Anak Angkat

Menjaga Satu Sama Lain



Menjaga Satu Sama Lain

0Setelah memijit keningnya dan membaluri beberapa bagian tubuh Celine dengan minyak kayu putih, akhirnya Celine pun tersadar.     

Arthur kembali bernafas dengan lega.     

"Syukurlah, akhirnya kamu terbangun juga, Celine!" ujar Arthur seraya mengusap atas rambut istrinya.     

"Arthur!" Celine langsung memeluk tubuh sang suami dengan erat. Dia menangis seperti anak kecil.     

"Tolong jangan tinggalkan aku, Arthur!" pinta Celine masih dengan raut wajah yang ketakutan.     

"Jangan takut, Celine. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Arthur meyakinkan istrinya.     

Sementara yang lain hanya menatap mereka berdua dengan nanar.     

Celine mengalami trauma separah ini atas perbuatan dari mertuanya.     

Sejujurnya Mesya sangat kasihan kepada Celine.     

Dia dapat merasakan betapa ketakutannya Celine saat ini. Terlebih Celine itu bisa dibilang orang asing dalam keluarga Davies.     

Dia belum terbiasa melihat hal-hal yang menyeramkan dalam keluarga ini.     

Terlebih Celine sendiri juga sudah merasakan sakitnya disiksa oleh Arumi dan Charles. Mereka itu tak pernah memberi ampun kepada siapa saja, apalagi si korban bukan termasuk keluarga mereka.     

Masih beruntung Celine dapat selamat dari hal menyeramkan itu. Mungkin kalau tidak ada Arthur dan Lizzy, Celine sudah mati dan mungkin nasipnya akan berakhir di meja makan keluarga Davies.     

Dan baru saja mereka dapat bernapas dengan tenang, di kota ini namun Celine kembali ketakutan saat mendengar kabar ternyata Charles belum meninggal.     

Yang artinya Charles serta Arumi bisa jadi sudah menyusun rencana untuk membunuhnya dan yang lainnya.     

Hal inilah yang membuat pikiran Celine kembali berputar-putar dan kondisi tubuhnya mendadak drop.     

Itulah alasan mengapa Celine bisa sampai pingsan tadi.     

"Kak Celine, jangan takut ya, ada kami di sini, aku, Lizzy, Kak Arthur, dan juga, Kak David. Kami semua akan melindungi, Kak Celine," ujar Mesya.     

"Tapi, mereka itu sangat cerdik! Aku yakin mereka sudah merencanakan hal buruk terhadap kita! Terutama kepadaku!" ujar Celine dengan bibir gemetar. Tangannya sama sekali tak berani lepas dari tubuh Arthur.     

"Sudahlah, Kak! Jangan berpikiran yang tidak-tidak! Percayalah. Mereka tidak akan berani menyakiti, Kak Celine," pungkas Lizzy.     

Gadis itu juga berusaha untuk menenangkan Celine.     

Butuh waktu lama untuk membuat Celine menjadi tenang, wanita itu masih ketakutan dan berpikiran yang tidak-tidak. Namun kegigihan Mesya dan Lizzy, yang terus berusaha meyakinkan Celine. Akhirnya membuat ketakutan Celine perlahan memudar.     

Akhirnya Celine kembali tenang, walau wajahnya masih terlihat pucat. Setidaknya kini dia dapat duduk sendiri dan melepaskan tubuh Arthur.     

"Yasudah ... kalau begitu kita pulang dulu, ya! Sudah hampir sore," ajak Arthur.     

"Arthur, aku mohon jangan pulang sekarang, ya! Aku ingin tetap di sini, aku takut tinggal di sana! Bagaiamana kalau Ibu datang?" ucap Celine.     

"Tidak akan, Celine! Mereka itu masih berada di Jakarta!" kata Arthur.     

"Tetapi bagaimana kalau tiba-tiba dia datang? Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka, 'kan?" tanya Celine.     

"Iya, Kak, tapi kami yakin tidak secepat itu! Pasti mereka akan merencanakan semuanya matang-matang," tukasnya Mesya.     

Arthur pun mencoba meyakinkan Celine lagi.     

"Celine, percayalah, kau akan baik-baik saja!" ujar Arthur.     

Kemudian Arthur berdiri dan hendak mengajak Celine pulang. Tangannya sudah menggenggam tangan Celine.     

Namun tiba-tiba saja tubuh Arthur melemas.     

Kemudian Arthur pun terjatuh di atas sofa.     

Setelah Celine yang baru saja terbangun dari pingsannya, kini giliran Arthur yang jatuh pingsan. Arthur mendadak kehilangan tenaga. Ini diakibatkan dari efek tubunya yang sedang beradaptasi.     

Waktu itu Arthur sempat memakan olahan daging manusia masakan sang ibu. Hal itu dia lakukan karena terpaksa, sehingga tubunya pun mengalami reaksi buruk yang akan membuatnya sakit dalam waktu yang cukup lama.     

"Arthur!" teriak Celine.     

Semua orang yang ada dalam ruangan itu kembali panik.     

Mendadak keringat dingin membanjiri tubuh Arthur.     

"Ada apa ini? Kenapa kamu pingsan, Arthur?!" tanya Celine sambil menangis.     

"Kenapa bisa begini?" David tampak heran.     

"Bukankah dia sudah mengalami proses adaptasi dengan mengalami sakit beberapa bulan?" tanya David pada Celine.     

Celine pun menganggukkan kepalanya.     

"Benar, Kak David! Dia memang pernah mengalami sakit selama dua bulan lebih!" jawab Celine.     

"Lalu kenapa, Arthur kembali sakit seperti ini? Apa dia kembali memakan daging manusia lagi?" tanya David.     

Dan Celine pun menggelengkan kepalanya. Karena dia memang yakin kalau sang suami tidak melakukan hal itu.     

"Tentu saja tidak, Kak!" jawab Celine dengan tegas.     

Namun Lizzy menimbrung obrolan mereka. Dan pernyataan Lizzy ini membuat semua terkejut.     

"Benar, Kak! Kami memang memakan daging terkutuk itu lagi ...," tukas Lizzy seraya menunduk kepalanya. Sesungguhnya dia sangat menyesal telah melakukan hal itu.     

Kedua mata Celine langsung menajam saat mendengar pernyataan Lizzy.     

"Kalian, memakan daging itu lagi?" tanya Celine yang begitu syok.     

"Maaf, Kak," ujar Lizzy. Kemudian gadis itu menjelaskan alasan dia dan Arthur mengonsumsi makanan itu lagi, tentunya agar Celine tidak salah paham atau mungkin berpikiran hal buruk tentang dia dan Arthur.     

"Aku dan Kak Arthur, terpaksa melakukannya. Kami kehabisan tenaga, dan tubuh kami juga terdapat banyak luka. Kalau kami tidak memakan daging itu, maka kami tidak akan bisa menyelamatkan, Kak Celine! Atau bisa jadi aku dan Kak Arthur, yang akan mati!" jelas Lizzy.     

Dan dari situlah Celine mulai mengerti, setelah ia tahu tentang alasan mereka kembali memakan daging manusia. Semua juga demi dirinya, mereka memakannya karena mereka ingin menyelamatkan Celine.     

Jika alasannya bukan demi keselamatan, bisa jadi Celine akan marah kepada Arthur dan Lizzy. Terutama kepada Arthur.     

Karena dia sudah berjanji kepada Celine bahwa dia tidak akan lagi melalkukan tindakan keji itu.     

Celine kembali mendekati Arthur.     

Kemudian mengusap atas kepala Arthur, dia juga memeluk tubuh sang suami yang saat ini tengah menggigil.     

"Sayang, cepat sembuh, Sayang ...," Celine berbisik di telinga Arthur.     

"Kalau kamu sakit, siapa yang akan menjagaku dan Lizzy. Kami takut Arthur, terutama aku," ucapnya sambil menangis.     

"Sekarang yang mejadi peganganku hanya dirimu, Arthur. Jadi tolong cepatlah sembuh," ucapnya lagi.     

Mesya dan David saling memandang.     

Dan Mesya mulai berinisiatif untuk meminta mereka agar tinggal bersamanya saja, dengan begitu mereka bisa saling melindungi. Namun dia tetap harus meminta izin kepada David.     

"Kak, bagaiamana kalau mereka bertiga kita suruh tinggal di sini saja?" tanya Mesya.     

"Itu ide yang sangat bagus, Mesya!" jawab David.     

"Bagaimana menurutmu, Lizzy?" tanya Mesya.     

"Aku sangat setuju, Kak!" jawab Lizzy.     

Sementara Celine tidak begitu peduli, dia tak menghiraukan apa yang sedang mereka rundingkan. Karena dia masih terfokus pada keselamatan Arthur.     

Kemudian Lizzy pun mendekati Celine.     

"Kak Celine, jangan khawatir, karena kita akan membantu Kak Celine, untuk merawat Kak Arthur," ujar Lizzy.     

"Iya, Kak! Dan Kak Celine, juga tidak perlu takut lagi dengan mereka, Kak Celine boleh tinggal di sini. Dan kita akan saling menjaga satu sama lain!" imbuh Mesya.     

Celine pun tersenyum mendengarnya. Setidaknya dia tak sendirian. Ada banyak orang yang mendukungnya.     

"Terima kasih, ya, Mesya, Lizzy, dan Kak David. Aku benar-benar merasa beruntung memimiki saudara ipar seperti kalian,     

Meski mertuaku sangat jahat, tetapi dengan adanya kalian aku merasa menjadi orang yang paling beruntung di dunia ini," pungkas Celine seraya tersenyum.     

Kemudian Lizzy dan Mesya juga memeluk Celine.     

***     

Kini mereka habiskan hari-hari dengan tinggal dalam satu atap.     

Rumah sederhana milik David dan Mesya itu kini terasa begitu ramai. Meski rumahnya tak begitu luas, namun setidaknya bisa menampung dan membuat para penghuninya menjadi tenang. Terutama Celine.     

Dia merasa sangat nyaman berada di sini, dan ketakutan akan kedatangan Arumi dan Charles dapat ia tepis. Semua melindungimya. Dan semua selalu memberikan dukungan kepadanya.     

Agar tetap tenang dan yakin dalam menjalankan kehidupan ini.     

Berkat keberadaan para saudara iparnya, kini Celine dapat merawat Arthur dengan baik.     

Dia bisa lebih fokus tanpa harus memikirkan hal buruk yang akan menimpanya.     

***     

Sementara itu di depan rumah mereka tampak Salsa yang sedang berdiri dan membawa sebuah kotak berisi makanan.     

Hari ini dia membawakan banyak makanan untuk Mesya dan David.     

Salsa masih mengira jika mereka masih sakit.     

Tok! Tok! Tok!     

Salsa mengetuk pintu rumahnya selama beberapa kali.     

Kemudian Lizzy yang membukakan pintu itu.     

Ceklek!     

"Kak Salsa?" sapa Lizzy yang kaget. Dia tak menyangka jika Salsa malah datang kemari. Papahal beberapa hari yang lalu Salsa berlari begitu saja darinya, dengan raut wajah yang ketakutan.     

Lizzy sudah tahu jika Salsa ketakutan dengan Arthur akibat masa lalu mereka saat masih remaja.     

Namun Lizzy tidak tahu jika hingga saat ini hubungan Salsa dan Mesya, serta David itu sangat baik.     

"Lizzy, kamu ada di sini?" tanya Salsa.     

"Iya, Kak! Dan Kak Salsa, kenapa ada di sini? Apa Kak Salsa, mengenal Mesya?" tanya Lizzy.     

"Tentu saja aku mengenalnya. Boleh aku masuk?" tanya Salsa.     

"Boleh, tapi ...."     

"Tapi apa, Lizzy?" tanya Salsa.     

"Kak Salsa, tidak takut lagi denganku?"     

Salsa pun tersenyum menanggapinya. Lalu dia menggelengkan kepalanya.     

"Mesya, sudah bercerita banyak tentang kalian. Jadi aku sudah tidak takut lagi," jawab Salsa.     

"Syukurlah, ayo masuk. Aku akan memanggilkan, Mesya!" ujar Lizzy.     

Kemudian Salsa pun duduk di atas sofa.     

Kemudian Lizzy masuk ke kamar sebentar untuk memanggilkan Mesya.     

Tak lama Mesya keluar dari dalam kamarnya.     

"Hai, Kak Salsa!" sapa Mesya dengan ramah.     

"Kau sudah sembuh, Mesya?" tanya Salsa.     

"Iya, aku sudah sembuh sejak kemarin," jawab Mesya.     

"Maaf, Mesya! Aku kemarin tidak sempat mengabarimu, dan tidak sempat mengantarkan makanan untukmu. Aku ada urusan menddak," ujar Salsa dengan raut wajah yang menyesal.     

"Ah, tidak apa-apa, Kak! Aku sudah banyak berhutang budi kepada, Kak Salsa! Aku sangat bersyukur bisa bertemu, Kakak, di sini. Jadi Kak Salsa, tidak perlu merasa tidak enak hanya karena hal itu," ujar Mesya.     

"Iya, Mesya! Ngomong-ngomong di mana David?" tanya Salsa.     

"Oh, Kak David, sedang berada di lantai atas, menemui, Kak Arthur, dan Kak Celine," jawab Mesya.     

"Arthur, juga ada di sini?" tanya Salsa yang agak kaget mendengarnya.     

"Iya benar. Sudah sejak kemarin mereka menginap di sini," jawab Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.