Anak Angkat

Trauma



Trauma

0Celine langsung mendapatkan perawatan. Arthur dan Lizzy tampak menungu Celine di luar, hingga Dokter selesai  memeriksanya.     

Tak lama Dokter yang memeriksa Celine pun keluar dan memberikan kabar atas kondisi Celine.     

Setelah selesai diperiksa dan seluruh luka-lukanya diobati, Celine meminta Arthur agar segera membawanya pulang. Padahal dokter menyarankan agar Celine dirawat inap selama beberapa hari, agar kondisinya kembali stabil.     

Selain luka-luka, Celine juga mengalami dehidrasi dan demam tinggi akibat trauma atas kejadian yang dia alami.     

Akan tetapi, wanita itu tetap ngotot dan ingin segera pulang.     

Kerena dia sudah tidak tahan lagi untuk berlama-lama berada di rumah sakit ini.     

Tak hanya itu Celine juga meminta kepada Arthur, untuk segera pindah rumah saat ini juga, dia masih ketakutan apabila Arumi kembali mendatangi tah mereka. Celine masih trauma melihat wajah Arumi yang sangat menyeramkan di matanya.     

Arthur pun tak bisa berbuat apa-apa, sehingga dia mau menuruti permintaan  sang istri.     

Dia membawa Celine pulang ke rumah mereka. Dan mulai membicarakan rencana kepindahan rumah mereka.     

***     

Sambil duduk di atas sofa, Celine pun menangis dan merengek, disaksikan oleh Lizzy.     

"Arthur, aku mohon ... ayo kita pindah sekrang juga!" pinta Celine.     

"Aku akan segera mengurus surat-suratnya tenang saja, Celine,"     

"Tapi kapan kita akan pindah, Arthur?" tanya Celine, "aku sudah tidak tahan lagi!" ujarnya.     

"Secepatnya, Celine!" jawab Arthur.     

Celine kembali mendekap tubuh sang suami.     

"Kak, kalau kalian pindah, aku juga ikut pindah, ya?" pinta Lizzy, "aku tidak mau tinggal di kota ini sendirian, apalagi sampai tinggal bersama dengan Ibu!" ujar Lizzy. "Aku tidak sudi, Kak!" Lizzy juga sudah merasa muak dengan sang Ibu. Jangankan tinggal bersama, memandangnya saja dia enggan. Ibunya bagaikan seekor monster yang menyeramkan dan tidak pantas untuk di dekati.     

"Iya, Lizzy! Kamu juga boleh ikut bersama kami!" ucap Arthur.     

"Sekarang aku akan menhubungi Mesya dan Kak David," ucap Arthur.     

Mendengar nama David dan  Mesya di sebut, membuat Celine teringat akan suatu hal. Sebelumnya dia sudah menghubungi kedua saudara iparnya itu. Akan  tetapi tak ada balasan dari mereka. Hingga akhirnya dia dijadikan sandera oleh sang ibu mertua hingga disekap dan disiksa.     

Celine cukup  kesal apabila mengingat hal itu. Dia pikir Mesya dan David sudah tidak peduli dengan dirinya dan Arthur.     

"Di mana ponselku?" tanya Celine pada Arthur dan Lizzy.     

Kamudian Lizzy memberikan benda pipih itu kepada Celine, kebetulan Lizzy sempat memungut benda itu, ketika berada di dalam gudang yang sempit kemarin.     

"Ini, Kak Celine," ujar Lizzy seraya menyodorkan ponsel milik Celine.     

Kemudian Celine segera membuka pesan yang ia tulis kemarin.     

Dan tetnyata tulisannya itu sama sekali belum dibaca oleh Mesya.     

"Kenapa belum di baca juga?!" Celine tampak semakin kesal.     

"Celine? Kau mengirim pesan kepada mereka?" tanya Arthur yang sedikit syok.     

"Iya, Arthur! Habisnya aku sudah tidak tahu harus berbuat apa? Tak ada pilihan lain akhirnya aku menghubungi mereka?" jawab Celine.     

Sebenarnya Arthur merasa keberatan dengan tindakan Celine ini, dia takut menggangu Mesya dan David.     

Lagi pula mereka juga tidak akan mungkin datang kemari, karena jaraknya yang terlalu jauh.     

Dan munkin kalau mereka datang pun akan membutuhkan waktu yang cukup lama.     

"Mereka, apa sudah tidak peduli dengan kita, Arthur?" ucap Celine yang marah.     

"Aku rasa mereka tidak membalas, atau bahkan tidak membacanya karena mereka sedang sakit, Celine,"  kata Arthur.     

"Sakit?"     

"Iya, mereka sedang beradaptasi menjadi manusia biasa. Caranya dengan tidak memakan daging manusia. Dan hal itu membutuhkan waktu yang cukup lama," ucap Arthur.     

"Apa itu artinya sama seperti dirimu pada saat itu, Arthur?" tanya Celine.     

"Benar, Celine! Kurang lebih seperti itu," jawab Arthur.     

Kini rasa kesal Celine terhadap Mesya dan David, kembali memudar. Dia sudah tahu alasannya.     

Dia pernah mengurus Arthur yang sedang sakit selama berbulan-bulan, akibat tidak memakan daging manusia sedikitpun.     

Dan kemungkinan Arthur akan kembali sakit seperti pada saat itu. Karena saat menyelamatkan Celine tadi, dia sempat memakan daging manusia bersama Lizzy. Hal itu ia lakukan untuk memulihkan  tenaga dan luka-luka di tubuhnya.     

Yang artinya apabila mereka kembali ingin menjadi manusia normal, maka dia akan beradaptasi lagi.     

****     

Malam harinya, Celine masih terduduk di atas sofa. Arthur menghampirinya.     

"Celine, ayo masuk ke kamar, biar aku yang mengantarkanmu," ajak Arthur.     

"Tidak, Arthur, aku ingin di sini saja," ucap Celine.     

"Di sini kurang nyaman, lebih baik kamu tidur di kamar," ujar Arthur.     

"Arthur, aku ingin tetap di sini, aku sedang menunggu Langit pulang," kata Celine setengah mengigau. Tubuh agak menggigil kedinginan.     

"Celine, Langit itu sudah pergi, dia tidak akan kembali lagi!" ucap Arthur menyadarkan Celine.     

"Tapi, aku rindu, Arthur! Aku yakin dia masih hidup, dia akan kembali ...." Wanita itu tersenyum.     

Pikiran Celine kian meracau, dia berbicara setengah berhalusinasi.     

Arthur bahkan menyesal telah membawa istrinya pulang ke rumah. Harusnya dia membiarkan Celine tetap di Rumah Sakit, sampai kesehatannya benar-benar pulih. Tidak seperti ini justeru keadaan Celine semakin mengkhawatirakan.     

"Celine, sadar, Celine!" Arthur menepuk-nepuk wajah sang istri dengan pelan.     

Kemudian Lizzy mendekatinya.     

"Ada apa dengan Kak Celine?" tanya Lizzy.     

"Entalah, dia mengigau!" jawab Arthur.     

Lizzy meraba bagian kening Celine.     

"Kak Celine demam tinggi!" ujar Lizzy.     

"Bagaimana ini?!" Arthur tampak bingung. Berkali-kali dia menggaruk kepalanya sendiri.     

"Kak, kita bawa ke rumah sakit lagi!" ajak Lizzy.     

"Ah, baiklah!" Dengan segera Arthur mengangkat tubuh Celine dan memasukkannya ke dalam mobil.     

Terpaksa mereka kembali membawa Celine ke Rumah Sakit lagi. Mereka tidak mau terjadi hal buruk kepada Celine.     

Arthur mempercepat laju kendaraannya. Dia tak sabar untuk segera sampai ke Rumah Sakit.     

Bahkan saking paniknya, mobil yang dikemudikan oleh Arthur hampir bertabrakan dangan mobil lain.     

"Kak Arthur!" teriak Lizzy, "AWAS!"     

Ckit!     

Arthur segera menghindar, beruntung Arthur mampu mengendalikan kambali laju mobilnya.     

Namun pikiran Arthur begitu kacau, dia tidak tahu harus berbuat apa lagi? Mendadak ia teringat dengan mimpinya saat berada di dalam gudang.     

Waktu itu Arthur bermimpi bertemu dengan Denias. Salah seorang pemuda yang menjadi korban dari kekejihan keluarganya. Termasuk Arthur juga terlibat dalam kematian Denias.     

'Aku ingin mengingatkan kepadamu, Arthur. Bahwa karma itu nyata,' kalimat dari bibir Denias itu terngiang-ngiang di telinga Arthur.     

Ucapan Denias seakan mengisyaratkan bahwa dia akan kehilangan seseorang yang ia cintai.     

Pertama dia kehilangan Langit, dan sekarang dia juga hampir kehilangan Celine.     

Ckit!     

Mendadak Arthur menghentikan laju mobilnya. Dan dia segera memeluk Celine yang tengah berada di sampingnya.     

Arthur menangis sesenggukan.     

"Celine, aku mohon jangan tinggalkan aku! Kalau kamu pergi maka aku akan ikut pergi!" ujar Arthur.     

"Kak Arthur! Kenapa malah bicara seperti itu?! Ayo cepat jalankan mobilnya!" suruh Lizzy.     

Tetapi Arthur seolah enggan mendengar ucapan Lizzy. Dia masih berpelukan dengan sang istri.     

"Celine, dengarkan aku! Kau harus sadar, Sayang! Kau tidak ingin pergi ke rumah sakit, 'kan?" tanya Arthur.     

"Ayo sadar! Aku belum siap kehilanganmu! Ayo sadar! Ayo perjuangkan rumah tangga kita!"     

Perlahan Celine membuka matanya.     

"Arthur, ada apa?" ucapanya.     

"Apa kau sudah sadar?" tanya Arthur yang masih tak percaya bahwa Celine sudah sadar.     

Celine menatap Arthur dengan sayu, kemudian dia merasa bingung kenapa dia berada di dalam mobil.     

"Arthur, ayo pulang! Kenapa berada di sini? Bukankah aku tadi sedang berada di dalam rumah?" tanya Celine.     

"Iya, Kak Celine, tadi sakit! Makanannya kami hendak membawa, Kak Celine, ke Rumah Sakit!" jawab Lizzy.     

"Tapi aku tidak mau di tempat terkutuk itu! Aku takut Bu Arumi akan datang! Aku hanya ingin di rumah saja dan di temani oleh kalian!" pinta Celine.     

Arthur memegang bagian kening Celine. Dan ternyata memang sudah tidak demam lagi.     

Pelukan Arthur tadi seakan memberikan sebuah keajaiban.     

"Apa kamu yakin, bahwa kamu itu baik-baik, saja?" tanya Arthur kepada Celine.     

"Sungguh, Arthur! Aku baik-baik saja! Ayo kita pulang sekarang!" ajak Celine.     

Dan lagi-lagi Arthur menuruti permintaan Celine. Dia memutar balik mobilnya. Sesampainya di rumah, dia mengantarkan Celine masuk ke dalam kamar, dan sepanjang malam itu Arthur tidak kemana-mana, dia terus memeluk Celine hingga wanita itu merasa nyaman dan tidak ketakutan lagi.     

Arthur tahu jika saat ini istrinya bukan hanya mengalami sakit di bagian fisik, tetapi juga di bagian mentalnya.     

Karena kejadian yang telah ia alami, membuat Celine terlihat berbeda.     

Sebelumnya Celine hanya mendengar dari Arthur tentang kejahatan keluarga Davies. Dia tidak pernah melihatnya secara langsung.     

Dan kali ini Celine benar-benar mengalaminya. Dia merasakan secara langsung betapa kejamnya Arumi dan Charles.     

Bahkan dia dapat bernafas saya ini saja, dia merasa sebagai keajaiban. Celine tak habis pikir apabila dia mengalami kejadian itu untuk yang kedua kalinya.     

***     

Pagi harinya, Celine sedang duduk di sofa dengan wajah yang masih pucat.     

Sementata Lizzy dan Arthur tengah sibuk mengemas seluruh barang-barangnya.     

Karena hari ini mereka berencana untuk pindah ke luar kota.     

Dan tepat di saat itu, tiba-tiba ponsel Arthur bergetar.     

Pria itu segera mengangkatnya.     

Dan ternyata, yang menelepon adalah calon pembeli sekolah 'Pelangi Senja'. Arthur pun tak berpikir panjang, dan dia langsung menyetujui permintaan Calon Pembeli itu, untuk bertemu saat ini juga.     

"Kak Arthur! Kau mau kemana?" tanya Lizzy.     

"Aku ada urusan penting, Lizzy! Aku mohon jaga Kak Celine, sampai aku kembali lagi?" ujar Arthur.     

"Tetapi, bagaimana rencana keberangkatan kita?" tanya Lizzy.     

"Kita akan berangkat setelah urusanku selsai!" ujar Arthur.     

Dan pria itu mengecup kening istrinya sebelum pada akhirnya meninggalkannya.     

"Tunggu di sini ya, Celine, aku akan segera kembali!" ujar Arthur.     

'Tapi, Aku takut, Arthur!" ucap Celine.     

"Sabar, Sayang! Aku akan segera kembali!" ujar Arthur.     

Dan Lizzy pun menghampiri Celine lalu merangkul pundaknya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.