Anak Angkat

Ketakutan Itu Muncul Kembali



Ketakutan Itu Muncul Kembali

0Esok harinya, Celine, Arthur, dan Lizzy berkunjung ke rumah David.     

Mereka sempat kesulitan saat mencari alamat rumah David. Karena mereka yang belum begitu paham dengan  wilayah ini.     

Namun akhirnya mereka berhasil  menemukannya juga.     

"Tidak salah lagi, Kak Arthur! Memang ini alamatnya!" ujar Lizzy dengan penuh antusias.     

"Yasudah, langsung ketuk saja pintu rumahnya!" suruh Arthur.     

Kemudian Celine mengetuk beberapa kali pintu rumah itu, sambil memanggil Mesya dan David.     

"Mesya! Kak David!" panggilnya.     

Tak lama Mesya pun membukakan pintunya.     

Seketika senyum mengembang di bibir gadis itu.     

"Hei, kalian rupanya!?" sapa Mesya dengan raut wajah yang sumringah.     

"Ayo masuk!" ajak Mesya.     

Lalu mereka pun berbondong-bondong masuk ke dalam rumah.     

"Maaf, ya! Ruangannya masih berantakan. Hari ini kami baru bisa membersihan rumah, tapi belum selesai semuanya. Sedangkan kemarin-kemarin aku dan Kak David masih terbaring di kamar karena belum sehat," tutur Mesya.     

"Iya, Mesya, tidak apa-apa. Yang terpenting kita bisa berkumpul di sini dan mengobrol bersama-sama," ujar Celine seraya tersenyum.     

"Lizzy, bagaimana kabarmu?" tanya Mesya.     

"Baik, Mesya. Aku jauh lebih baik lagi setelah bertemu denganmu hari ini," kata Lizzy setengah meledek.     

"Benarkah?" Mesya tertawa, lalu dia duduk di samping Lizzy. Kemudian dia mendekatkan wajahnya dengan Lizzy.     

"Dulu, Kak Arthur, dan Kak David, bilang kalau aku sangat mirip dengan Lizzy, bagaiamana? Apa sekarang masih mirip?" tanya Mesya kepada yang lainnya.     

"Perasaan aku tidak bilang begitu?" protes Arthur.     

"Benarkah?" Mesya setengah syok, namun hal itu hanya bercanda. "Ah, maksudku Ibu yang bilang begitu!" lanjutnya.     

Mendengar kata 'Ibu' membuat suasana hati Arthur yang tadinya senang mendadak suram.     

"Sudahlah, Mesya! Jangan sebut dia lagi!" sengut Arthur yang mendadak kesal.     

Mesya pun juga mendadak tak enak hati dengan Arthur. Dia sudah salah bicara. Awalnya dia itu hanya ingin bercanda saja, tidak lebih. Tetapi bercandaan itu malah membuat suasana mendadak tidak enak.     

"Maafkan aku, Kak Arthur ... aku tadi hanya bercanda, mungkin bercandaanku tidak tepat. Tetapi sungguh aku tidak ada niat lain, Kak," ujar Mesya yang merasa berasalah kepada Arthur.     

Arthur pun menganggukkan kepalanya, dia memaklumi perkataan Mesya.     

"Iya, Mesya. Tidak apa-apa. Mungkin aku saja yang sudah terlanjur membencinya. Makanya aku selalu emosian setiap mendengar siapapun menyebut 'Ibu'" pungkas Arthur.     

"Baiklah, Kak Arthur, terima kasih," ujar Mesya.     

"Ah, yasudah kita bahas yang lain  saja! Ada banyak hal yang harus kita bahas!" ujar Celine.     

"Benar yang dikatakan oleh, Kak Celine!" imbuh Lizzy.     

Kemudian mereka membicarakan hal lain, hingga topik pembicaraan pun samapai tentang kematian Langit.     

Celine pun kembali bersedih saat membahas tentang putranya yang telah meninggal. Awalnya dia sudah tidak mau membahas ini. Namun walau bagaiamana pun juga, David dan Mesya juga harus tahu cerita detailnya.     

Celine juga menceritakan betapa menakutkannya dia saat disekap di dalam gudang.     

Bahkan hingga saat ini, Celine masih merasa trauma saat berada di dalam ruangan  yang sempit dan pengap. Jantungnya berdegup kencang saat berada di tempat seperti itu.     

Kemudian cerita dilanjutkan oleh Lizzy.     

Dia mengatakan kepada David dan Mesya. Bahwa dia sudah berhasil membunuh sang Ayah.     

Arthur juga membenarkan pernyataan Lizzy. Karena pada saat itu memang dia yang turut andil dalam pristiwa itu.     

"Lalu, bagaiamana dengan, Ibu? Apa dia masih hidup?" tanya Mesya.     

"Ibu, masih hidup dan dia tinggal di rumah sendirian. Dia juga sempat memohon agar kami tak membunuhnya. Dia pun berjanji akan bertobat," jawab Lizzy.     

David tampak tak tenang mendengar pernyataan Lizzy dan Arthur. Apalagi saat mendengar jika Charles masih hidup.     

Arthur memang belum tahu jika setelah ritual persembahan itu akan membuat pelaku dari ritual dapat hidup abadi dan tidak bisa mati walau sudah dibunuh oleh anaknya sendiri. David tak sengaja mendengar berita ini saat Arumi sedang mengobrol bersama dengan Charles, prihal ritual yang mempersembahkan seorang bayi dari keturunan mereka sendiri.     

"Kenapa kalian malah membiarkan wanita itu hidup?" tanya David dengan raut wajah yang sangat marah.     

"Dia, itu orang tua kita, Kak! Aku masih memikirkan rasa belas kasihan kepadanya!" ujar Arthur.     

"Mereka itu bukan lagi orang tua kita, Arthur! Kau sendiri yang bilang!" bentak David.     

"Iya, Kak! Aku tahu. Tetapi jauh di dalam lubuk hatiku  yang terdalam, aku masih ingin melihat Ibu hertobat," kata Arthur. "Yah, walau sejujurnya aku tidak akan memaafkannya, tetapi aku ingin dia berada di jalan yang benar!" ujar Arthur.     

"Kamu salah, Arthur! Dia tidak mungkin bertobat! Karena saat ini pun Ayah juga masih hidup!" ucap David dengan tegas.     

"Bagaimana bisa, Kak David, berbicara begitu? Aku sendiri yang menancapkan kapak itu ke punggungnya!" tegas Lizzy.     

Arthur pun  juga membenarkan ucapan adiknya.     

"Apa yang dikatakan Lizzy itu benar, Kak! Aku sendiri yang melihatnya saat meregang nyawa! Bukankah mereka bisa mati apabila yang membunuh masih memiliki ikatan darah dengan mereka?!" tanya Arthur.     

David menggelengkan kepanya.     

"Kau, salah Arthur!" ucapnya.     

"Salah? Apanya yang salah, Kak?" tanya Arthur.     

"Kau, salah karena memang mereka tidak bisa mati walau kau dan Lizzy yang membunuhnya!" jawab David.     

"Tetapi kenapa, Kak?" tanya Arthur yang masih sangat penasaran.     

"Ya karena mereka baru saja melakukan ritual sesat mereka! Dan mereka sudah mengorbankan bayi itu untuk keabadian hidup mereka! Yang artinya mereka itu tak terkalahkan! Mereka juga tidak akan mati meski kalian yang membunubnya sekalipun!" pungkas David.     

Seketika Arthur dan Lizzy tampak sangat panik.     

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya Arthur.     

David menghela nafas sesaat, dan mulai menyusun rencana untuk menghabisi orang taunya sendiri.     

Dai pernah mendengar jika orang seperti mereka bisa mati apabila kitab kuno itu terbakar, dan tubuh mereka di buang secara terpisah.     

"Katakan, Kak!" desak Arthur.     

"Tidak ada cara lain, kecuali kita membunuh mereka secara bersama-sama. Paling tidak kita harus memotong-motong tubuh mereka dan membuang tubuh mereka di berbeda-beda tempat. Kemudian kita membakar Kitab Kuno itu, lalu membakar rumah yang menjadi sarang ritual sesat mereka!" tutur David menjelaskan kepada yang lainnya.     

Mereka semua menganguk paham.     

Dan kini persaan mereka semua kembali tak tenang. Mereka takut dengan teror yang akan dibuat oleh orang tua mereka sendiri.     

Mereka benar-benar tak menyangka akan berperang mempertaruhkan nyawa mereka dengan orang tua sendiri.     

Bahkan tubuh Celine mendadak gemetaran, setelah dia mendengar kenyatan ini.     

Ingatannya tentang perlakuan Arumi kepadanya pada saat itu masih sangat membekas.     

Saking ketakutannya, Celine pun akhirnya pingsan di pangkuan Arthur.     

"Celine! Kau kenapa? Celine! Bangun!" panggil Arthur yang panik.     

"Kak Celine! Bangun, Kak!" Lizzy juga tampak sangat panik.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.