam kulitku yang semakin kencang dan bertambah muda! Dan kita akan menjadi orang terkuat di dunia ini!" ujar Arumi seraya tersenyum penuh ambisi.     

"Tapi, Charles... kalau terjadi apa-apa dengan Lizzy bagaimana?" tanya Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.