Anak Angkat

Tipu Daya Arumi



Tipu Daya Arumi

0Arumi benar-benar menepati janji, dia mengantarkan Arthur serta Lizzy untuk menemui Celine. Dan meninggal jasad Charles begitu saja.     

Arumi menuntun kedua anaknya masuk ke dalam ruang  yang sangat sempit dan pengap.     

Ruangan ini adalah gudang, tetapi sudah lama mereka tidak memepergunakannya.     

Di rumah ini memang ada banyak sekali ruangan yang tidak terpakai, dan terkadang malah terbengkalai begitu saja, serta tidak ada yang mengurus saking banyaknya.     

Kerena semua pekerjaan di rumah ini hampir Arumi sendiri yang melakukan, ia hanya dibantu oleh satu Asisten Rumah Tangga saja, dan itu pun juga terbatas.     

Asisten Rumah Tangga itu hanya bekerja di mulai pagi hingga siang saja, dan pekerjaannya juga hanya sekedar bersih-bersih dengan jumlah ruangan yang sudah ditentukan oleh Arumi, tidak boleh sampai melewati batas-batas tertentu.     

Arumi akan marah besar apa bila Asisten Rumah Tangga itu sampai tidak menuruti perintahnya.     

Arumi dan Charles melakuan ini semua, hanya  ingin menjaga privasi keluarganya dengan baik.     

Agar tidak ada yang tahu lebih banyak tentang keluarga Davies yang sesungguhnya.     

Orang lain hanya boleh tahu soal yang baik-baik saja, tidak boleh tahu tentang hal menyeramkan pada rumah ini. Terutama tentang kenyataan bahwa keluarga Davies adalah para pembunuhan dan Kanibal.     

***     

Tak lama mereka pun sampai di tempat persembunyian Celine.     

Wanita itu tengah duduk di kursi dan tak sadarkan diri.     

Ada banyak sekali luka lebam yang menghiasai tubuhnya. Darah berceceran, dan ada sebilah pisau daging di sampingnya.     

Arthur tahu jika pisau daging itu baru saja digunakan oleh orang tuanya untuk menyakiti Celine. Terlihat dari beberapa luka sayatan yang ada di tangan dan beberapa ada di wajah Celine, hanya saja tidak terlalu parah. Namun cukup menyakitkan bagi Celine.     

"Celine!" teriak Arthur seraya menghampiri sang istri. "Ayo, bangun, Celine!" teriaknya.     

Arthur menoleh kearah Arumi yang menatap Celine dengan kaku.     

Sebenarnya Arthur hendak memaki sang Ibu atau bahjan memukulnya, karena dia tak terina atas perbuatan ibunya pada Celine.     

Tetapi ia tidak memiliki banyak waktu untuk hal itu, dia memilih untuk menghampiri Celine dan mencoba membangunkannya.     

"Celine, bangun, Celine," ucap Arthur mencoba membangunkan Celine, namun wanita itu tetap belum sadar juga.     

Arthur menoleh kearah Arumi kemudian memarahinya.     

"Apa yang sudah, Ibu, lakukan kepada, Celine?!" teriak Arthur.     

"Maaf, Arthur," Arumi menundukkan kepalanya.     

"Ibu, menyesal, Nak! Tolong jangan bunuh  Ibu ...," ucapnya dengan raut wajah memelas.     

Athur menggelengkan  kepalanya seraya mendesis kesal. Kemudian dia memeluk sang istri, dan berusaha membangunkannya.     

Celine mulai  tersadar, perlahan-lahan mulai membuka matanya. Dia tampak sangat lemas, dan desah nafasnya terdengar berat.     

Arthur segera membawanya keluar dari dalam ruangan pengap itu.     

Lizzy dan Arumi mengikutinya dari belakang.     

Arumi kembali tersenyum secara diam-diam.     

'Dasar, Anak-anak Bodoh!' umpatnya di dalam hati.     

Setelah berada di ruang tengah, Arthur mencoba menyadarkan Celine.     

Dia memberinya segelas air putih hangat.     

"Celine, apa kau sudah lebih baik?" tanya Arthur.     

Celine menganggukan kepalanya. Dan netranya menajam ketika melihat ada Arumi di dalam ruangan itu.     

"Arthur!" Celine memeluk erat tubuh sang suami.     

"Kenapa, Celine?" tanya Arthur.     

"Aku takut, Arthur!" Wanita itu bersembunyi di balik punggung Arthur.     

"Celine, tenanglah," kata Arthur.     

"Ibu! Ibu!" ucap Celine dengan lantang namun suaranya sedikit gemetar. Melihat Arumi seperti sedang melihat hantu.     

Bahkan lebih seram dari pada melihat hantu.     

Celine teringat dengan kejadian setelah Arthur pingsan.     

Dia diseret oleh kedua mertuanya. Celine di bawa ke dalam ruangan yang sempit dan pengap.     

Di dalam ruangan itu Celine mendapatkan siksaan.     

Hingga dia tak sadarkan diri.     

Kata-kata Arumi yang penuh dengan intimidasi terus terngiang di telinga Celine.     

"Hai, Menantu Cantikku," Arumi tersenyum seraya mengusap bagian rambut Celine.     

"Aku sudah lama, menantikan saat-saat seperti ini," Arumi menempelkan sisi pisau daging di bagian wajah Celine.     

Dia mengusap-usapkan sisi pisau itu mirip sedang mengasah benda tajam, hanya saja gerakan cukup lembut.     

Sengaja Arumi ingin mempermainkan mental Celine.     

"Ibu, aku mohon hentikan! Tolong, Bu! Jangan lakukan ini ...," pinta Celine.     

"Kenapa? Apa kau takut, Sayang?" tanya Arumi dengan wajah pura-pura mengiba.     

"Bu! Apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah mengambil bayiku, 'kan?" tanya Celine.     

"Ah, benar, Sayang, dan aku sangat berterima kasih atas hal itu,"      

"Jadi benar, Ibu, yang mengambilnya?"     

"Iya! Tidak perlu kau tanyakan lagi ... Sayang,"     

Celine menundukkan kepalanya, Dia  menangis sesenggukan. Hatinya benar-benar hancur memikirkan nasib putranya.     

Tak seharusnya anak yang tidak berdosa seperti Langit, meninggal dengan cara yang teragis.     

Saat wanita itu sedang menangis dengan kepala menunnduk, tiba-tiba Arumi  menarik rambut Celine dengan kasar. Dan kepala Celine hingga mendengak ke belakang.     

"Akh! Sakit, Ibu!" teriaknya.     

"Sakit, ya?" tanya Arumi dengan senyuman tipis. "Kau tahu, jika hatiku juga sangat sakit, saat putraku menjadi pembangkang seperti ini!" ucap Arumi.     

"Bu, tolong lepasakan ...!" pinta Celine setengah menjerit.     

"Diam! Aku belum selesai bicara!" bentak Arumi.     

Kemudian wanita paruh bayah itu kembali melanjutkan ucapanya.     

"Dan, kau tahu tidak? Gara-gara kau, kini Arthur menjadi Penipu Ulung?!"     

"Dia adalah putraku! Tetapi dia malah membohongiku!"     

Plak!     

Arumi berbicara dengan menampar wajah Celine.     

"Dia berani menikah tanpa sepengetahuan kami! Dan dia bahkan menyembunyikan anak dan istrinya dari kami!"     

Plak!     

Lagi-lagi Arumi menampar wajah Celine.     

"Dan semua itu gara-gara kamu!" Kemudian Arumi meredam amarahnya sesaat, dan dia kembali tersenyum lagi.     

"Tapi aku sangat bersyukur atas semua ini, karena berkat kau, aku jadi memiliki cucu, walau terlambat. Harusnya kalian bertemu sejak awal, sehingga aku bisa melakukan  upacara persembahan pada Iblis, lebih awal pula!" Arumi menyeringai.     

Dia meraih pisau dagingnya lagi. Kemudian dia menggores kulit bagian tangan Celine.     

Hingga tangan itu mengeluarkan darah.     

Celine meringis kesakitan.     

"Bu, sakit ...."     

"Ini belum seberapa, Sayang. Aku akan mengulitimu hidup-hidup. Tapi tidak sekarang," kata Arumi.     

Mendengar ucapan Arumi membuat Celine, benar-benar ketakutan.     

Dia tak bisa membayangkan apabila Arumi benar-benar menguliti tubuhnya hidup-hidup. Apalagi dia sudah tahu jika keluarga dari suaminya itu adalah keluarga pembunuh, yang artinya apa yang mereka bilang sudah pasti akan mereka lakukan.     

Isak tangis Celine terdengar semakin keras. Arumi sakit kesal dengan Celine.     

"Jangan  menangis! Aku benar-benar muak!" pekik Arumi. Dan dia menampar wajah Celine hingga berkali-kali.     

Sesekali berhenti sesaat, dan menggoreskan pisaunya ke tubuh Celine.     

Ada banyak luka sayatan di tubuh wanita itu.     

"Ibu, aku mohon lepaskan aku, Ibu ... sakit ...."     

"Diam!"Pekik Arumi.     

Plak!     

Arumi kembali memukul dan menampar wajah Celine tanpa henti, hingga akhirnya Celine tidak sadarkan diri.     

Setelah itu barulah Arumi berhenti menyakiti Celine.     

"Haha! Ini balasan atas keberanianmu mencintai putratraku!"  ujar Arumi.     

*****     

Kejadian itu benar-benar terngiang di benak Celine.     

Dia memeluk Arthur dengan erat, sampai tak berani melepaskannya.     

"Tolong, jangan tinggalkan aku, Arthur! Aku takut!" ujarnya.     

"Iya, Celine! Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu! Aku berjanji!" ucap Arthur meyakinkan Celine.     

Wanita itu menutup matanya rapat-rapat, agar tak melihat wajah Arumi lagi.     

Arthur mengajak Celine pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka di tubuhnya.     

Lizzy juga ikut bersamanya. Gadis itu sudah tidak mau lagi tinggal dengan sang Ibu. Walau ayahnya sudah mati sekalipun.     

***     

Mereka pergi meninggalkan kediaman keluarga Davies, dan kini tinggalah Arumi seorang diri.     

Mereka bahkan tak peduli jika ayahnya sudah meninggal, tak sedikit pun mereka memikirkan tentang acara pemakaman sang ayah.     

Bagi mereka, Charles bukanlah ayahnya lagi.     

Dan bagi mereka Arumi pun juga bukan ibunya lagi.     

Meski begitu, Arthur dan Lizzy, sudah mengambil keputusan yang salah.     

Dan mereka tidak tahu jika Arumi masih menyimpan rencana yang buruk.     

Mereka juga tidak tahu jika sebenarnya Charles itu masih hidup.     

Pria itu tidak akan bisa mati hanya karena serangan dari Arthur ataupun Lizzy.     

Arthur mengira jika mereka bisa mati apabila yang melakukan pembunuhan memiliki ikatan darah dengan mereka.     

Dan Arthur lupa jika kedua orang tuanya, baru saja melakukan ritual sesat, yang bertujuan untuk membuat mereka kuat, awet muda, dan hidup kekal abadi tak terkalahkan selamanya.     

Setelah pelaksanaan ritual itu, mereka tak bisa mati walau yang membunuh anak kandung mereka sendiri.     

***     

Setelah Arthur dan yang lainnya pergi, Arumi kembali menghampiri Charles yang masih tergeletak di lantai.     

"Charles, bangun, Sayang," panggil Arumi seraya menepuk-nepuk wajah Charles.     

Charles mulai membuka mata, dan perlahan Charles bangkit.     

Tubuh pria itu masih di penuhi luka-luka.     

Punggungnya ada lubang yang menganga dengan darah yang berceceran. Perutnya juga masih ada lubang bekas ujung pisau yang menancap tadi.     

"Ayo ke meja makan! Aku akan membuatkan olahan daging kesukaanmu. Aku yakin kamu akan segera sembuh, Charles," ujar Arumi.     

"Terima kasih, Sayang," Charles tersenyum sambil melangkah tertatih menuju ruang makan.     

***     

Sambil menunggu makanan datang Charles menggerak-gerakkan lehernya.     

Terdengar suara gemertak tulang. Seolah-olah sedang memperbaiki bentuk tulang yang sudah berubah akibat serangan Lizzy dan Arthur.     

"Charles, ayo di minum," Arumi menyodorkan secangkir darah. "Ini cukup untuk mengganjal perutmu, sampai masakanku selasai dibuat," ujar Arumi.     

"Baik, Sayang," Charles segera meneguk secangkir darah itu.     

Kini tubuh Charles sudah mulai merasa nyaman. Rasa sakit akibat luka di tubuhnya sudah mulai reda.     

Tak berselang lama Arumi. Pun datang dengan membawa sepiring daging manusia yang sudah di masak dengan bumbu-bumbu khusus.     

"Ini, Sayang, cepatlah makan," ujar Arumi.     

"Wah, istriku benar-benar yang terbaik, aku sudah tak sabar lagi untuk mencicipinya," ujar Charles dengan penuh antusias.     

Dia langsung meraih piring itu dan memakannya dengan lahap.     

"Habiskan, ya, Sayang," kata Arumi.     

"Tentu saja, mana mungkin aku menyisakan masakan istriku yang sangat enak ini," ujar Charles.     

"Bagus," ucap Arumi seraya tersenyum memandangi sang suami yang tengah menyantap makanan. Pikiran wanita itu sudah membayangkan hal buruk yang akan terjadi pada Lizzy dan Arthur, terutama pada Celine.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.