Anak Angkat

Tempat Baru



Tempat Baru

0Arthur pulang ke rumah dengan perasaan yang lega, akhirnya dia berhasil menjual sekolah itu dan dengan harga yang pas.     

Kini dia bisa meninggalkan kota ini dengan tenang, tanpa harus merasa terbebani dengan meninggalkan sekolah 'Pelangi Senja' begitu saja.     

Dengan raut wajah sumeringah Arthur keluar dari dalam mobilnya.     

Dan menghampiri Lizzy serta Celine.     

Kemudian Arthur mengajak adik dan istrinya itu  berangkat ke Surabaya sekarang juga.     

"Arthur, kau sudah pulang?" tanya Celine.     

"Iya, Celine! Kau sudah siap, 'kan?"     

"Ah, iya! Aku sudah siap sejak tadi, Arthur!" jawab Celine.     

Kemudian Lizzy pun keluar dari dalam kamarnya.     

"Kak Arthur, aku sudah menyiapkan semua baranganku dan barang-barang kalian!" ujar Lizzy.     

"Bagus, Lizzy! Ayo bantu aku untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil!" ujar Arthur.     

"Baik, Kak!" jawab Lizzy.     

Dengan sigap Lizzy pun menyeret koper-koper itu menuju mobil.     

Sedangkan Arthur yang mengangkat bagian yang berat-berat dan memindahkan ke bagian bagasi mobil.     

Setelah itu mobil pun melaju menuju Surabaya. Dalam perjalanan itu, berkali-kali Celine mencoba menghubungi Mesya lewat telepon, namun sayang nomornya tidak aktif.     

Begitu pula dengan nomor David.     

"Masih tidak aktif juga?" tanya Arthur.     

"Iya, Arthur!" jawab Celine.     

"Yasudah, biarkan saja. Nanti aku akan mencari tahu tempat tinggal mereka secara pelan-pelan," ujar Arthur.     

"Lalu tujuan kita Surabaya akan kemana, Arthur?" tanya Cline dengan raut wajah yang bingung. "Kita, tidak ada tujuan di sana, Arthur!" ucapnya.     

"Tenang, Celine, aku sudah menghubungi kenalananku, dan dia memiliki rumah kosong, yang disewakan. Kita bisa tinggal di sana untuk sementara waktu, sampai mendapatkan rumah baru," pungkas Arthur.     

Celine pun mengangguk paham, kemudian Arthur kembali fokus kearah kemudianya.     

Sementara Lizzy malah sudah tertidur sejak tadi.     

"Dia sudah tertidur?" tanya Arthur seraya melirik ke arah Lizzy.     

"Iya, Arthur, mungkin Lizzy kelelahan, makanya dia sudah tidur. Sejak tadi dia tidak berhenti merapikan pakaian dan seluruh barang-barang yang akan kita bawa," tutur Celine.     

"Ah, begitu, ya?" Arthur mengusap rambut Celine dengan pelan.     

"Bagaimana denganmu? Apa keadaanmu sudah membaik?" tanya Arthur.     

Celine menganggukkan kepalanya. "Iya, seperti yang kau lihat, Arthur, aku baik-baik saja, 'kan?"     

"Syukurlah, setidaknya aku bisa tenang sekarang," ucap Arthur.     

"Iya, Arthur. Aku harap di sana nanti kita akan hidup lebih nyaman dan bahagia," ujar Celine.     

"Iya, Celine," jawab Arthur     

*****     

1 bulan telah berlalu, kini Arthur hidup dengan tenang di tempat tinggal baru mereka.     

Celine juga sudah mulai beradaptasi. Begitu pula dengan Lizzy.     

"Arthur, malam ini kau mau makan apa?" tanya Celine.     

"Apa saja, terserah!" jawab Arthur.     

"Baiklah, aku akan pergi membeli makan malam bersama, Lizzy, sekaligus jalan-jalan melihat suasana kota ini," ujar Celine.     

"Iya, Celine," jawab Arthur.     

***     

Celine dan Lizzy, berjalan mengelilingi kota sembari mencari makanan yang cocok untuk makan malam bersama.     

Mereka sedangalas untuk membuat masak sendiri.     

"Kita, beli makanan apa, ya?" tanya Celine pada Lizzy.     

"Terserah, Kakak, saja,"     

"Bagaimana kalau kita coba, di kedai itu!" Celine menunjuk ke arah warung soto yang bertuliskan, 'Soto Salsa'     

"Wah, sepertinya enak!" ucap Lizzy.     

"Yasudah, kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo kita ke sana!" ajak Celine seraya menarik tangan Lizzy.     

Mereka pun mendekat dan ikut mengantri bersama dengan yang lainnya.     

"Kak Celine, kita cari makanan di tempat lain, yuk!" ajak Lizzy yang mulai lelah.     

"Kenapa?" tanya Celine.     

"Aku malas mengantri, Kak!" jawab Lizzy.     

"Oww, begitu ya," Celine tersenyum, "dengar, Lizzy, tempat ini ramai, artinya makananya memang enak," ujar Celine.     

"Kenapa bisa begitu?"     

"Tentu saja, kalau makanannya tidak enak mana mungkin orang-orang akan membeli makanan di sini sampai rela mengantri seperti ini?" Pungkas Celine. Dan Lizzy mengangguk paham.     

Akhirnya dia mau ikut mengantri demi mendapatkan makanan di tempat ini.     

Lizzy yang tengah asik menatap layar ponsel pun tiba-tiba mendengar suara yang tidak asing di telinganya.     

"Bu, ayo kita pulang sekarang," ujarnya pria yang berada tepat di depan Lizzy.     

Pupil mata Lizzy langsung membulat sempurna dan melihat seksama kearah si pria.     

'Dia itu, 'kan pria yang ada di mimpiku pada waktu itu?' bicara Lizzy di dalam hati.     

Lizzy masih menatap pria itu nyaris tak berkedip. Dia benar-benar tak percaya bisa bertemu dengan orang yang ada di dalam mimpinya itu.     

Lizzy hendak memanggil pria itu, namun Lizzy tidak tahu siapa nama pria itu.     

Akhirnya si pria pergi begitu saja, bersama seorang wanita paruh bayah di sampingnya.     

"Kamu ...." Lizzy terdiam sambil menatap nanar kearah pria itu.     

"Ada apa, Lizzy?" tanya Celine.     

"Dia!" Lizzy menunjukkan kearah pria yang sudah berjalan kian menjauh.     

"Memangnya ada apa dengan pria itu?"     

"Kak Celine, dia orang yang ada di mimpiku," jawab Lizzy.     

"Benarkah?" Celine mengernyitkan dahinya, dia seakan tak percaya dengan ucapan Lizzy.     

"Kau ini sedang mengigaiu, ya?" tanya Celine.     

"Tidak, Kak! Aku tidak bohong!" jawab Celine. "Dia memang hadir dalam mimpiku,"     

"Kalau begitu kenapa kau tidak memanggilnya saja?" usul Celine.     

"Itu dia, Kak! Masalahnya aku tidak tahu namanya!"     

"Ah ... yasudah, biarkan saja ... mungkin kalau memang kalian berjodoh, suatu saat juga akan di pertemukan," ucap Celine.     

"Jodoh?" Lizzy terlihat bingung.     

Dan Celine malah tertawa sambil menganggukkan kepalanya.     

"Iya, jodoh! Siapa tahu dia itu memang jodohmu, mana tahu, 'kan?"     

Lizzy masih terlihat bingungg dan kali ini, dia menggaruk-garuk kepalanya.     

"Eh, ayo giliran kita!" ujar Celine seraya menunjuk ke antrian yang paling depan. Kebetulan mereka adalah antrian paling terakhir.     

"Mbak, masih ada tiga porsi lagi?" tanya Celine.     

"Masih, kebetulan memang hanya tinggal 3 porsi saja," jawab Salsa.     

"Ah syukurlah, masih kebagian," ujar Lizzy sambil tersenyum lega.     

Salsa pun menanggapinya dengan senyuman ramah. Kemudahan dia menyiapkan pasanan Lizzy dan Celine.     

"Kalian ini warga baru, ya?" tanya Salsa.     

"Iya, kami baru tinggal selama satu bulan," jawab Lizzy.     

"Benar, Mbak," imbuh Celine. "Kedai ini cukup ramai, ya?" ujar Celine.     

"Iya, Mbak! Saya bersyukur dagangan saya selalu habis setiap harinya," ujar Salsa.     

Kemudian dia menyodorkan pelastik berisi soto pesanan Celine dan Lizzy.     

"Ini, pesanannya,"     

"Terima kasih," ucap Celine.     

"Sama-sama," jawab Salsa.     

***     

Arthur, Celine, dan juga Lizzy, tengah berkumpul di meja makan.     

Mereka sedang menyantap makanan yang mereka pesan tadi.     

"Ump ... enak sekali," puji Lizzy.     

"Benarkah? Aku malah belum mencobanya," Celine segera menyeruput dengan sendok.     

"Hemm, benar-benar enak," puji Celine.     

"Iya, benar kata, Kak Celine! Kalau tempat jualannya ramai berarti makanannya memang enak!" ujar Lizzy.     

"Tentu saja, dan penjualnya juga sangat ramah." Timpal Celine.     

"Kak, dia itu bernama, 'Salsa' si Pemilik 'Soto Salsa?'"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.